Sabtu, 17 Februari 2018

RH Truth Daily Enlightenment “MANUSIA MENGINGKARI PERJANJIAN”  16 Februari 2018

Kita harus memahami bahwa manusia memiliki perjanjian dengan Allah. Manusia  diciptakan hanya untuk melakukan kehendak Allah.
Manusia tidak boleh memiliki pilihan lain selain menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah.

Dalam hal ini manusia diciptakan dengan agenda yang jelas, bahwa manusia harus menjadi makhluk yang segambar dan serupa dengan Allah.
Manusia dirancang untuk mampu bertindak seperti Allah Penciptanya, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.

Tidak mungkin manusia diciptakan tanpa maksud besar dari Allah.
Maksud besar Allah adalah manusia menjadi makhluk Ilahi yang dalam segala sesuatu yang dilakukan selalu selaras dengan Allah. Di sini manusia bisa memiliki pikiran dan perasaan Allah atau cara berpikir-Nya.

Oleh karena itu, sesungguhnya pada mulanya manusia dirancang dalam keadaan tidak membutuhkan hukum.
Manusia tidak perlu pengaturan oleh hukum, syariat, atau peraturan. Dalam keagungannya, manusia dapat menaati dan menghormati Allah secara benar atau proporsional.

Dengan demikian manusia dapat menjadi corpus delicti.
Tetapi faktanya, manusia telah memberontak kepada Allah dengan melanggar larangan Tuhan. Inilah ketidaksetiaan itu.
Dengan demikian semua manusia berkeadaan kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).

Kata “bohong” dalam Roma 3:4 hendaknya tidak dipahami secara dangkal, yaitu dipadankan dengan kata menipu secara umum. Tindakan menipu secara umum sesungguhnya hanya gejala dari keadaan manusia yang tidak setia kepada Allah, yaitu keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Keadaan manusia seperti ini bukan berarti rusak sama sekali.

Manusia masih memiliki kebaikan, tetapi kebaikan manusia tidak mencapai kesucian standar Allah. Walaupun manusia berkeadaan tidak setia, tetapi Allah tetap setia. Allah mengutus Putra Tunggal-Nya bagi keselamatan umat-Nya.
Allah adalah benar dan semua manusia pembohong.

Pembohong di sini seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa manusia telah mengingkari perjanjian dengan Allah.
Inilah yang disebut ketidaksetiaan.
Yang dalam bahasa Yunani Paulus menggunakan kata pseustes (ψεύστης). Adapun kalau bohong atau menipu secara umum diterjemahkan dalam beberapa kata, antara lain planos (πλάνος) yang juga diterjemahkan penyesat dan harpax (ἅρπαξ) kata yang kedua ini juga berarti rakus dan pemeras (rapacious, ravenous, a extortioner, a robber).

Kalau dikatakan bahwa Allah benar artinya bahwa Allah tidak bersalah kepada manusia sama sekali dan tidak ada tindakan Allah yang bisa dikatakan sebagai ketidaksetiaan.
Sebaliknya, keadaan manusia yang tidak seperti rancangan semula atau kehilangan kemuliaan Allah karena kesalahan manusia itu sendiri, bukan karena Allah.

Jadi, sangatlah keliru dan merupakan pandangan yang jahat jika menyatakan atau hanya mengesankan bahwa kejatuhan manusia sudah ditentukan oleh Allah.
Kata pembohong dalam Roma 3:4 adalah pseustes lebih menunjuk kepada tindakan orang yang mengingkari perjanjian atau tidak setia. Selanjutnya Roma 3:4 menulis: Seperti ada tertulis: “Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi”.

Maksud ayat ini adalah bahwa Tuhan tidak pernah didapati bersalah atau meleset sedikit pun dalam seluruh tindakan-Nya. Kalimat “menang, jika Engkau dihakimi” menunjukkan bahwa Tuhan memiliki tatanan di dalam Diri-Nya.

Dalam segala tindakan Tuhan, yaitu dalam tatanan-Nya yang sempurna, Ia tidak dapat dipersalahkan. Kata ‘menang’ dalam ayat ini terjemahan dari nikao (νικάω) yang juga berarti ‘mengungguli’ (to conquer) dan mengatasi (overcome).

Dalam Roma 3:4 Paulus hendak menjelaskan bahwa sebagaimana Allah tetap setia, walaupun manusia telah memberontak kepada Allah sebagai bentuk pengingkaran perjanjian, tetapi Allah tetap mengasihi manusia dan mengirim Putra Tunggal-Nya, demikian pula terhadap bangsa Israel.

Walaupun bangsa Israel memberontak kepada Allah, tetapi Allah masih mengakui mereka sebagai umat pilihan dan menyediakan keselamatan bagi mereka.
Kesetiaan Allah terhadap Israel sangat luar biasa dan sungguh mengharukan. Dalam Roma 11:28 Paulus menulis: Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang.

Kalau demi perjanjian-Nya dengan Abraham Allah tetap memperlakukan bangsa Israel secara khusus, apalagi demi keselamatan mereka. Allah menyediakan jalan keselamatan kepada mereka dan mengharapkan mereka tidak menolak kasih karunia-Nya.
Tetapi kalau mereka menolak kasih karunia, maka Allah juga akan menolak mereka.

JBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar