Senin, 20 November 2017

Renungan Harian - Truth Daily Enlightenment - "PERMANEN" 21 November 2017

SHALOM
"PERMANEN"
21 November 2017
 Renungan Harian

Satu hal yang harus ditegaskan, bahwa orang percaya πŸ‘₯ adalah orang yang menumpang di bumi. Untuk itu kita sebagai orang percaya yang benar, harus rela berstatus sebagai orang yang menumpang di bumi.

Orang yang menumpang, tetapi merasa berhak berdomisili secara permanen di suatu tempat atau rumah orang lain dan bertindak sebagai tuan rumah, adalah perampok. Tanpa disadari banyak orang Kristen berkeadaan demikian.

Harus diingat bahwa harta kita sendiri barulah nanti di Kerajaan Surga, sedangkan segala sesuatu yang kita miliki sekarang adalah harta orang lain, yaitu harta-Nya Tuhan πŸ’— (Luk. 16:12).

Oleh sebab itu, fokus hidup orang-orang percaya harus diarahkan kepada proses kesempurnaan menjadi seperti Tuhan Yesus, guna persiapan tinggal di negeri atau rumah sendiri di dunia yang akan datang, yaitu di langit baru dan bumi 🌍 yang baru nanti.

Sebagai orang yang terpanggil menjadi umat pilihan yang berpotensi mewarisi Kerajaan Surga, seharusnya kita πŸ‘₯memiliki cara hidup yang berbeda dengan mereka yang bukan umat pilihan.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini (Yoh. 17:16). Betapa luar biasa kedudukan orang percaya, sebab disamakan dengan Tuhan Yesus sendiri yang bukan berasal dari dunia 🌍 ini.

Kalau jujur banyak orang Kristen yang tidak mampu menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia ini.
Rasul Paulus dalam suratnya jelas sekali mengatakan : Karena kewargaan kita πŸ‘₯ adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya (Flp. 3:20-21).

Dari tulisan ini jelas sekali bahwa kita bukan warga negara dunia.
Banyak orang Kristen πŸ‘₯, bahkan di antaranya pendeta-pendeta, yang merasa asing dengan pernyataan ini.
Mereka tidak mampu sama sekali menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia ini.

Mereka tidak mampu memiliki kesadaran ini, sebab kesadarannya adalah kesadaran manusia πŸ‘₯ yang berasal dari dunia ini.
Semua ini akibat dari pola berpikir yang salah, yang sudah melekat lama di dalam pikiran mereka.

Banyak orang Kristen yang yakin bahwa dirinya adalah umat pilihan yang pasti dilayakkan masuk rumah Bapa πŸ’—, tanpa memperhatikan kualitas kelayakan mereka menjadi anggota keluarga Kerajaan.

Inilah kesesatan dalam kehidupan banyak orang Kristen, seakan-akan keyakinan di dalam pikiran dapat menjawab kebutuhan keselamatan dalam kekekalan.

Kehidupan orang percaya tidak cukup hanya menaruh dalam pikiran secara imajiner bahwa dirinya adalah anak Allah yang akan masuk surga.
Kalau seseorang πŸ‘€ tidak menghargai kedudukannya atau status bahwa dirinya berasal dari atas, berarti ia menolak kasih karunia yang Tuhan sediakan bagi orang percaya.

Sikap menghargai kedudukan atau status tersebut harus dinyatakan dalam tindakan nyata setiap hari.
Oleh sebab itu kita harus menerima dengan sungguh-sungguh status ini dan memperjuangkannya, agar hidup kita πŸ‘₯ sepadan dengan keadaan sebagai yang berasal dari Allah.

Perjuangan itu adalah mengubah gaya hidup kita setiap hari.
Gaya hidup yang harus kita kenakan tentunya adalah gaya hidup Tuhan Yesus.
Keberadaan sebagai anak-anak Allah harus kita πŸ‘₯ perjuangkan, agar kita dapat mengenakannya secara permanen.

Anak-anak Allah adalah mereka yang sungguh-sungguh dapat menghayati bahwa dirinya bukan berasal dari dunia 🌍 ini. Orang yang sudah mengerti dan menghayati bahwa dirinya berasal dari Allah akan selalu memikirkan perkara-perkara yang di atas (Kol. 3:1-4).

 Perkara-perkara yang di atas adalah kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus πŸ’— Tentu saja orang percaya seperti ini berusaha hidup tidak bercacat dan tidak bercela dan berusaha menjadi sempurna seperti Bapa.

Selanjutnya, ia juga bersedia melakukan apa saja demi kepentingan Kerajaan Allah, dan akhirnya merindukan bertemu dengan Tuhan Yesus πŸ’—, muka dengan muka.
Perjuangan seperti ini harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh.
Ini merupakan sikap yang jelas menantang zaman ini.

JBU

1 komentar: