Sesungguhnya tidak mudah orang bisa masuk dunia yang akan datang, baik sebagai anggota masyarakat, apalagi sebagai anggota Keluarga Kerajaan yang dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus π
Bagi orang-orang yang berada di luar Injil atau tidak mendengar Injil, mereka harus memiliki kasih yang tulus kepada sesamanya, yaitu mengasihi sesama seperti mereka mengasihi diri sendiri.
Kasih seperti ini sebenarnya sangatlah sulit dilakukan.
Sedikit orang dapat melakukannya, sebab pada umumnya manusia memiliki egoisme dan mengasihi diri sendiri secara kodrat manusia π₯ yang berdosa.
Namun demikian, walaupun sedikit, tetapi selalu ada.
Tuhan selalu menyisakan orang-orang yang dapat diselamatkan. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak membahayakan bagi sesama.
Mereka π₯ diperkenan hidup kembali di dunia yang akan datang sebagai anggota masyarakat. Kalau mereka pribadi-pribadi yang masih membahayakan atau mengancam bagi sesama, maka mereka tidak diperkenankan masuk ke dalamnya.
Orang-orang baik seperti itu ada di seluruh belahan dunia. Dalam kitab Roma 2:12-16 disebut sebagai bangsa-bangsa lain.
Dalam Roma 2:28-29 menunjukkan bahwa ada orang-orang yang dapat menjadi Yahudi tanpa disunat: Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah π
Harus diperhatikan dengan saksama bahwa Roma 2:28-29 adalah sindiran bagi orang Yahudi yang merasa bahwa hanya mereka yang dapat disebut sebagai keturunan Abraham.
Tetapi ternyata ada orang-orang dari bangsa-bangsa lain yang dapat melakukan inti hukum Taurat, sehingga mereka dihisapkan sebagai Yahudi sejati.
Dari penjelasan di atas terdapat fakta bahwa ada kemungkinan orang melakukan inti Taurat yang kedua, yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Jika tidak pernah ada orang yang dapat dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, maka ayat dalam Roma 2:13 ini tidak akan pernah muncul atau ada.
Roma 2:13 mengatakan: Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah π, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Kalimat ini mengesankan dengan jelas bahwa terdapat kemungkinan bangsa-bangsa lain dapat melakukan inti hukum Taurat, yaitu mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Faktanya, Tuhan Yesus π menunjukkan adanya orang-orang yang mengasihi sesamanya sehingga diperkenan masuk Kerajaaan-Nya (Mat. 25:31-46).
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa tidak ada orang yang bisa melakukan hukum Taurat dalam pengertian intinya (mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri).
Dalam Roma 2:13-15 dikatakan: Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah π, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.
Paulus tidak akan menulis tulisan ini kalau tidak ada fakta adanya orang-orang di luar Injil, atau yang disebut sebagai bangsa-bangsa lain, tidak pernah dapat melakukan inti hukum Taurat.
Faktanya, juga dalam Matius 25:31-46, terdapat orang-orang yang diperkenankan masuk surga karena perbuatan kasih mereka kepada sesama.
Berbeda dengan mereka yang disebut sebagai bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki Taurat yang tertulis dan tidak mendengar Injil, orang percaya selain harus mengenakan standar kebaikan moral mengasihi sesama seperti diri sendiri, juga harus mengasihi Tuhan Allah π dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi.
Hal ini berarti orang percaya dapat melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Bapa; sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah π
Harus dicamkan, bahwa orang percaya bukan dikehendaki untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri berdasarkan naluri kemanusiaan yang baik, tetapi juga memiliki suara hati yang sama dengan pikiran dan perasaan Kristus, sehingga bisa mengerti kehendak Bapa dan melakukan kehendak-Nya.
Dari hal ini, maka sangat lebih sulitlah orang yang mendengar Injil bisa dibenarkan menurut iman dalam Yesus Kristus π
Bagi mereka yang menerima Injil yang dirancang untuk menjadi anggota keluarga Allah atau dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus, mereka harus memiliki iman yang menyelamatkan.
Iman di sini bukan sekadar persetujuan pikiran atau sekadar pengaminan akali. Iman di sini adalah tindakan yang mengacu pada tindakan Abraham, yaitu hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah π
Orang yang tidak melakukan kehendak Allah tidak dapat disebut sebagai orang beriman.
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar