Satu hal yang tersulit dalam kehidupan Kristen adalah meninggalkan dunia, yang sama dengan kehilangan nyawa. Namun demikian, hal ini harus terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Kita tidak boleh menghindarkannya. Menghindari hal ini berarti berkhianat kepada Tuhan Yesus. Meninggalkan dunia bukan berarti tidak lagi bergaul di tengah-tengah masyarakat. Bukan berarti tidak melakukan kegiatan apa pun demi menarik diri dari semua kegiatan hidup. Meninggalkan dunia artinya meninggalkan cara berpikir, gaya dan pola hidup dunia yang dikenakan semua manusia di sekitar kita. Ini hal yang sulit, sebab sementara kita hidup di tengah-tengah dunia yang semua manusia memiliki cara berpikir, pola dan gaya hidup tertentu, kita harus mengenakan cara berpikir, pola dan gaya hidup yang berbeda dari mereka.
Kalau menyingkir dari keramaian, menyepi di tempat-tempat di mana tidak ada manusia lain, maka hal ini menjadi sangat jauh lebih mudah. Hal ini sama dengan puasa di tengah-tengah banyak makanan. Jauh lebih mudah puasa di padang pasir di mana tidak ada makanan dan minuman. Tetapi justru inilah ujian iman kita. Tidak bisa dikatakan ujian kalau jalan hidup sebagai orang Kristen mudah ditempuh.
Kalau menyingkir dari keramaian, menyepi di tempat-tempat di mana tidak ada manusia lain, maka hal ini menjadi sangat jauh lebih mudah. Hal ini sama dengan puasa di tengah-tengah banyak makanan. Jauh lebih mudah puasa di padang pasir di mana tidak ada makanan dan minuman. Tetapi justru inilah ujian iman kita. Tidak bisa dikatakan ujian kalau jalan hidup sebagai orang Kristen mudah ditempuh.
Dalam suratnya, Yakobus menulis: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun(Yak. 1:1-2). Iman seorang harus diuji. Iman di sini artinya penurutan terhadap kehendak Allah. Orang percaya diuji apakah lebih taat kepada Allah atau lebih memilih mengikuti cara hidup manusia di sekitar yang sama dengan menyenangkan diri sendiri.
Apa yang dikatakan Yakobus seirama dengan yang ditulis Petrus: Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu(1Ptr. 1:6-9). Tujuan iman adalah kehidupan yang serupa dengan Tuhan Yesus. Ini berarti berkeadaan yang sangat berbeda dengan dunia ini. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam doa-Nya kepada Bapa. Tuhan Yesus tidak meminta Bapa mengambil orang percaya dari dunia ini, tetapi melindungi mereka dari yang jahat (Yoh. 17:15). Untuk ini Firman Tuhan menguduskan orang percaya (Yoh. 17:17); menguduskan berarti membuat mereka berbeda dengan dunia ini.
Orang-orang Kristen abad pertama harus mengalami aniaya yang hebat. Hal itu merupakan cara Allah membawa mereka untuk dapat dalam waktu singkat menjadi orang percaya yang meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya, selanjutnya hidup sesuai dengan kehendak Allah. Aniaya tersebut membangun kehidupan yang berbeda dengan dunia ini. Allah mengizinkan begitu berat aniaya yang mereka alami agar mereka lebih cepat menjadi matang atau dewasa. Hal ini juga dialami oleh orang percaya dewasa ini. Keadaan dunia yang semakin mengancam ketenangan hidup kita hari-hari ini bisa menjadi sarana Allah lebih cepat membuat kita matang. Sementara itu di lain pihak dunia yang semakin jahat membuat matang kejahatan mereka yang mengikuti jalan dunia. Dalam keadaan dunia seperti ini, tetaplah setia mengikuti Tuhan Yesus, bukan mengikuti jalan dunia.
Jadi, ketika Tuhan Yesus berkata kepada seseorang “ikutlah Aku”, berarti kita berhenti dari cara berpikir, gaya dan pola hidup yang selama ini kita kenakan. Belajar mengenakan cara berpikir, gaya dan pola hidup yang pernah dijalani-Nya dua ribu tahun yang lalu. Ini berarti kita harus berani meninggalkan segala kesenangan dunia. Meninggalkan kesenangan dunia sama dengan kehilangan nyawa. Harus diingat bahwa orang yang kehilangan nyawa akan memperolehnya, artinya kita akan menikmati kesenangan surgawi kalau kita kehilangan kesenangan dunia hari ini. Orang yang tidak mau kehilangan kesenangan dunia hari ini, jangan berharap dapat menikmati kesenangan di dalam Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Ketika seseorang berani menanggalkan segala kesenangan dunia, maka barulah ia bisa menikmati damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus secara penuh. Inilah yang membuat seseorang semakin lebih mudah meninggalkan dunia dan menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar