Minggu, 26 November 2017

Renungan Harian Truth Daily Enlightenment "BERANI MENJADI SEMPURNA"  27 November 2017

Kata sempurna sebenarnya bisa memiliki banyak pengertian, antara lain: utuh, lengkap atau tidak kurang, berkeadaan tidak bercacat dan tidak bercela, telah selesai, tuntas, teratur, bekerja secara benar, sampai tujuan atau mencapai yang ditargetkan, dan baik sekali.

Di dalam Alkitab pun 📚 kita harus memperhatikan konteks ayat secara ketat di mana terdapat kata sempurna.
Kita harus teliti dalam memahami kata sempurna sesuai konteksnya.

Sebab ketika kata itu muncul di dalam suatu teks, ia memiliki konteks yang khusus.
Satu hal yang harus ditekankan, bahwa kesempurnaan mutlak hanya pada Allah.

Dalam tulisan ini kesempurnaan yang dibicarakan adalah kesempurnaan orang percaya 👥
Banyak sekali ayat Alkitab yang berbicara mengenai hal tersebut, khususnya dalam Perjanjian Baru.
Kita harus menghindari sikap negatif terhadap pengajaran mengenai kesempurnaan yang dikaitkan dengan manusia.

Sikap negatif di sini maksudnya adalah tidak menerima pengajaran bahwa manusia bisa menjadi sempurna.
Harus diingat, bahwa faktanya dalam Alkitab 📚 kita menemukan perintah untuk sempurna atau yang seunsur dengan kata itu dan kita harus hidup di dalamnya.

Kita juga tidak boleh bersikap skeptis.
Skeptis artinya kurang percaya atau tidak yakin bisa melakukan.
Sikap skeptis ini jika dikaitkan dengan pengajaran, berarti bersikap ragu-ragu untuk memercayainya.

Skeptis terkait dengan kemungkinan dapat sempurna artinya : tidak yakin, ragu-ragu, dan memandang terlalu sulit untuk dapat mencapai kesempurnaan.
Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa kita harus sempurna, artinya : bahwa kita bisa mencapai kesempurnaan.

Sikap skeptis adalah sikap tidak memercayai Pribadi Allah 💗
Harus dimengerti bahwa kesempurnaan masing-masing individu berbeda. Sikap skeptis menunjukkan ketidakpahamannya mengenai kesempurnaan orang percaya di dalam Tuhan.

Harus disadari bahwa setiap orang percaya mendapat panggilan untuk mencapai kesempurnaan tersebut.
Untuk itu, perhatian orang percaya 👥 tidak boleh terbelah sehingga mengganggu perjalanan untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa.

Dalam kesaksiannya Paulus 👤 menyatakan : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus (Flp. 3:12).

Orang percaya ditangkap Tuhan 💗 supaya akhirnya ia juga menangkap apa yang dikehendak-Nya, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa di surga.
Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai.

Kita harus sungguh-sungguh, atau nekat. Sebab orang percaya yang mau sungguh-sungguh hendak sempurna saja nyaris tidak bisa meraihnya, apalagi yang tidak sungguh-sungguh.
Jika Paulus menyaksikan bahwa “bukan seolah-olah dirinya telah memperoleh hal itu atau telah sempurna”, menunjukkan adanya fakta kesempurnaan dan bahwa kesempurnaan adalah proyeksi hidupnya dan ia sedang menggumulinya.

 Itulah sebabnya di bagian lain dalam Alkitab 📚 ia mengemukakan bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah.
Berkenan kepada Allah adalah kata lain dari kesempurnaan.

Dalam suratnya, Paulus juga menasihati orang percaya untuk mengerti kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Allah atau sempurna seperti Allah Bapa, Roh Kudus dimateraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus adalah kuasa Allah yang tidak terbatas, yang dapat menuntun orang percaya kepada kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.

Kesempurnaan adalah : sikap atau tindakan yang sesuai dengan keinginan atau kehendak Allah 💗
 Jika seseorang dapat mencapai standar itu, maka itu adalah kesempurnaan ; artinya mencapai tujuan, lengkap, dan utuh.

Dalam hal ini, masing-masing orang memiliki porsi yang berbeda. Maka sempurna menjadi relatif ditinjau dari objeknya, tetapi mutlak jika ditinjau dari subjeknya.
Objeknya adalah Tuhan 💗 dan subjeknya adalah Allah sendiri yang menilai perilaku seseorang, apakah sesuai dengan keinginan-Nya.

Setiap orang memikul atau memuat kehendak Allah 💗 yang khusus dan yang berbeda dengan yang lain. Jadi masing-masing individu memiliki kesempurnaannya sendiri di mata Allah.
Karena hal ini, maka penghakiman hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri.

 Jadi, kalau suatu tindakan tidak sesuai dengan kehendak Allah 💗 , maka itu bukan kesempurnaan. Walaupun hal tersebut nampaknya baik dan tidak melanggar norma umum manusia.
Kesempurnaan bersifat teosentris.

Di tengah dunia 🌍.yang memandang kesempurnaan secara negatif dan skeptis, kita harus percaya bahwa kesempurnaan dapat kita capai sesuai dengan porsi kita masing-masing.
 Kita harus optimis, Tuhan yang memberi kemampuan untuk mencapainya demi kemuliaan nama-Nya.
Kesempurnaan kita capai bukan untuk kesombongan diri, tetapi kerinduan menyenangkan hati Tuhan. Dengan sikap dan usaha ini kita menantang zaman.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar