Satu hal yang penting yang harus kita renungkan adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketenangan itu.
Anggapan orang pada umumnya mengenai ketenangan adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat merasakan suasana tenang dan damai dalam jiwanya karena keadaan yang tidak bermasalah, tidak ada ancaman dan semua kebutuhan terpenuhi.
Bila kita memahami ketenangan demikian, maka kita tidak pernah memiliki ketenangan dalam hidup ini. Ketenangan dalam hidup semacam itu sudah hampir tidak pernah dapat ditemukan lagi di dunia ๐hari ini.
Sesungguhnya ketenangan sejati dapat kita miliki dan rasakan tatkala kita sampai pada perhentian Tuhan.
Perhentian itu bukan membuat kita berhenti bekerja, tetapi berhenti bekerja untuk diri kita sendiri.
Kita berhenti dari cita-cita kita sendiri, selanjutnya berusaha mengerti kehendak Tuhan, serta berusaha melakukannya secara konsekuen dan konsisten.
Itulah perhentian yang sejati.
Kalau seseorang hanya berhenti bekerja dari pekerjaan sekuler, kemudian menjadi pendeta atau aktif dalam ruangan biara, bisa saja ia menemukan perhentiannya sendiri, tapi belum tentu perhentian di dalam Tuhan. Menemukan perhentian di dalam Tuhan ๐ terjadi ketika seseorang diajar oleh Tuhan Yesus mengenakan pola hidup-Nya.
Pola hidup Tuhan Yesus adalah mengosongkan diri, hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa
Selama kita belum mengosongkan diri, perhentian di dalam Tuhan belum pernah kita temukan.
Tuhan Yesus ๐ menjadi Tuan dan Majikan kita, artinya kita harus meneladani pola hidup-Nya. Inilah sebenarnya tujuan Kekristenan itu.
Merupakan suatu perhentian kalau kita menerima kenyataan, bahwa kita sebagai makhluk ciptaan dan anak tebusan tidak lagi merasa berhak memiliki sesuatu.
Kita juga harus memahami bahwa kita tidak akan pernah dapat memiliki sesuatu tanpa pemberian atau anugerah-Nya di Kerajaan-Nya.
Semua yang kita miliki hari ini di bumi ๐ ini bukanlah milik kita, tetapi semuanya adalah milik Tuhan.
Harta kita sendiri di surga. Bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai milik kalau hanya dapat dinikmati sesaat.
Dengan menghayati hal ini, kita dapat merasa tenang tanpa materi dunia ๐ dan kita merasa tetap tenang di dalam keadaan ancaman sebesar apa pun. Kehidupan seperti ini dapat terwujud kalau seseorang hidup dalam pemerintahan Allah.
Oleh sebab itu di singkatnya umur hidup manusia, seharusnya seseorang bergumul terus untuk menempatkan dirinya sebagai hamba yang melayani Tuhan dalam pemerintahan-Nya.
Bukan satu hal yang mudah untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan. Untuk hidup dalam pemerintahan-Nya, maka seseorang harus:
• Belajar menuruti Firman-Nya
• Memiliki kepekaan mendengar suara-Nya
• Menemukan tempat di mana seharusnya ia mengabdi kepada Tuhan.
Orang percaya harus menjadi manusia yang hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Pemerintahan Tuhan artinya seseorang tidak melakukan apa yang melanggar kesucian Tuhan dan tidak bisa dibahagiakan oleh dunia ๐ ini, tetapi hanya dapat dibahagiakan oleh suasana Kerajaan Surga, yaitu damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.
Ketika seseorang hidup dalam pemerintahan Tuhan, maka ia memperoleh perhentian. Dalam di perhentian ini, seseorang memperoleh ketenangan yang sejati (Mat .11:28-29).
Hidup dalam pemerintahan Allah yang tidak kelihatan di balik fakta yang kelihatan dan segala fenomenanya yang dijalani manusia pada umumnya, akan menjadikan hidup orang percaya digerakkan oleh kesadaran bahwa ada Allah yang hidup menentukan segala perkara di dalam tatanan-Nya. Ini berarti bahwa Tuhanlah yang menaungi segala sesuatu dalam tatanan atau hukum-Nya dengan sangat tertib.
Kesadaran ini akan nyata dalam sikap hidup kita yang selalu merendahkan diri di hadapan-Nya untuk bergantung dan berharap sepenuhnya dalam segala sesuatu dari pada-Nya. Orang-orang yang bersikap seperti ini akan mencari Tuhan ๐ dengan sungguh-sungguh.
Baginya, kehidupan ini tidak lengkap tanpa Tuhan. Segala kesanggupan, kemampuan, dan kecakapan tidak artinya tanpa Tuhan yang menaungi kita.
Kehidupan bersama dengan Tuhan seperti ini merupakan suatu keindahan yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain.
Dan kehidupan bersama dengan Tuhan ๐ ini akan terus berlanjut sampai kekekalan.
Dengan demikian orang yang telah menikmati perhentian di dalam Tuhan di bumi ini, pasti akan mengalami dan memiliki perhentian di kekekalan, di rumah Bapa.
Orang yang tidak berjalan dengan Tuhan ๐ di bumi, dan tidak mengalami perhentian dengan Tuhan, tidak akan pernah masuk Kerajaan Surga. Dengan demikian, apakah seseorang akan masuk surga atau tidak sudah sangat kelihatan warna dan kualitas hidupnya sejak di bumi sekarang ini. Oleh sebab itu kita harus mengoreksi diri kita dengan jujur, kita ada di bagian mana?
JBU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar