Rabu, 15 Agustus 2018

( Sunday Bible Teaching ) SBT, 12 Agustus 2018 Pdt. DR. Erastus Sabdono

Ada hukum kehidupan yang semua kita harus mengerti, pahami, dan kita harus terima.
Hukum kehidupan yang bukan hanya menyangkut hidup kita, tapi juga menyangkut hubungan dengan Tuhan πŸ’— semesta alam, Pribadi Agung yang menciptakan langit dan bumi yang adalah Bapa sumber segala sesuatu.

Kebenaran ini sebenarnya sulit dibahasakan, tetapi
kiranya Tuhan πŸ’— menolong kita melalui Roh Kudus membuka pikiran kita untuk mengerti kebenaran ini.

Satu hal yang tidak dipahami oleh banyak orang πŸ‘₯ mungkin juga sulit diterima bahwa dalam Allah bertindak, Allah memiliki batas - batas yang Dia tidak pernah melanggar.
Demikian pula dengan kuasa kegelapan musuh Allah dia juga ada batas yang tidak bisa ia langgar.

Inilah mencari menimbulkan pertanyaan tetapi tidak pernah terjawab dan orang tidak sungguh - sungguh mencari jawaban dari persoalan ini.

Orang berbicara mengenai Allah, nyatanya Allah πŸ’—tidak benar - benar nyata.
Demikian pula orang berbicara iblis, setan, dia juga tidak benar - benar nyata.
Tetapi kenyataannya baik Allah atau iblis itu nyata dalam kehidupan sebagian orang atau sebagian kecil orang.

Sebagian kecil dari yang hadir ini, di antara sekian ribu yang hadir apakah ada seratus orang yang memiliki pengalaman real dan nyata dengan Tuhan ?
Apakah ada 50 orang ?
Apakah ada 5 %, atau 1 % nya ?

Kalau kita membaca Alkitab πŸ“š ada orang - orang yang real mengalami Tuhan.
Misalnya :
🌷 Saulus
Saulus yang kemudian bernama Paulus
Kenapa Tuhan tidak memperlakukan orang seperti Saulus ?
Karena tidak tidak banyak memiliki keberanian seperti Saulus membayar harga keseriusannya dengan Tuhan πŸ’—
Kita harus bisa membedakan Nikodemus dengan Saulus.
Jangan berpikir Saulus dipaksa Tuhan untuk bertobat, Nikodemus tidak.

Tuhan menjumpai Saulus secara fisik dalam perjalanan ke Damsyik ketika Saulus hendak menangkap, menganiaya, dan membunuh orang - orang Kristen πŸ‘₯

Saulus merasa apa yang dia lakukan sebagai pengabdian yang tulus kepada Elohim Yahwe.
Dia tidak tahu Yesuslah itu Yahwe sendiri.
Maka Yahwe di dalam Yesus menyatakan diri.

🌷Daniel
Kalau Allah menyatakan diri begitu nyata kepada Daniel.
Daniel orang yang berintegritas tinggi dalam mematuhi Taurat.
Dia bersedia tidak makan makanan Raja yang nikmat, karena itu haram menurut hukum Taurat
bersama Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.

Ketika Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dibakar, malaikat atau bisa jadi Allah Anak Yesus sendiri πŸ’— ada di api itu, atau malaikat yang di sana.
Kalau Daniel walaupun dengan aancaman dibuang ke gua singa misalnya, dia tetap tidak berhenti berdoa kepada Elohim Yahwe.
Maka Daniel bisa mendapat pernyataan - pernyataan, mimpi, nubuatan dan perjumpaan dengan Allah πŸ’— yang luar biasa.

🌷 Musa
Musa bukan orang sembarangan, memang dari muda dari kanak - kanak dia dipilih oleh Allah.
Dan Ketika dia dewasa dia tinggal di istana Firaun, dia tetap mengingat dirinya bukan orang Mesir.
- Dia orang Israel, dia orang Ibrani.
- Dia setia kepada bangsanya.
- Dia tidak lupa diri, walaupun dia berpotensi menjadi orang yang sangat penting, jadi wakil atau orang kedua dalam pemerintahan Firaun.
- Dia lebih memilih
menderita bersama saudara - saudaranya, maka Allah menyatakan diriNya kepada Musa.
🌷Abraham
Abraham, lihat keberanian percaya kepada Tuhan.

Jadi Allah hidup dan nyata kepada orang yang pantas menerima kehadiranNya.
Bukankah demikian kepada orang - orang πŸ‘₯yang mengalami kuasa gelap yang berani berbuat jahat, berani gila, berani sinting habis - habisan dia ketemu yang sinting satu ini.

Tetapi Allah tidak bisa berbuat suka - suka sendiri kepada sembarang orang,
Karena ada batas.
Dan ini adalah mengerikan.
Kenapa mengerikan ?

Allah πŸ’— hadir di dalam ratio atau pikiran manusia melalui pengajaran.
Masalahnya kalau pengajaran yang salah ?
Sosok Allah mana yang dikenal nalar atau pikiran.
Ini terkait dengan perasaan.
Kalau pengajarannya rusak, lalu sosok apa yang dia rasakan ?

Bagaimana pendoa syafaat orang - orang yang rajin doa puasa menemukan Allah yang salah.
Mereka mencari Allah sungguh - sungguh.
Mereka doa puasa pergi
ke bukit doa, tetapi Allah  yang dia kenal bukan Allah yang Alkitab πŸ“š ajarkan.
Bukan Allah seperti itu.
Yang nanti bisa kita kenali dari kwalitas hidupnya.

Kalau orang benar - benar mengenal Allah πŸ’— yang benar, maka setiap peristiwa hidup dalam setiap kejadian - kejadian yang mestinya pikiran dan perasaan bisa menganalisa jadi salah, jadi keliru.

Kalau Kelompok orang mistisis atau mistisnisme yaitu : orang yang menekankan pengalaman batinnya.
- Dia tidak belajar doktrin dengan benar.
- Pengenalannya tidak tepat, tetapi pergumulannya doanya luar biasa.
- Dia sesat di fantasi di sini.
Ketika sesat di fantasi ini, menafsir kejadian banyak salah.
Kejadian - kejadian yang ditafsirkan jadi keliru.
Misalnya :
Suatu hari dia terlambat datang di suatu bandara.
Dia menilai keterlambatan itu secara mistik juga.

Fenomena - fenomena alam yang terjadi ditafsirkan mistik.
Gempa di Lombok, gunung berapi itu ditafsirkan mistik.
Dan tidak jarang mereka menafsirkan salah.
Tetapi tidak ada pertanggungan jawab, jadi lewat saja begitu...

Apalagi kalau itu dikaitkan kegiatan pelayanannya, misalnya :
Suatu kali ia membuat KKR di Yogyakarta lalu ada gempa di sana, dikaitkan itu doa KKR di sana dikaitkan dengan gempa yang terjadi.
Mereka pasti menilai, mengomentari sesuatu itu secara mistik.

Sebenarnya lebih aman kelompok rationalis berpikir yang menggunakan nalar tetapi menggumuli perjumpaan dengan Tuhan πŸ’—
Dia tidak akan mudah menafsir sesuatu.
Dia tidak banyak berkomentar sama sekali.

Kalau gereja - gereja πŸ’’yang tidak bersifat kharimatis dan tidak bersifat pantekosta, khotbah - khotbahnya lebih berhati - hati berbicara soal
nubuatan, Wahyu, itu tidak.
Dan tidak mengomentari kejadian - kejadian yang terjadi.
Lebih menggunakan ratio.
Dalam hal ini memang lebih aman.

Bagaimana orang bisa merasakan kehadiran Tuhan di dalam nalarnya ketika mendengar pengajaran.
Kemudian bisa merasakan kehadiran Tuhan πŸ’— di dalam doa, ini perasaan.
Lalu bukan pada waktu belajar kebenaran bukan berarti perasaan tidak berfungsi, tetap berfungsi, tetapi rationya lebih dominan.
Pada waktu berdoa ratio berfungsi, tetapi perasaan lebih dominan.

Pada waktu menghadapi kejadian - kejadian, pikiran dan perasaan harus menilai itu dengan tajam.
Dan kita tahu Allah πŸ’—bekerja dalam segala sesuatu bagi orang yang mengasihi Dia, untuk serupa dengan Yesus.
Tetapi orang mistisis tadi mengaitkan dengan alam roh dan dunia roh, tidak dikaitkan dengan pembaharuan watak untuk sempurna atau serupa dengan Yesus.

Tuhan itu bertindak ada batasnya.
Tetapi berbahagialah :
1.Orang yang
mengasihi Tuhan
2.Orang yang mengingini Dia, haus dan lapar akan Dia.

Setan akan membuat orang tidak mengasihi Tuhan.
Kuasa kegelapan akan berusaha walaupun tentu dalam batas - batasnya dia tidak bisa melanggarnya, sementara Allah πŸ’— akan memberi pengaruh dalam batas - batas tertentu di mans dia tidak akan melanggar batas itu.

Jadi ruangan hati manusia sudah diisi dengan percintaan dunia 🌏 ia tidak akan memberi ruangan yang cukup untuk Tuhan.
Karena hatinya mengasihi dunia.
Dengan demikian dia tidak
akan memiliki kehausan, kelaparan, kerinduan akan Tuhan.

Firman Tuhan mengatakan
dalam Lukas 16 : 11
Orang yang terikat dengan dunia 🌏 ini, dia tidak akan mengerti Firman Tuhan.
Jadi sehebat apapun Theolog, dia akan meleset.
Kelihatannya dia pinter, ahli biblika, sekolah di luar negri misalnya, dalam negri, cerdas.
Tetapi nyawa kebenaran itu tidak dimiliki.
Tentu buktinya adalah karakternya tidak semakin Yesus, dan dia tidak mengubah orang untuk berkarakter seperti Yesus.

Contoh nyata yang tidak bisa dibantah, kurang hebat apa Theolog Eropa tetapi tidak berhasil menyelamatkan masyarakat Eropa.
Berarti gagal menemukan kebenaran.
Sekarang jadi sekuler, memang tidak menjadi jahat.

Orang - orang Barat yang memiliki humanisme yang tinggi.
Peradaban yang tinggi membangun masyarakat yang makmur dan aman.
Tetapi sekarang sudah tidak aman dengan datangnya imigran.

Jadi kalau orang berurusan dengan Tuhan itu prinsipnya "Jesus Only "
Dia tidak bisa hidup wajar karena menangkap kebenaran.
Kalau orang tidak mau menuruti Firman Tuhan ini, walau dia pinter bergelar,
Sarjana Theologi, Master Theologi, atau Doktor Theologi dia sesat di dalam nalarnya.

Kalau kelompok mistisis tadi nalarnya tidak jalan, semua dengan perasaan.
Dan Tuhan πŸ’— tidak bisa berbicara dengan orang - orang ini karena mereka menggunakan akalnya.

Kasihilah Allahmu dengan segenap akal budi, hati.
Kalau hati saja, akal saja ya tidak bisa.
Tuhan punya batas.
Logika harus dipakai, mestinya khotbah - khotbah seperti ini menstimulasi atau merangsang pikiran kita untuk belajar Firman.

Kalau orang mendengar Firman yang benar, dan tersentuh dia akan menjadi addict / kecanduan Firman itu.
Nalarnya ini akan tercandui kebenaran.
Sebab tidak mungkin juga orang tercandui oleh pengajaran yang salah, tetapi harus tahu bedanya.
Ketika kita πŸ‘₯ mengenal. Kebenaran tercandui kebenaran itu, apa yang membedakan itu ajaran yang benar atau tidak.
Di sini damai sejahtera kita.

Orang boleh pinter tercandui oleh satu jenis pengajaran tapi kalau salah, damai sejahteranya tidak akan penuh, tidak ada damai, itu subyektif.
Nanti akan dibuktikan lagi prilaku yang makin semakin Yesus.
Bukan hanya jadi orang baik.

Karena orang itu berani respon akan Allah πŸ’—
Dan respon itu akan diresponi Allah, Allah itu fair, Allah adil.
Tidak mungkin Allah memberikan orang itu berdasarkan mau - maunya Dia
Memang ada hukum yang diberi banyak dituntut banyak.

Jadi kalau orang mau respon Allah dengan sungguh - sungguh dia mau diberi banyak, tetapi dituntut banyak juga.

Iblis menjadi nyata juga bagi orang yang sungguh - sungguh gila, sinting, jadi dia betul - betul bisa.
Jadi yang mau jadi sinting itu tidak banyak sebenarnya.

Orang baik - baik tiba - tiba
jahat tidak mungkin, TuhanπŸ’— akan marah kepada si iblis, kenapa langgar ? Dia tidak berani langgar juga

Orang jahat tiba - tiba jadi baik tidak bisa juga.
Allah tidak bisa membuat orang jahat sekejap jadi baik.
Dia harus dengan kehendak bebasnya berubah, bertobat, proses berubah jadi baik.
Tidak mungkin baru minggu lalu pembunuh, pemerkosa sekarang jadi Kudus, tidak mungkin.

Allah bisa buat, tetapi tidak melakukan.
Kalau iblis tidak bisa, karena iblis tidak maha kuasa.
Kalau Allah πŸ’— tidak berbuat, karena Allah mengendalikan diri menahan dirinya.
Kalau iblis tidak akan sanggup, tidak akan berani.
Allah akan merespon kita dengan tindakan istimewa, kalau kita respon kepada Allah.

Tapi yang kita respon itu berkat jasmani.
Demi studi kurang tidur
meninggalkan kesibukan.
Kenapa tidak demi Tuhan kita kurang tidur meninggalkan semua kesibukan ?

Jadwal harian
- Doa minimum 30 menit, Dengar cd khotbah, dengar khotbah di Youtube
- Baca renungan
- Baca Alkitab πŸ“š
- Baca buku rohani.
Jadwal mingguan :
- Ibadah SK
- Ibadah PA dan doa malam
- Ibadah SBT
- Ibadah Hari Minggu
Jadwal bulanan
- Ibadah WBI
- Ibadah Mandarin Service
- Seminar
Jadwal Tahunan
- Jakarta Truth Confrence
- Retreat WBI
- Ibadah Paskah
- Ibadah Jumat Agung
- Ibadah Hut Rehobot
- Perayaan Natal
Kita harus penuhi semua itu.

Orang yang merespon Tuhan akan mendapat reaksi Tuhan yang memadai pula.
Lukas 16 : 11
Harta sesungguhnya Alithenon : kebenaran
Hati kita jangan terikat di dunia 🌏
Jadi kalau terikat, Tuhan tidak bisa buka pikiran kita.
Dia melanggar firmanMya
Allah bekerja dalam segala hal bagi orang yang mengasihi Dia.
Kalau tidak mengasihi Allah tidak bisa menggarap.

Maka kita mengerti Tuhan πŸ’— berkata : " Jika kamu tidak melepaskan diri dari segala milikmu kamu tidak dapat jadi muridku, tidak bisa kuubah, tidak layak bagiKu."

Menjadi Kristen itu berat sekali.
Menjadi Kristen mencari susah hidup.
Sama dengan kalau mau jadi Hansip cukup ditraining 2 hari di kantor kelurahan.
Tetapi kalau jadi jendral harus sarjana, harus Lenhamnas, harus di perguruan tinggi, akademi militer, nanti dikirim lagi ke luar negri baru jadi jendral.

Bagaimana kita πŸ‘₯ mau jadi jendral trainingnya 2 hari di kantor kelurahan, tidak bisa.
Jadi orang besar Tuhan itu pertaruhannya besar.

Kalau demi uang kita mempertaruhkan hidup.
Demi karier, demi gelar kita mempertaruhkan hidup.
Kenapa demi Tuhan πŸ’— kita tidak mau mempertaruhkan semua ?

Coba ditafsir Tuhan πŸ’— harganya berapa? Unlimited.
Coba kita harganya berapa? Kita pikir sendiri. Kalau kita mau memperoleh Tuhan, kita tidak kehilangan diri, kehilangan hidup kita, tidak bisa.

Kita πŸ‘₯ bisa menerima kebenaran ini, tetapi dalam praktekpun Gembala terseok - seok.
Karena kita terlanjur memiliki diri kita sendiri.
- Kita mau suka - suka sendiri.
- Kita mau senang - senang sendiri.
Terkontaminasi cara berpikir dunia ini.

Tidak boleh ada kebanggaan dalam diri kita apapun bentuknya.
Tuhan seperti membiarkan, karena Tuhan ada hukum, ada tatanan diriNya.
Ada batas - batas yang Tuhan tidak akan langgar.
Jadi kalau seseorang tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur artinya matrealistis ya selesai, rusak.
Tuhan tidak bisa mengajarkan.

Ini yang mengerikan.
Kalau seorang pendeta rationya tidak beres karena pengajaran yang salah, Yesus juga salah, bukan Yesus yang benar.
Tuhan seakan - akan diam.
Yang lebih mengerikan terjadi mukjizat di gereja itu seakan - akan Tuhan meridhoi pelayanan gereja itu, tambah rusak.

Ini fakta yang terjadi sekarang ini.
Semua gereja πŸ’’ menclaim gerejanya paling benar.
Yesusnya paling benar dengan segala kesaksian - kesaksian yang ada.
Apalagi di Indonesia, di timur ini yang namanya rohaniwan, pendeta, ulama Kristen sangat terhormat.
Kalau sudah bicara penglihatan, nubuat, visi dari Tuhan percaya saja jemaat.

Apalagi dia sudah membuat mukjizat.
Atau gerejanya besar dipandang "Diberkati ", sudah dipercayai.
Padahal yang diajarkan bukan Yesus yang benar.
Ada jin yang diberi nama Yesus.

Mana mungkin Tuhan kita bisa diclaim, lalu suka - suka diperlakukan.
Itu Tuhan yang salah yang diperlakukan seakan - akan Tuhan yang benar.
Kenapa Tuhan yang benar tidak melabrak ?
Ada batas - batasnya.

JBU 🌷

Tidak ada komentar:

Posting Komentar