Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan πsemata-mata.
Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, kita hanya mau melakukan kehendak-Nya.
Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan π akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, maka Tuhan tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya, sehingga ia tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan.
Ingat, Tuhan tidak akan memberikan barang yang kudus kepada anjing dan tidak melemparkan mutiara kepada babi. Ucapan Tuhan Yesus π ini jelas menunjukkan bahwa Ia tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya atau yang tidak berkerinduan mengerti Firman untuk dilakukan.
Banyak orang merasa tidak perlu mengerti dan melakukan kehendak Tuhan π
Mereka berpikir bahwa Tuhanlah yang tidak memberitahukan kehendak-Nya kepadanya. Padahal, bukan Tuhan tidak mau memberitahukan kehendak-Nya, tetapi sebenarnya mereka memang dasarnya tidak mau tahu kehendak Tuhan dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya.
Orang seperti ini adalah orang yang dapat digolongkan sebagai manusia π₯ celaka. Mengerikan sekali, sebab jumlah manusia yang celaka ini lebih banyak dari mereka yang dilayakkan menerima kemuliaan bersama Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus sendiri berkata, bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih.
Fenomena ini seharusnya membuat hati kita gentar. Bisa dimengerti kalau Firman Tuhan mengatakan bahwa kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar.
Takut dan gentar di sini menunjukkan betapa tidak mudahnya untuk bisa mengalami dan memiliki keselamatan.
Tuhan π adalah Pribadi yang lembut.
Ia tidak memaksa seseorang untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak-Nya tersebut.
Tuhan π memberi kebebasan kepada setiap individu dalam bersikap terhadap Tuhan.
Jadi, kalau hari ini Tuhan terkesan diam dan tidak peduli dengan keadaan hidup kita yang sering tidak melakukan kehendak-Nya, bukan berarti Tuhan masa bodoh dan tidak peduli terhadap hal tersebut.
Tuhan menghendaki kerelaan kita untuk melakukan kehendak-Nya. Hanya orang yang haus akan kebenaran yang dipuaskan (Mat. 5:6). Kalau seseorang tidak bersedia mengerti kehendak-Nya dan tidak bersedia melakukan kehendak-Nya dengan sukacita, maka Tuhan tidak memaksa orang tersebut mengerti kehendak-Nya dan melakukannya.
Kalau kita π₯ tidak sungguh-sunguh mendesak Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya dan melakukan kehendak tersebut, maka hendaknya kita tidak berharap dapat mengerti kehendak Tuhan serta melakukannya. Kondisi dunia hari ini membuat banyak orang tidak merasa perlu sungguh-sungguh mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya.
Dengan kesediaan menanggalkan segala keinginan bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar bahwa kita tidak pernah menjadi siapa-siapa, kita tetap manusia π₯ dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap. Dalam hal ini, Tuhan akan mengizinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi kita.
Baik berkat jasmani maupun berkat rohani. Di satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sisi yang lain kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang Tuhan π berikan.
Terutama, dalam melakukan kehendak Tuhan itu sendiri, kita menikmatinya sebagai kesenangan hidup. Misalnya Tuhan π memerintahkan manusia untuk memenuhi bumi dengan pernikahan. Ini adalah mandat prokreasi. Dalam mandat prokreasi ini ada kenikmatan rekreasi.
Kenikmatan hidup itu juga termasuk tidur nyenyak, makan enak dan segala kebahagiaan bersama dengan orang-orang yang mengasihi Tuhan π
Orang yang mau melakukan kehendak Tuhan akan dikenyangkan oleh Tuhan dengan sukacita dan kesenangan tanpa berbuat salah memberhalakan kesenangan tersebut.
Kalau kita mau melakukan keinginan Tuhan dasarnya bukan karena harus berbuat demikian atau karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau membahagiakan hati-Nya. Tuhan π sebenarnya bisa tidak membutuhkan kebahagiaan dari kita.
Tuhan sudah bahagia, tetapi kalau kita boleh menyenangkan hati-Nya, ini adalah suatu anugerah yang luar biasa.
Orang yang mau membahagiakan hati Tuhan π hidupnya menjadi sederhana, tidak memiliki keinginan macam-macam dan selalu memikirkan perkara-perkara rohani atau hal-hal surgawi.
Hidupnya sederhana, tidak rumit dan tentu tidak berusaha menunjukkan kemewahan walaupun kaya materi.
Oleh sebab itu, hal melakukan keinginan Tuhan π dengan terlebih dahulu menanggalkan keinginan diri sendiri, harus diterima sebagai suatu anugerah.
Mari kita melakukannya dengan rela dan sukacita. Orang yang mau melakukan keinginan Tuhan π adalah orang yang menjadikan Tuhan kesukaan atau kegembiraan hidupnya. Orang yang tidak menjadikan Tuhan kegembiraan, pasti hidupnya kotor dan terbelenggu dengan berbagai belenggu, yang akhirnya menjadi penghuni neraka sebab menjadi sekutu Iblis. Tetapi orang yang menjadi sekutu Tuhan Yesus akan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di rumah Bapa.
JBU
https://overcast.fm/+IqODgsHTA
Kumpulan dari Khotbah, Seminar dan hal lain yang berhubungan dengan Gereja Rehobot Ministry
Kamis, 30 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “KETERTUNDUKAN KEPADA ALLAH” Pdt. DR. Erastus Sabdono 30 Agustus 2018
Salah satu ciri dari seorang yang hidup baru dalam Tuhan π adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan dari diri sendiri. Dulu, kalau kita mendengar khotbah yang mengatakan bahwa keinginan harus ditanggalkan, kita memrotes baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Bagaimana bisa manusia tidak boleh memiliki keinginan? Namanya juga manusia, harus mempunyai keinginan dan cita-cita.
Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan pertumbuhan kedewasaan rohani, kita bisa mengerti dan menerima bahwa semua keinginan harus disesuaikan dengan kehendak Tuhan π
Itulah yang dimaksud dengan keinginan diri sendiri yang disalibkan atau ditanggalkan.
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh setiap orang yang telah ditebus oleh darah-Nya.
Sudah terlalu lama kita terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginan, dan hal ini kita anggap sebagai suatu kewajaran.
Tetapi kalau kita mengerti dan menerima bahwa kehidupan ini diciptakan oleh suatu Pribadi yang memiliki kehendak atau keinginan, Pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan, maka kita harus mulai mempertimbangkan: Apakah kita boleh sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran dan perasaan Tuhan? Harus dipahami bahwa sikap hidup dan segala gerak kehendak, pikiran, dan perasaan orang percaya π₯ sebagai anak-anak Tuhan sangat memengaruhi hati atau perasaan Tuhan.
Satu aspek hal ini menjadi belenggu atau ikatan, tetapi aspek lainnya adalah kemerdekaan, artinya merdeka dari belenggu dunia π
Orang yang terbelenggu Tuhan akan terlepas dari belenggu dunia, tetapi kalau orang terlepas dari belenggu Tuhan, maka ia akan pasti terbelenggu oleh dunia.
Sebelum kita bertobat dan mengikut Tuhan Yesus, kita merasa memiliki diri kita sendiri.
Kita π₯ seperti Petrus yang masih muda yang “mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja kita kehendaki”, tetapi setelah kita tua atau makin dewasa rohani kita harus mengulurkan tangan dan orang lain yang akan mengikat kita dan membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki (Yoh. 21:18).
Inilah yang dimaksud dengan kehendak yang disalibkan.
Fenomena ini sejajar dengan doa Tuhan Yesus π yang berbunyi: Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Doa Bapa Kami yang berbunyi: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Selama seseorang masih seperti Petrus muda yang masih suka-suka sendiri, atau mengatur diri sendiri sesukanya, maka ia tidak akan dapat memuliakan Allah.
Kita harus berubah dari Petrus muda ke Petrus tua, agar kita dapat memuliakan nama Tuhan.
Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh.
Kita sebagai hamba-hamba-Nya harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-Nya secara penuh.
Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh.
Manusia memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan. Karyawan yang tidak tunduk kepada perusahaan saja bisa dipecat, apalagi makhluk ciptaan di hadapan Penciptanya. Hidup dalam ketertundukan kepada Allah adalah sebuah kehormatan.
Hal ini tidak boleh kita tanggapi sebagai beban atau kewajiban, tetapi sebagai kesukaan dan kebutuhan.
Mengapa demikian? Sebab ketertundukan kepada Allah π adalah berkat abadi.
Cepat atau lambat, setiap insan akan tiba pada suatu saat di mana ia tidak akan memiliki keinginan apa pun, atau dipaksa tidak memiliki keinginan apa pun. Saat itu terjadi ketika seseorang akan tutup usia, di mana seluruh organ tubuh sudah tidak dapat dipakai lagi, atau pada suatu keadaan fisik karena kecelakaan atau sakit, sehingga tidak bisa berfungsi lagi.
Di saat seperti itu seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apa pun, kecuali Tuhan π yang dapat menjadi sahabat abadi.
Di saat seperti itu kita baru menghayati bahwa kekayaan adalah mamon yang tidak jujur atau menipu.
Kekayaan bisa menjadi alat Iblis yang sangat efektif dan berdaya guna membinasakan manusia.
Sebelum kita ada dalam situasi di mana segala keinginan harus ditanggalkan, sekarang kita sudah belajar dengan rela dan sukacita menanggalkan segala keinginan dan mengenakan filosofi: makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan.
Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, gaya hidup inilah yang Tuhan π kehendaki kita kenakan dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa Yesus “menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Rm. 8:29).
Dia sebagai teladan atau yang memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA0YaD4
Bagaimana bisa manusia tidak boleh memiliki keinginan? Namanya juga manusia, harus mempunyai keinginan dan cita-cita.
Tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan pertumbuhan kedewasaan rohani, kita bisa mengerti dan menerima bahwa semua keinginan harus disesuaikan dengan kehendak Tuhan π
Itulah yang dimaksud dengan keinginan diri sendiri yang disalibkan atau ditanggalkan.
Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh setiap orang yang telah ditebus oleh darah-Nya.
Sudah terlalu lama kita terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginan, dan hal ini kita anggap sebagai suatu kewajaran.
Tetapi kalau kita mengerti dan menerima bahwa kehidupan ini diciptakan oleh suatu Pribadi yang memiliki kehendak atau keinginan, Pribadi yang memiliki pikiran dan perasaan, maka kita harus mulai mempertimbangkan: Apakah kita boleh sebebas-bebasnya mengumbar keinginan kita tanpa mempertimbangkan apakah keinginan tersebut sesuai dengan kehendak, pikiran dan perasaan Tuhan? Harus dipahami bahwa sikap hidup dan segala gerak kehendak, pikiran, dan perasaan orang percaya π₯ sebagai anak-anak Tuhan sangat memengaruhi hati atau perasaan Tuhan.
Satu aspek hal ini menjadi belenggu atau ikatan, tetapi aspek lainnya adalah kemerdekaan, artinya merdeka dari belenggu dunia π
Orang yang terbelenggu Tuhan akan terlepas dari belenggu dunia, tetapi kalau orang terlepas dari belenggu Tuhan, maka ia akan pasti terbelenggu oleh dunia.
Sebelum kita bertobat dan mengikut Tuhan Yesus, kita merasa memiliki diri kita sendiri.
Kita π₯ seperti Petrus yang masih muda yang “mengikat pinggang sendiri dan berjalan ke mana saja kita kehendaki”, tetapi setelah kita tua atau makin dewasa rohani kita harus mengulurkan tangan dan orang lain yang akan mengikat kita dan membawa kita ke tempat yang tidak kita kehendaki (Yoh. 21:18).
Inilah yang dimaksud dengan kehendak yang disalibkan.
Fenomena ini sejajar dengan doa Tuhan Yesus π yang berbunyi: Bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu. Hal ini merupakan pelaksanaan dari Doa Bapa Kami yang berbunyi: Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Selama seseorang masih seperti Petrus muda yang masih suka-suka sendiri, atau mengatur diri sendiri sesukanya, maka ia tidak akan dapat memuliakan Allah.
Kita harus berubah dari Petrus muda ke Petrus tua, agar kita dapat memuliakan nama Tuhan.
Dalam kehidupan ini, kehendak Tuhanlah yang harus berdaulat secara penuh.
Kita sebagai hamba-hamba-Nya harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan dan otoritas-Nya secara penuh.
Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh.
Manusia memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan. Karyawan yang tidak tunduk kepada perusahaan saja bisa dipecat, apalagi makhluk ciptaan di hadapan Penciptanya. Hidup dalam ketertundukan kepada Allah adalah sebuah kehormatan.
Hal ini tidak boleh kita tanggapi sebagai beban atau kewajiban, tetapi sebagai kesukaan dan kebutuhan.
Mengapa demikian? Sebab ketertundukan kepada Allah π adalah berkat abadi.
Cepat atau lambat, setiap insan akan tiba pada suatu saat di mana ia tidak akan memiliki keinginan apa pun, atau dipaksa tidak memiliki keinginan apa pun. Saat itu terjadi ketika seseorang akan tutup usia, di mana seluruh organ tubuh sudah tidak dapat dipakai lagi, atau pada suatu keadaan fisik karena kecelakaan atau sakit, sehingga tidak bisa berfungsi lagi.
Di saat seperti itu seseorang tidak akan mampu memiliki keinginan apa pun, kecuali Tuhan π yang dapat menjadi sahabat abadi.
Di saat seperti itu kita baru menghayati bahwa kekayaan adalah mamon yang tidak jujur atau menipu.
Kekayaan bisa menjadi alat Iblis yang sangat efektif dan berdaya guna membinasakan manusia.
Sebelum kita ada dalam situasi di mana segala keinginan harus ditanggalkan, sekarang kita sudah belajar dengan rela dan sukacita menanggalkan segala keinginan dan mengenakan filosofi: makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus ajarkan.
Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, gaya hidup inilah yang Tuhan π kehendaki kita kenakan dalam kehidupan ini. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman Tuhan bahwa Yesus “menjadi yang sulung di antara banyak saudara” (Rm. 8:29).
Dia sebagai teladan atau yang memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA0YaD4
Selasa, 28 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “HARGA MENJADI SEKUTU ALLAH” Pdt. DR. Erastus Sabdono 29 Agustus 2018
Matahari kita ialah bintang yang ukurannya demikian besar, sehingga dibutuhkan 1.300.000.000 planet seukuran Bumi πuntuk mengisinya.
Tetapi itu tidak ada artinya dibanding bintang terbesar yang diketahui manusia saat ini, yaitu VY Canis Majoris di rasi Canis Major, yang berjarak 4.900 tahun cahaya dari bumi.
Bintang raksasa ini berdiameter sekitar 2.000 kali Matahari, dan untuk mengisi volumenya dibutuhkan 7 kuadriliun (7.000.000.000.000.000) planet seukuran Bumi. Bila membandingkan ukuran bintang raksasa tersebut dengan Bumi, maka Bumi π seperti kerikil yang sangat kecil.
Faktanya memang jagad raya ini tidak terbatas.
Sungguh-sungguh tidak terbatas.
Suatu realitas yang tidak dapat dibayangkan.
Ketika Yohanes memperoleh penglihatan dari Tuhan Yesus π di Pulau Patmos, ia melihat Tuhan Yesus memegang tujuh bintang (Why. 1:16). Memang bintang yang dimaksud di dalam ayat ini belum tentu berarti fisik, tetapi sebagai Pencipta bukan tidak mungkin secara fisikpun Sang Logos sanggup melakukannya.
Jadi, jika kita sudah terkagum-kagum memperhatikan ukuran bintang-bintang di alam semesta ini, betapa tidak berartinya itu semua dibandingkan Tuhan π kita yang jauh lebih besar dari semua kenyataan jagad raya ini.
Betapa dahsyatnya Tuhan Semesta Alam itu: kuasa-Nya, hikmat-Nya, jalan-jalan-Nya, dan pekerjaan tangan-Nya.
Betapa tidak berartinya segala sesuatu yang kita anggap berharga (keluarga, harta, pangkat, kehormatan, dan lain sebagainya) di hadapan-Nya.
Lebih mengagumkan lagi dan sangat menakjubkan sebab sangat luar biasa, jika ternyata Tuhan π yang Mahadahsyat dan Mahabesar itu berkenan menjadikan kita sekutu-Nya.
Untuk itu Ia menginginkan kita melepaskan segala sesuatu, agar kita bisa mempersembahkan hidup kita bagi Dia.
Dengan menghayati kedahsyatan Tuhan dan betapa besar kasih-Nya, serta betapa tidak berartinya segala sesuatu yang kita lepaskan bagi-Nya, maka kita akan menyadari bahwa mempersembahkan segenap hidup kita juga sesungguhnya tidak cukup untuk membalas kasih-Nya.
Karena kita tidak mempunyai apa-apa yang dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang bisa berguna bagi-Nya.
Hanya oleh anugerah-Nyalah, Ia bisa melengkapi kita π₯ dengan segala sesuatu yang berguna bagi Kerajaan-Nya.
Dengan kesadaran ini, maka sanjungan, puji-pujian dan kehormatan dari manusia tidak lagi kita perhitungkan sama sekali.
Dalam hal ini, sikap hati kitalah yang berperan, apakah kita memiliki kesediaan untuk menjadi sekutu Tuhan? Tuhan tidak mencari keuntungan apa pun dari kita, tetapi Tuhan ingin menemukan hati yang mengasihi Dia dan rela berbuat apa pun demi kepentingan-Nya.
Jika hati seseorang mengasihi Dia, maka ia pasti tampil sebagai pembela-Nya.
Jangan sia-siakan kesempatan yang sangat berharga ini untuk menjadi sekutu Tuhan π Semesta Alam Yang Mahatinggi.
Untuk menjadi sekutu Tuhan, ada harga yang harus dibayar.
Abraham, salah satu contoh dari seorang yang berani membayar harga menjadi sekutu Tuhan. Sehingga ia disebut sebagai sahabat Tuhan π Tindakan iman Abraham adalah tindakan yang menyita seluruh kehidupannya.
Hidupnya benar-benar berubah sejak ia meresponi panggilan untuk keluar dari Ur-kasdim.
Hidupnya menjadi sangat berbeda dengan lingkungannya.
Ia menjadi orang asing, bagi keluarganya sendiri, saudaranya, bahkan masyarakat di mana ia pernah menetap. Abraham adalah sosok yang memiliki keberanian yang sangat hebat untuk menjadi sekutu Tuhan π Inilah iman yang sejati itu. Abraham berani memercayai Elohim Yahweh tanpa jaminan apa pun.
Ia hanya percaya, titik. Percaya saja dengan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah yang benar itu.
Hal ini seharusnya menjadi standar iman kita sebagai pengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus π tidak pernah meragukan Allah Bapa.
Ia percaya saja, sampai mati di kayu salib, bahkan ketika Ia merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Yesus tetap percaya, tidak meragukan Bapa π sama sekali.
Iman yang sejati akan membuat seseorang berubah secara radikal. Kalau seluruh kehidupan belum dipertaruhkan atau disita oleh imannya, maka imannya belum sempurna. Iman kita harus mengacu pada iman Abraham.
Iman Abraham adalah model iman yang harus kita miliki agar menjadi sekutu Tuhan.
Kalau Abraham harus melepaskan seluruh kehidupannya untuk menjadi sekutu Tuhan, maka kita pun harus melakukan hal yang sama. Kalau seseorang tidak melepaskan seluruh aspek kehidupannya, berarti ia tidak mengerti betapa besar anugerah yang Tuhan π berikan untuk menjadi sekutu-Nya. Melepaskan kehidupan inilah yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai rela kehilangan nyawa.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBcElMg
Tetapi itu tidak ada artinya dibanding bintang terbesar yang diketahui manusia saat ini, yaitu VY Canis Majoris di rasi Canis Major, yang berjarak 4.900 tahun cahaya dari bumi.
Bintang raksasa ini berdiameter sekitar 2.000 kali Matahari, dan untuk mengisi volumenya dibutuhkan 7 kuadriliun (7.000.000.000.000.000) planet seukuran Bumi. Bila membandingkan ukuran bintang raksasa tersebut dengan Bumi, maka Bumi π seperti kerikil yang sangat kecil.
Faktanya memang jagad raya ini tidak terbatas.
Sungguh-sungguh tidak terbatas.
Suatu realitas yang tidak dapat dibayangkan.
Ketika Yohanes memperoleh penglihatan dari Tuhan Yesus π di Pulau Patmos, ia melihat Tuhan Yesus memegang tujuh bintang (Why. 1:16). Memang bintang yang dimaksud di dalam ayat ini belum tentu berarti fisik, tetapi sebagai Pencipta bukan tidak mungkin secara fisikpun Sang Logos sanggup melakukannya.
Jadi, jika kita sudah terkagum-kagum memperhatikan ukuran bintang-bintang di alam semesta ini, betapa tidak berartinya itu semua dibandingkan Tuhan π kita yang jauh lebih besar dari semua kenyataan jagad raya ini.
Betapa dahsyatnya Tuhan Semesta Alam itu: kuasa-Nya, hikmat-Nya, jalan-jalan-Nya, dan pekerjaan tangan-Nya.
Betapa tidak berartinya segala sesuatu yang kita anggap berharga (keluarga, harta, pangkat, kehormatan, dan lain sebagainya) di hadapan-Nya.
Lebih mengagumkan lagi dan sangat menakjubkan sebab sangat luar biasa, jika ternyata Tuhan π yang Mahadahsyat dan Mahabesar itu berkenan menjadikan kita sekutu-Nya.
Untuk itu Ia menginginkan kita melepaskan segala sesuatu, agar kita bisa mempersembahkan hidup kita bagi Dia.
Dengan menghayati kedahsyatan Tuhan dan betapa besar kasih-Nya, serta betapa tidak berartinya segala sesuatu yang kita lepaskan bagi-Nya, maka kita akan menyadari bahwa mempersembahkan segenap hidup kita juga sesungguhnya tidak cukup untuk membalas kasih-Nya.
Karena kita tidak mempunyai apa-apa yang dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang bisa berguna bagi-Nya.
Hanya oleh anugerah-Nyalah, Ia bisa melengkapi kita π₯ dengan segala sesuatu yang berguna bagi Kerajaan-Nya.
Dengan kesadaran ini, maka sanjungan, puji-pujian dan kehormatan dari manusia tidak lagi kita perhitungkan sama sekali.
Dalam hal ini, sikap hati kitalah yang berperan, apakah kita memiliki kesediaan untuk menjadi sekutu Tuhan? Tuhan tidak mencari keuntungan apa pun dari kita, tetapi Tuhan ingin menemukan hati yang mengasihi Dia dan rela berbuat apa pun demi kepentingan-Nya.
Jika hati seseorang mengasihi Dia, maka ia pasti tampil sebagai pembela-Nya.
Jangan sia-siakan kesempatan yang sangat berharga ini untuk menjadi sekutu Tuhan π Semesta Alam Yang Mahatinggi.
Untuk menjadi sekutu Tuhan, ada harga yang harus dibayar.
Abraham, salah satu contoh dari seorang yang berani membayar harga menjadi sekutu Tuhan. Sehingga ia disebut sebagai sahabat Tuhan π Tindakan iman Abraham adalah tindakan yang menyita seluruh kehidupannya.
Hidupnya benar-benar berubah sejak ia meresponi panggilan untuk keluar dari Ur-kasdim.
Hidupnya menjadi sangat berbeda dengan lingkungannya.
Ia menjadi orang asing, bagi keluarganya sendiri, saudaranya, bahkan masyarakat di mana ia pernah menetap. Abraham adalah sosok yang memiliki keberanian yang sangat hebat untuk menjadi sekutu Tuhan π Inilah iman yang sejati itu. Abraham berani memercayai Elohim Yahweh tanpa jaminan apa pun.
Ia hanya percaya, titik. Percaya saja dengan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah yang benar itu.
Hal ini seharusnya menjadi standar iman kita sebagai pengikut Tuhan Yesus. Tuhan Yesus π tidak pernah meragukan Allah Bapa.
Ia percaya saja, sampai mati di kayu salib, bahkan ketika Ia merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya.
Yesus tetap percaya, tidak meragukan Bapa π sama sekali.
Iman yang sejati akan membuat seseorang berubah secara radikal. Kalau seluruh kehidupan belum dipertaruhkan atau disita oleh imannya, maka imannya belum sempurna. Iman kita harus mengacu pada iman Abraham.
Iman Abraham adalah model iman yang harus kita miliki agar menjadi sekutu Tuhan.
Kalau Abraham harus melepaskan seluruh kehidupannya untuk menjadi sekutu Tuhan, maka kita pun harus melakukan hal yang sama. Kalau seseorang tidak melepaskan seluruh aspek kehidupannya, berarti ia tidak mengerti betapa besar anugerah yang Tuhan π berikan untuk menjadi sekutu-Nya. Melepaskan kehidupan inilah yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai rela kehilangan nyawa.
JBU
https://overcast.fm/+IqOBcElMg
RH Truth Daily Enlightenment “SEBUAH KEMUTLAKAN” Pdt. DR. Erastus Sabdono 28 Agustus 2018
Tentu kita semua kita tahu bahwa berlian adalah barang mewah yang tidak dapat disentuh oleh orang-orang yang berpenghasilan rendah.
Bagi mereka, berlian adalah impian yang tidak pernah terwujud.
Itulah sebabnya mereka tidak pernah berpikir mengenai berlian.
Dalam stadium tertentu, untuk sementara, mereka adalah orang-orang yang merdeka dari berlian. Tetapi kalau suatu hari mereka memiliki banyak uang, belum tentu mereka tetap dalam kemerdekaan dari berlian tersebut. Ketika memiliki uang, maka mulai berpikir bagaimana membeli barang mewah, seperti berlian.
Jadi bisa dimengerti kalau orang semakin kaya, maka berpotensi lebih besar untuk terbelenggu dengan banyak keinginan, yang akhirnya membawanya kepada kebinasaan.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus π sendiri dengan tegas mengatakan, bahwa orang kaya sukar masuk Kerajaan Surga.
Ini juga berlaku bagi orang miskin yang ingin kaya dengan tujuan akan merasa bahagia dengan kekayaan.
Sering kita mendengar ungkapan “berlian adalah abadi”, karena berlian adalah permata yang indah, langka, dan sangat kuat.
Oleh karenanya, harganya sangat mahal.
Batu berlian mentah paling besar yang ditemukan di bumi ialah Cullinan diamond yang berukuran 3.106,75 karat (621,35 gram) dari Afrika Selatan. Namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan sebuah berlian di langit, yang ditemukan oleh para astronom pada tahun 2004 di rasi bintang Centaurus. Ukurannya 10 milyar-trilyun-trilyun (angka 1 diikuti 34 nol) karat.
Berlian raksasa tersebut dulunya sebuah bintang, yang kemudian mati, mendingin, dan menyusut. Ini menunjukkan betapa kecilnya kita sebagai manusia π₯ dengan segala harta kita di bumi, dibandingkan dengan Tuhan yang empunya alam semesta ini.
Entah ada berapa banyak lagi berlian raksasa di langit seperti bintang tersebut.
Mari kita renungkan, Sang Pencipta yang Mahakaya -yaitu Sang Logos atau Anak Allah yang kekal rela untuk mengosongkan Diri menjadi manusia di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Ia tidak lahir menjadi Raja di sebuah istana, tetapi Ia lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana, yang hanya sanggup mengurbankan dua ekor burung untuk kurban setelah masa pentahiran ibu-Nya, yaitu sesudah melahirkan Yesus.
Ia tinggal di kota kecil Nazaret dan bekerja sebagai tukang kayu membantu ayah-Nya.
Ia tidak menuntut perlakuan istimewa dari siapa pun. Ia sudah tertolak oleh manusia π₯ sejak dalam kandungan, sampai ketika di ujung kematian di kayu salib. Sungguh apa yang dilakukan-Nya adalah satu hal yang sangat luar biasa.
Keagungan dan kebesaran Anak Allah ini, Tuhan Yesus Kristus, terdapat pada kesediaan-Nya mengosongkan Diri dan melepaskan semua hak-Nya.
Ia melepaskan kemuliaan-Nya dan menggantikannya dengan mahkota duri.
Yesus rela merendahkan Diri-Nya, meninggalkan surga, rela kehilangan hak-Nya sebagai Raja alam semesta, dan menjadi manusia yang rendah, seperti kita yang menghuni planet kecil ini.
Bahkan Ia rela taat sampai mati di kayu salib demi kita, yang sesungguhnya tidak layak dibela-Nya. Semua kita mempunyai sifat manusiawi yang tidak bisa rendah hati.
Kita ingin diistimewakan dan dihormati orang lain. Kita ingin orang lain melihat harta kita, yang sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan berlian milik Tuhan Yesus π di langit.
Kita harus selalu ingat, bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita menaruh pikiran dan perasaan seperti yang ada pada Diri-Nya, yang salah satunya ialah kerendahan hati.
Kerendahan hati inilah yang membuat seseorang dapat mengosongkan diri seperti Dia mengosongkan diri. Ini mencakup kerelaan untuk kehilangan hak, rela untuk tidak dihargai, rela kehilangan kenikmatan duniawi di dunia π ini.
Hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi kita harus melakukannya, sebab tidak ada kemuliaan tanpa tindakan mengosongkan diri seperti yang Yesus lakukan.
Meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus π adalah sebuah kemutlakan yang tidak bisa dihindari. Menghindari hal tersebut berarti menolak mengikut Dia.
Kalau kita rela menanggalkan hak-hak kita, dan bersedia melayani sesama, maka semua yang kita lepaskan diganti-Nya dengan kemuliaan surgawi bagi kita sebagai ahli waris Kerajaan Surga.
Sukacita surgawi itu sudah bisa kita rasakan hari ini, jika kita benar-benar rela menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. Jika Tuhan Yesus π merelakan segalanya demi kita, itu karena Ia memandang kita lebih mahal daripada semua berlian di bumi dan di langit.
Menanggapi cinta-Nya yang begitu dalam kepada kita, mengapa kita tidak bersedia membalas kebaikan-Nya dengan menyerahkan seluruh hidup ini kepada-Nya? Betapa beruntungnya dan berbahagia orang yang melepaskan haknya untuk dapat melayani Bapa dan Tuhan Yesus Kristus (1Kor. 9:18).
JBU
https://overcast.fm/+IqOA_WOFo
Bagi mereka, berlian adalah impian yang tidak pernah terwujud.
Itulah sebabnya mereka tidak pernah berpikir mengenai berlian.
Dalam stadium tertentu, untuk sementara, mereka adalah orang-orang yang merdeka dari berlian. Tetapi kalau suatu hari mereka memiliki banyak uang, belum tentu mereka tetap dalam kemerdekaan dari berlian tersebut. Ketika memiliki uang, maka mulai berpikir bagaimana membeli barang mewah, seperti berlian.
Jadi bisa dimengerti kalau orang semakin kaya, maka berpotensi lebih besar untuk terbelenggu dengan banyak keinginan, yang akhirnya membawanya kepada kebinasaan.
Itulah sebabnya Tuhan Yesus π sendiri dengan tegas mengatakan, bahwa orang kaya sukar masuk Kerajaan Surga.
Ini juga berlaku bagi orang miskin yang ingin kaya dengan tujuan akan merasa bahagia dengan kekayaan.
Sering kita mendengar ungkapan “berlian adalah abadi”, karena berlian adalah permata yang indah, langka, dan sangat kuat.
Oleh karenanya, harganya sangat mahal.
Batu berlian mentah paling besar yang ditemukan di bumi ialah Cullinan diamond yang berukuran 3.106,75 karat (621,35 gram) dari Afrika Selatan. Namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan sebuah berlian di langit, yang ditemukan oleh para astronom pada tahun 2004 di rasi bintang Centaurus. Ukurannya 10 milyar-trilyun-trilyun (angka 1 diikuti 34 nol) karat.
Berlian raksasa tersebut dulunya sebuah bintang, yang kemudian mati, mendingin, dan menyusut. Ini menunjukkan betapa kecilnya kita sebagai manusia π₯ dengan segala harta kita di bumi, dibandingkan dengan Tuhan yang empunya alam semesta ini.
Entah ada berapa banyak lagi berlian raksasa di langit seperti bintang tersebut.
Mari kita renungkan, Sang Pencipta yang Mahakaya -yaitu Sang Logos atau Anak Allah yang kekal rela untuk mengosongkan Diri menjadi manusia di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
Ia tidak lahir menjadi Raja di sebuah istana, tetapi Ia lahir dalam sebuah keluarga yang sederhana, yang hanya sanggup mengurbankan dua ekor burung untuk kurban setelah masa pentahiran ibu-Nya, yaitu sesudah melahirkan Yesus.
Ia tinggal di kota kecil Nazaret dan bekerja sebagai tukang kayu membantu ayah-Nya.
Ia tidak menuntut perlakuan istimewa dari siapa pun. Ia sudah tertolak oleh manusia π₯ sejak dalam kandungan, sampai ketika di ujung kematian di kayu salib. Sungguh apa yang dilakukan-Nya adalah satu hal yang sangat luar biasa.
Keagungan dan kebesaran Anak Allah ini, Tuhan Yesus Kristus, terdapat pada kesediaan-Nya mengosongkan Diri dan melepaskan semua hak-Nya.
Ia melepaskan kemuliaan-Nya dan menggantikannya dengan mahkota duri.
Yesus rela merendahkan Diri-Nya, meninggalkan surga, rela kehilangan hak-Nya sebagai Raja alam semesta, dan menjadi manusia yang rendah, seperti kita yang menghuni planet kecil ini.
Bahkan Ia rela taat sampai mati di kayu salib demi kita, yang sesungguhnya tidak layak dibela-Nya. Semua kita mempunyai sifat manusiawi yang tidak bisa rendah hati.
Kita ingin diistimewakan dan dihormati orang lain. Kita ingin orang lain melihat harta kita, yang sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan berlian milik Tuhan Yesus π di langit.
Kita harus selalu ingat, bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita menaruh pikiran dan perasaan seperti yang ada pada Diri-Nya, yang salah satunya ialah kerendahan hati.
Kerendahan hati inilah yang membuat seseorang dapat mengosongkan diri seperti Dia mengosongkan diri. Ini mencakup kerelaan untuk kehilangan hak, rela untuk tidak dihargai, rela kehilangan kenikmatan duniawi di dunia π ini.
Hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi kita harus melakukannya, sebab tidak ada kemuliaan tanpa tindakan mengosongkan diri seperti yang Yesus lakukan.
Meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus π adalah sebuah kemutlakan yang tidak bisa dihindari. Menghindari hal tersebut berarti menolak mengikut Dia.
Kalau kita rela menanggalkan hak-hak kita, dan bersedia melayani sesama, maka semua yang kita lepaskan diganti-Nya dengan kemuliaan surgawi bagi kita sebagai ahli waris Kerajaan Surga.
Sukacita surgawi itu sudah bisa kita rasakan hari ini, jika kita benar-benar rela menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya. Jika Tuhan Yesus π merelakan segalanya demi kita, itu karena Ia memandang kita lebih mahal daripada semua berlian di bumi dan di langit.
Menanggapi cinta-Nya yang begitu dalam kepada kita, mengapa kita tidak bersedia membalas kebaikan-Nya dengan menyerahkan seluruh hidup ini kepada-Nya? Betapa beruntungnya dan berbahagia orang yang melepaskan haknya untuk dapat melayani Bapa dan Tuhan Yesus Kristus (1Kor. 9:18).
JBU
https://overcast.fm/+IqOA_WOFo
Minggu, 26 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “TANDA-TANDA ZAMAN” Pdt. DR. Erastus Sabdono 27 Agustus 2018
Beberapa tahun lampau pernah ada film mengenai akhir zaman berjudul “2012” -yang disutradarai oleh Roland Emmerich dan didistribusikan oleh Columbia Pictures- yang ditayangkan di bioskop-bioskop.
Ternyata film semacam itu menarik perhatian banyak orang, sehingga film ini terbilang sangat sukses. Dengan modal sekitar US$ 200 juta, film ini meraup US$ 235 juta hanya dalam satu akhir minggu ketika film tersebut diputar pertama kali.
Film tersebut bisa mencengangkan penonton, ketika menyaksikan fragmen bagaimana dunia π mengalami kehancuran.
Tetapi perlu dicatat di sini, bahwa sebenarnya peristiwa yang digambarkan film tersebut belum ada artinya dibanding dengan kenyataan yang akan terjadi di bumi ini. Kenyataan yang akan terjadi nanti ketika bumi ini dihancurkan sungguh amat dahsyat.
Banyak hal yang harus kita pikirkan dan sungguh-sungguh kita renungkan ketika menyaksikan kenyataan yang akan terjadinya akhir zaman ini. Tentu dengan pikiran yang positif dan diterangi kebenaran Injil oleh pimpinan Roh Kudus, supaya kita dapat membangun sikap berjaga-jaga yang patut.
Di tengah-tengah dunia π yang semakin sukar ini banyak manusia tidak memikirkan sesamanya, bahkan pemerintah-pemerintah di planet ini tidak sungguh-sungguh berusaha menyelamatkan rakyatnya yang jumlahnya yang sangat besar. Mengapa akhirnya mereka tidak banyak berbuat apa-apa, selain sibuk untuk mencari selamat sendiri?
Tidak sedikit negara yang para tokoh serta pemimpinnya sibuk berebut kedudukan. Sehingga negara itu tidak pernah tenang.
Pihak yang kalah selalu membuat gaduh sehingga mengganggu jalannya pemerintahan yang sedang berlangsung.
Hal itu dimaksudkan agar dalam pemilihan pemimpin di kemudian hari mereka dapat menggantikannya. Mereka hanya mengejar kedudukan, harta dan kekuasaan, tetapi tidak mencintai sesama dengan benar.
Mereka bagai predator yang lebih buas dan kejam dari binatang.
Sekarang ini ada pemimpin-pemimpin negara, yang tidak dapat menahan diri dan mulutnya dari perkataan yang tidak perlu, sehingga bisa mengakibatkan perang besar antar dua negara, yang juga bisa menyeret banyak negara bahkan bisa terjadinya Perang Dunia ke-3.
Manusia sudah menjadi semakin jahat.
Di negara kita ini juga tidak pernah rasanya ada ketenangan. Konflik antar para tokoh tidak pernah surut.
Perang mulut dan sindiran di media selalu menjadi bahan percakapan masyarakat.
Sementara pemerintah sedang berusaha membangun, tetapi ada saja pihak-pihak yang selalu membuat gaduh.
Mereka yang membuat gaduh pada dasarnya jahat, karena tidak memikirkan nasib banyak orang π₯ di negeri ini.
Tidak dapat disangkal banyak orang semakin jahat, dan benar-benar sangat jahat.
Agama dijadikan komoditas politik sehingga memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa yang besar dan memiliki wilayah yang luas.
Sementara itu mereka mengaku cinta tanah air. Betapa munafik, keji dan jahatnya orang-orang itu. Semua ini merupakan bagian dari tanda-tanda zaman.
Kalau melihat keadaan dunia π hari ini, seperti pemanasan global dan polusi yang makin parah, populasi manusia yang tumbuh tidak terbendung, ditambah dengan abainya para politisi terhadap kesejahteraan rakyat, maka keadaan dunia ini seharusnya menjadi bahan renungan kita: Apakah kita akan meneruskan cara hidup seperti manusia pada umumnya, yaitu mengejar pemuasan kebutuhan duniawi belaka, atau memilih untuk mempersiapkan diri menyongsong langit baru dan bumi yang baru?
Selanjutnya juga berusaha untuk menuruti Firman Tuhan guna menjaga hati kita agar tidak sarat dengan pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi, seperti yang diingatkan dalam Firman Tuhan? (Luk. 21:34) Harus diingat bahwa bagi orang yang tidak berjaga-jaga, maka hari kedatangan Tuhan π akan menjadi sesuatu yang tiba-tiba menjerat atau menjebak.
Kalau seseorang tidak berjaga-jaga, maka ia akan terus berada di dalam belenggu percintaan dunia, sehingga sekalipun ada peringatan-peringatan melalui film, fenomena perkembangan politik dan berbagai tanda alam, dan banyak khotbah-khotbah, ia tetap tidak memiliki kesadaran untuk mempersiapkan diri memasuki kekekalan.
Tuhan Yesus π sudah mengungkapkan tanda-tandanya dengan sangat jelas.
Banyak orang tidak lagi terkejut mendengar berita peperangan dan pemberontakan, dan berbagai berita tanda alam seperti tsunami, gempa bumi yang dahsyat dan tanda zaman lainnya. Mereka berpikir bahwa semua akan berlangsung kembali dengan baik, semua akan aman-aman saja nanti.
Oleh karena hal ini, maka banyak orang tidak lagi memiliki sikap berjaga-jaga, di dalamnya termasuk banyak orang Kristen.
Kita tidak boleh terbawa dalam suasana ceroboh sebagaimana manusia di sekitar kita.
Tuhan Yesus π sudah mengingatkan bahwa di hari-hari terakhir banyak manusia sibuk dengan segala kegiatan sampai tidak menyadari tiba-tiba dunia berakhir.
Melalui renungan ini, marilah kita siuman, sadar, dan sungguh-sungguh berjaga-jaga menyongsong akhir dunia yang tidak pasti harinya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCeTdq4
Ternyata film semacam itu menarik perhatian banyak orang, sehingga film ini terbilang sangat sukses. Dengan modal sekitar US$ 200 juta, film ini meraup US$ 235 juta hanya dalam satu akhir minggu ketika film tersebut diputar pertama kali.
Film tersebut bisa mencengangkan penonton, ketika menyaksikan fragmen bagaimana dunia π mengalami kehancuran.
Tetapi perlu dicatat di sini, bahwa sebenarnya peristiwa yang digambarkan film tersebut belum ada artinya dibanding dengan kenyataan yang akan terjadi di bumi ini. Kenyataan yang akan terjadi nanti ketika bumi ini dihancurkan sungguh amat dahsyat.
Banyak hal yang harus kita pikirkan dan sungguh-sungguh kita renungkan ketika menyaksikan kenyataan yang akan terjadinya akhir zaman ini. Tentu dengan pikiran yang positif dan diterangi kebenaran Injil oleh pimpinan Roh Kudus, supaya kita dapat membangun sikap berjaga-jaga yang patut.
Di tengah-tengah dunia π yang semakin sukar ini banyak manusia tidak memikirkan sesamanya, bahkan pemerintah-pemerintah di planet ini tidak sungguh-sungguh berusaha menyelamatkan rakyatnya yang jumlahnya yang sangat besar. Mengapa akhirnya mereka tidak banyak berbuat apa-apa, selain sibuk untuk mencari selamat sendiri?
Tidak sedikit negara yang para tokoh serta pemimpinnya sibuk berebut kedudukan. Sehingga negara itu tidak pernah tenang.
Pihak yang kalah selalu membuat gaduh sehingga mengganggu jalannya pemerintahan yang sedang berlangsung.
Hal itu dimaksudkan agar dalam pemilihan pemimpin di kemudian hari mereka dapat menggantikannya. Mereka hanya mengejar kedudukan, harta dan kekuasaan, tetapi tidak mencintai sesama dengan benar.
Mereka bagai predator yang lebih buas dan kejam dari binatang.
Sekarang ini ada pemimpin-pemimpin negara, yang tidak dapat menahan diri dan mulutnya dari perkataan yang tidak perlu, sehingga bisa mengakibatkan perang besar antar dua negara, yang juga bisa menyeret banyak negara bahkan bisa terjadinya Perang Dunia ke-3.
Manusia sudah menjadi semakin jahat.
Di negara kita ini juga tidak pernah rasanya ada ketenangan. Konflik antar para tokoh tidak pernah surut.
Perang mulut dan sindiran di media selalu menjadi bahan percakapan masyarakat.
Sementara pemerintah sedang berusaha membangun, tetapi ada saja pihak-pihak yang selalu membuat gaduh.
Mereka yang membuat gaduh pada dasarnya jahat, karena tidak memikirkan nasib banyak orang π₯ di negeri ini.
Tidak dapat disangkal banyak orang semakin jahat, dan benar-benar sangat jahat.
Agama dijadikan komoditas politik sehingga memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa yang besar dan memiliki wilayah yang luas.
Sementara itu mereka mengaku cinta tanah air. Betapa munafik, keji dan jahatnya orang-orang itu. Semua ini merupakan bagian dari tanda-tanda zaman.
Kalau melihat keadaan dunia π hari ini, seperti pemanasan global dan polusi yang makin parah, populasi manusia yang tumbuh tidak terbendung, ditambah dengan abainya para politisi terhadap kesejahteraan rakyat, maka keadaan dunia ini seharusnya menjadi bahan renungan kita: Apakah kita akan meneruskan cara hidup seperti manusia pada umumnya, yaitu mengejar pemuasan kebutuhan duniawi belaka, atau memilih untuk mempersiapkan diri menyongsong langit baru dan bumi yang baru?
Selanjutnya juga berusaha untuk menuruti Firman Tuhan guna menjaga hati kita agar tidak sarat dengan pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi, seperti yang diingatkan dalam Firman Tuhan? (Luk. 21:34) Harus diingat bahwa bagi orang yang tidak berjaga-jaga, maka hari kedatangan Tuhan π akan menjadi sesuatu yang tiba-tiba menjerat atau menjebak.
Kalau seseorang tidak berjaga-jaga, maka ia akan terus berada di dalam belenggu percintaan dunia, sehingga sekalipun ada peringatan-peringatan melalui film, fenomena perkembangan politik dan berbagai tanda alam, dan banyak khotbah-khotbah, ia tetap tidak memiliki kesadaran untuk mempersiapkan diri memasuki kekekalan.
Tuhan Yesus π sudah mengungkapkan tanda-tandanya dengan sangat jelas.
Banyak orang tidak lagi terkejut mendengar berita peperangan dan pemberontakan, dan berbagai berita tanda alam seperti tsunami, gempa bumi yang dahsyat dan tanda zaman lainnya. Mereka berpikir bahwa semua akan berlangsung kembali dengan baik, semua akan aman-aman saja nanti.
Oleh karena hal ini, maka banyak orang tidak lagi memiliki sikap berjaga-jaga, di dalamnya termasuk banyak orang Kristen.
Kita tidak boleh terbawa dalam suasana ceroboh sebagaimana manusia di sekitar kita.
Tuhan Yesus π sudah mengingatkan bahwa di hari-hari terakhir banyak manusia sibuk dengan segala kegiatan sampai tidak menyadari tiba-tiba dunia berakhir.
Melalui renungan ini, marilah kita siuman, sadar, dan sungguh-sungguh berjaga-jaga menyongsong akhir dunia yang tidak pasti harinya.
JBU
https://overcast.fm/+IqOCeTdq4
( Sunday Bible Teaching ) SBT, 19 Agustus 2018 Pdt. DR. Erastus Sabdono
Bagaimana setiap individu memiliki hubungan langsung dengan Bapa Di Surga, dengan Tuhan Yesus Kristus ?
Dan tidak lagi di bawah bayang - bayang dominasi tokoh.
Di sini dominasi tokoh adalah pendeta, rohaniwan, hamba Tuhan.
Seakan - akan jemaat harus bergantung pada rohaniwan ini untuk berinteraksi dengan Allah Bapa π dan Tuhan Yesus Kristus.
Setiap kita harus memiliki hubungan langsung dengan Allah.
Kita harus memiliki kawasan atau wilayah atau memasuki wilayah atau kawasan yang menembus batas.
Di situ kita memiliki pengalaman yang eksklusif dengan Bapa di Surga dan Tuhan Yesus.
Ini bukan sesuatu yang bersifat mistik, ini nihil dan nyata.
Karena Allah yang kita sembah Allah yang nyata dan hidup.
Kita harus miliki pengalaman yang nyata dan kawasan yang Seharusmya kita bisa memasuki.
Kawasan di mana kita bisa menembus batas.
Ini yang sulit.
Jadi kalau firman Tuhan π mengatakan.
"Jika kamu tidak membenci ayahmu dan ibumu, saudaramu laki - laki maupun perempuan kau tidak layak bagiKu "
Itu bukan berarti kita secara harafiah membenci mereka.
Sebab ayat itu dipandang harafiah, maka akan bertentangan dengan apa yang Tuhan π ajarkan, bahwa kita harus mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Apalagi orang tua, di mana kita harus menghormati.
Sebenarnya kalimat itu dipahami sebagai kiasan.
Kiasan untuk menegaskan bahwa, hubungan kita dengan Tuhan π intraksi kita dengan Tuhan, sehingga keterkaitan kita dengan Tuhan melampaui keterikatan kita dengan siapapun atau apapun.
Di sini kita memasuki suatu wilayah atau kawasan.
Kalau kita memasuki kawasan itu maka yang lain menjadi tidak berarti.
Cinta kita kepada orang tua, cinta kita kepada pasangan hidup, cinta kita kepada siapapun menjdi tidak berarti ketika kita memasuki kawasan itu, karena kita mempunyai hubungan yang eksklusif dengan Tuhan.
Pasti kita tidak akan mencelakai orang lain.
Pasti kita tidak akan membenci, tidak mungkin kita bisa membenci.
Tetapi ekslusif hubungan kita dengan Allah akan melampaui hubungan kita dengan siapapun dan apapun.
Maka di sini berkesan seseorang berkhianat kepada orang tua.
Terkesan berkhianat kepada saudara.
Karena hubungan eksklusif dengan Tuhan tersebut.
Tentu saja kalau hubungan dengan orang tua dan saudara bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan π, kita akan mengorbankan dengan orang tua, anak, atau persaudaraan atau siapapun.
Di situ seakan - akan kita berkhianat.
Untuk memasuki kawasan itu kita bisa berkata :
" You Are My Everything".
Kau segalanya bagiku.
Seakan - seakan orang tua, saudara, siapapun tidak dianggap, ketika kita berkata Kau segalanya bagiku.
Bukan kau salah satu yang penting dalam hidupku.
Kalau segalanya bagiku.
Pemazmur saja sudah bisa menyampaikan hal itu, apalagi kita yang adalah mempelai - mempelai Kristus.
Mazmur 73 : 25
Seakan - akan kita berkata kita tidak butuh papa mama, aku tidak buruh saudara, aku tidak butuh siapapun.
Jelas seakan - akan kita hanya membutuhkan Tuhan π
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama - lamanya.
Bagaimana orang bisa masuk kawasan ini ?
Orang harus memahami mau tidak mau, apa hidup itu ? Jadi tidak sederhana.
Jadi ketika kita diisi kebenaran, kalau pemazmur berkata siang malam dia merenungkan Firman.
Kita berkata lebai benar, tidak lebai, tidak hiperbola.
Setiap tindakannya selalu dikaitkan dengan kebenaran Tuhan.
Ketika pemahaman hidup terus diubah, selera jiwa kita juga diubah, ini membutuhkan keberanian.
Sebab kita tidak bisa mencicipi dunia dan mencicipi Tuhan π
Kita harus memilih siapa yang kita cicipi.
Kalau dulu kita dualisme, sering bersifat dualitas.
Kita menikmati dunia juga menikmati Tuhan.
Lebih konyol lagi Tuhan kita pakai untuk menikmati dunia.
Tetapi kita harus sampai pada pemahaman yang cukup understanding kita mengenai Tuhan dan hidup itu, lalu kita memilih Tuhan.
Itu dibutuhkan keberanian.
Sampai kita bisa menikmati Tuhan dan tidak terikat dengan dunia π, itu sangat mungkin.
Ada agama - agama yang mengajarkan tokoh - tokohnya untuk :
- Meninggalkan dunia.
Tidak punya harta sama sekali.
- Tidak boleh makan daging.
- Tidak boleh menikmati apa yang lezat.
Tapi kita larinya jelas ada Allah yang menciptakan langit dan bumi π
Ada Yesus yang menjadi teladan hidup kita.
Dan Tuhan Yesus telah menyatakan Dia telah mengosongkan diri.
Kalau Tuhan Yesus mengosongkan diri lihat prinsip hidupnya.
MakananKu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya.
KesukaanNya itu Bapa di Surga.
Coba lihat Abraham memiliki anak di hari tuanya, betapa berharganya Ishak bagi dirinya.
Tetapi persahabatan dengan Elohim Yahwe tidak boleh dirusak oleh kesenangan - kesenangan terhadap apapun atau siapapun.
Maka Allah menguji Abaraham, bunuhlah anakmu, dia melakukannya.
Kita belum sampai mendapat ujian seperti Abraham.
Maka Abraham disebut Bapa orang percaya, artinya hidupnya menjadi pola dan inspirasi iman kita.
Jujur saja masih banyak yang kita pertahankan.
Kita belum lengkap belum punya ini, belum punya itu.
Belum dihargai, belum terhormat dan lain sebagainya.
Ini dibutuhkan keberanian.
Maka pemahaman kita tentang kebenaran harus utuh.
Ketika kita takjub terhadap kebenaran, demi ketakjuban - ketakjuban
itu membuat kita rela meninggalkan dunia π
Maka memahami bahwa Dia satu - satunya pilihan.
Mazmur 73 : 26
Dalam terjemahan bahasa Inggris hanya Engkau yang kubutuhkan.
Hanya Engkau yang kuperlukan.
Orang tua, saudara, siapaun bisa berkata, kamu tidak butuh aku lagi, bukan itu maksudnya.
Ini kawasannya berbeda.
Ketika kita melihat ketakjuban - ketakjuban,
Kita akan mengerti pilihan kita tepat adalah Tuhan π
Kita lebih ringan melepaskan dunia.
Kalau orang tidak melihat ketakjuban firman, tidak mengalami pembaharuan
pikiran, dia tidak dapat meninggalkan dunia π
Janganlah kamu serupa dengan dunia ini itu ayat
Roma 12 : 2
Tapi Roma 12 : 1 persembahkan tubuhmu sebagai korban yang Kudus yang berkenan kepada Allahmu itulah ibabah yang sejati.
Soal tubuh hidup itu milik kita yang paling berharga kita serahkan.
Bagaimana itu bisa terjadi ?
Kalau pikiranmu diperbaharui.
Tujuan kita hanya Sorga.
Kalau tujuan seseorang hanya surga, maka hidup hari - harinya berjuang untuk melakukan kehendak Bapa π
- Berjuang untuk berkodrat Ilahi.
- Berjuang untuk bernatur Allah.
- Berjuang untuk seorang yang dikategorikan, diklasifikasikan yang melakukan kehendak
Bapa.
Jadi kalau kita tidak berjuang untuk hal itu, kita tidak menjadikan Surga tujuan.
Surga hanya tempat pembuangan yang nyaman dan Indah.
Tidak ada orang yang masuk neraka, tapi masuk Surgapun bukan tujuan, tetapi tempat pembuangan.
Surga seperti ini surga murahan.
Dan Surga yang benar tidak demikian.
Sebab orang berpikir, setelah ditebus Tuhan Yesus, dosa - dosanya diampuni, semua dosa dipikul di atas kayu salib, dia percaya Yesus sebagai juruselamat.
Dia berhak percaya, mati masuk Surga.
Jadi hidup di dunia π hari ini hanya menyelesaikan tahun hidupnya dia habiskan umur hidupnya.
Dia menikmati kesenangan - kesenanagan yang dinikmati orang lain juga.
Ini sesat....
Kita ke surga mulai sekarang hatinya sudah harus dipindahkan.
Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada.
Kalau hatimu tidak di sini, kita tidak punya harta di Surga.
Kalau kalimat lain, kamu tidak tercacat, kamu tidak punya aset di sini.
Setelah jadi Kristen tujuan kita hanya ke Surga.
Alkitab π mengatakan baik kau makan atau minum, atau yang lain lakukan semuanya untuk kemuliaan Allah.
Dan ini berdampak dengan ketika pengertian - pengertian kita ditambahkan kita menjadi takjub, selera jiwa kita berubah.
Ketika selera jiwa kita berubah, kita tidak tertarik keindahan dunia π hari ini, tetapi kita tertarik kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Jadi kita boleh masuk ke kawasan yang baru.
Kawasan atau wilayah persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan π
Ini tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata, tetapi kita harus benar - benar mengalaminya.
Memang Alkitab π tidak secara eksplisit mengatakan itu.
Tapi kalau kita melihat cara berpikir Paulus, cara berpikir yang tidak normal.
- Asal ada makanan dan pakaian cukup.
- Bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.
- Kalau aku disuruh pilih mati atau hidup, aku memilih mati bersama Tuhan.
Aku mau kamu seperti aku, tidak menikah.
Tapi ada padaku urapan Roh Kudus.
Jadi kalau kamu tidak menikah seperti aku tidak apa - apa.
Ini kan tidak normal
2 Korintus 5 : 7
Ini wilayah seseorang yang - Dijamah oleh Tuhan.
- Berjalan dengan Tuhan. -
- Hidup karena percaya.
Bagaimana kehidupan kongkrit seperti ini di dunia kita hari ini.
Ke gereja, jadi orang Kristen, meleset....
2 Kor 5 : 1 - 2
Kalau sudah sampai ke tingkat ini, kita tidak pusing
- Baju kita bagaimana ?
- Perhiasan kita harga berapa ?
- Mobil yang kita kendarai apa ?
Kita mengeluh pakai ini ingin cepat pakai tubuh kemuliaan, bisa dimengerti ?
Tidak bisa oleh orang - orang yang duniawi.
Kecuali kita masuk kawasan ini baru mengerti.
Pantas Paulus menikahpun tidak mau.
Kalau dia pergi ketempat - tempat yang lain, dia hanya menyerahkan nyawa.
Penjara dan sengsara menantikan aku, kata Paulus.
Lalu di mana tanggung jawabnya untuk orang tuanya?
Tapi ini pilihan yang istimewa dari Paulus.
Kalau Petrus meninggalkan istri, punya mertua yang sempat sakit dusembuhkan Tuhan Yesus.
Yang lain siang malam ikut Tuhan Yesus, lalu di mana tanggung jawabnya.
Dari segi moral umum, mereka orang - orang yang tidak tanggung jawab.
Tapi demi kerajaan Surga mereka harus berani bertaruh itu.
Betapa sulitnya Tuhan Yesus π mengajarkan, memberitahukan, menunjukkan misi utama kedatanganNya.
Sebab Orang Yahudi dan murid - murid Tuhan Yesus konsep Mesias duniawi, membebaskan orang - orang Israel dari penjajahan Roma, dan membangun kerajaan.
Makanya pada waktu Tuhan Yesus π bangkit, mereka masih bertanya, Kapan Tuhan mau memulihkan kerajaan bagi Israel ?
Tapi Tuhan Yesus mengajarkan Mesias versinya.
Kerajaan Allah dengan VersiNya.
Puji Tuhan setelah Petrus dan murid - muridNya dipenuhi Roh Kudus baru tahu, ternyata kerajaanNya bukan dari dunia ini seperti yang dikatakan.
1 Petrus 1 : 3 - 4
Tersimpan di Surga, kehidupan yang penuh pengharapan.
Mereka bisa mengerti.
Maka tidak heran kurun waktu ratusan tahun orang Kristen rela menderita, kehilangan harta, keluarga, nyawa, ketenangan dan kenyamanan hidup.
Karena mereka tahu bahwa hidup sesungguhnya di langit baru dan bumi baru.
Jadi sudah tidak sulit lagi menjelaskan kepada orang - orang Kristen itu.
Tapi hari ini, betapa sulitnya menjelaskan kepada orang Kristen.
Misi utama kedatangan Tuhan, karena sudah rusak, selera jiwanya sudah rusak ke dunia.
Bagaimana masuk kawasan Tuhan ?
Kita menjadi orang Kristen yang aneh dibanding Paulus.
Betul Paulus di peradaban yang lain, tetapi tidak di kebenaran yang lain.
Siapa yang berani menarik kebenaran Injil di zaman kita?
Siapa yang berani mengenakan cara berpikir dan gaya hidupnya Paulus di dunia kita ?
Hampir tidak ada.
Kita harus melakukannya, berapaun harga yang harus dibayar.
Paulus punya kawasan yang luar biasa.
Jadi pada waktu dia diangkat melihat kemuliaan Allah, belasan tahun dia tidak menceritakan kepada orang lain, koq kuat ?
Dia sudah punya kawasan khusus dalam hidupnya.
Hidup kami karena percaya, bukan karena melihat.
Ini orang - orang yang tidak melihat dunia π
Bayangkan Paulus yang kesepian yang tinggalnya tidak jelas.
Orang berpesta pora, punya anak istri berpesta, berwisata, dia tidak jelas.
Siapa mau ikut Paulus? Hampir tidak ada.
Tapi dia mengikuti jejak gurunya.
Banyak orang Kristen tidak mengerti misi utama Tuhan.
Ke gereja karena masalah.
Kita harus sadar dan siuman.
Kalau kita π₯ punya kesempatan dipulihkan, kita ikuti kekristenan yang sejati.
Ketika Abraham keluar dari Urkasdim, dia melihat tanah gersang, tidak ada tari - tarian seperti di Urkasdim.
Dia tidak kenal sanak family lagi.
Dia lihat langit ke atas seakan - akan Tuhan diam.
Dia menanti anaknya
Dia harus mengganti namanya, sementara dia belum punya anak.
Waktu orang Kristen harus menderita aniaya, seakan -akan Tuhan tidak membela mereka.
Tetapi mereka tetap berkeyakinan apa yang dikatakan Tuhan Yesus.
Yang dipercayai rasul - rasul, generasi - ke generasi diiturunkan.
Selama ratusan mereka menderita, maka anak - anak mereka bisa mewarisi iman orang tuanya.
Mereka tidak langsung lihat Tuhan Yesus.
1 Petrus 1 : 7 - 8
Tentu Roh Kudus berkarya sehingga Injil yang murni diwariskan generasi ke generasi.
Tentu sampai abad ke 4 ketika kekristenan menjadi agama negara, justru kemudian menjadi rusak.
Masuk abad ke 5 gereja π mencatat, gereja mengalami abad kegelapan sampai abad 15.
Memang Roh Kudus menuntun, tapi ada 1 faktor yang kita tidak boleh lupa, bagaimana Injil bisa diwariskan dari generasi ke generasi.
Karena melihat pola orang tua mereka, sehingga mereka memiliki kesetiaan karena mereka mewarisi kehidupan orang tua mereka.
Menjadi pewarisan estafet
Sekarang kita hendak memulihkan kembali Kekristenan yang hilang yang diajarkan Tuhan Yesus, yang dikenakan rasul - rasul, khususnya Paulus, yang menulis 1/3 dari kitab Perjanjian baru.
Kalau kita membaca Alkitab kita bisa estrak kebenaran.
Maka Kita π₯ harus berani mengamalkan kebenaran itu dalam kontes hidup kita hari ini.
Sesulit, seberat, sekonyol apapun kita belajar mengenakannya.
Itu harga yang harus dibayar.
Keberanian ini langkah - langkah kita menembus batas.
Nanti sukacitanya juga yang tidak biasa.
Keterlepasan kita dengan dunia π ini akan nyata walaupun kita di tengah - tengah dunia, kita tidak bisa bercampur seperti minyak dengan air.
Jadi pengertian ini penting.
Sehingga benar - benar bisa memasuki kawasan Tuhan π
Sebab jika kita mau berjalan dengan Tuhan.
Tidak bisa tidak kita harus memiliki kekudusan seperti kekudusan Dia.
Kita harus memiliki pengertian kecerdasan yang Dia miliki atau dalam batas tertentu.
Tuhan memberikan kita indipendensi / kemandirian.
Tuhan tidak mengendalikan kendaraan hidup kita.
Tuhan π mengajarkan kita bagaimana mengendalikan kendaraan hidup seperti Yesus mengendalikan kendaraan hidupnya.
Kemandirian bertumbuh, mengerti, memahami.
Itulah sebabnya kita tahu brtapa sulitnya menemukan suara Tuhan.
Yang ini atau yang itu.
Sering Tuhan tidak jawab.
Karena Tuhan π melatih kita supaya memiliki kecerdasanNya.
Supaya kita mengambil keputusan pasti sesuai pikiran dan perasaanNya.
Kepekaan kita seperti kepekaanNya.
Supaya semakin hari kita semakin tepat.
Otomatis kita tahu pikiran dan perasaanNya.
Di sini kita masuk kawasan Tuhan.
Untuk bergaul dengan Allah π kita harus memiliki kesucian seperti kesucianNya, kecerdasan seperti kecerdasanNya, perasaan seperti perasaanNya.
Jadi kalau orang masih bisa dibahagiakan dunia, bangga dengan barang bagus, bangga dengan kehormatan, dia tidak masuk kawasan ini.
Ketika kita bercinta dengan Tuhan π, hati kita melekat dengan Tuhan, ini kawasan yang berbeda, yang lain menjadi tidak berarti.
Jadi tidak ada harga murah masuk kawasan ini.
Seperti unta masuk lubang jarum.
Anugrah kalau kita masuk kawasan ini.
Ketika masuk kawasan ini kematian menjadi satu hal yang jauh, tinggal pindah, tinggal glek.
2 korintus 5 : 5 - 6
Jauh di sini bukan persekutuan dalam fisik, tidak bertemu muka dengan muka, itu kerinduan Paulus yang hebat.
JBU π·
Dan tidak lagi di bawah bayang - bayang dominasi tokoh.
Di sini dominasi tokoh adalah pendeta, rohaniwan, hamba Tuhan.
Seakan - akan jemaat harus bergantung pada rohaniwan ini untuk berinteraksi dengan Allah Bapa π dan Tuhan Yesus Kristus.
Setiap kita harus memiliki hubungan langsung dengan Allah.
Kita harus memiliki kawasan atau wilayah atau memasuki wilayah atau kawasan yang menembus batas.
Di situ kita memiliki pengalaman yang eksklusif dengan Bapa di Surga dan Tuhan Yesus.
Ini bukan sesuatu yang bersifat mistik, ini nihil dan nyata.
Karena Allah yang kita sembah Allah yang nyata dan hidup.
Kita harus miliki pengalaman yang nyata dan kawasan yang Seharusmya kita bisa memasuki.
Kawasan di mana kita bisa menembus batas.
Ini yang sulit.
Jadi kalau firman Tuhan π mengatakan.
"Jika kamu tidak membenci ayahmu dan ibumu, saudaramu laki - laki maupun perempuan kau tidak layak bagiKu "
Itu bukan berarti kita secara harafiah membenci mereka.
Sebab ayat itu dipandang harafiah, maka akan bertentangan dengan apa yang Tuhan π ajarkan, bahwa kita harus mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Apalagi orang tua, di mana kita harus menghormati.
Sebenarnya kalimat itu dipahami sebagai kiasan.
Kiasan untuk menegaskan bahwa, hubungan kita dengan Tuhan π intraksi kita dengan Tuhan, sehingga keterkaitan kita dengan Tuhan melampaui keterikatan kita dengan siapapun atau apapun.
Di sini kita memasuki suatu wilayah atau kawasan.
Kalau kita memasuki kawasan itu maka yang lain menjadi tidak berarti.
Cinta kita kepada orang tua, cinta kita kepada pasangan hidup, cinta kita kepada siapapun menjdi tidak berarti ketika kita memasuki kawasan itu, karena kita mempunyai hubungan yang eksklusif dengan Tuhan.
Pasti kita tidak akan mencelakai orang lain.
Pasti kita tidak akan membenci, tidak mungkin kita bisa membenci.
Tetapi ekslusif hubungan kita dengan Allah akan melampaui hubungan kita dengan siapapun dan apapun.
Maka di sini berkesan seseorang berkhianat kepada orang tua.
Terkesan berkhianat kepada saudara.
Karena hubungan eksklusif dengan Tuhan tersebut.
Tentu saja kalau hubungan dengan orang tua dan saudara bisa merusak hubungan kita dengan Tuhan π, kita akan mengorbankan dengan orang tua, anak, atau persaudaraan atau siapapun.
Di situ seakan - akan kita berkhianat.
Untuk memasuki kawasan itu kita bisa berkata :
" You Are My Everything".
Kau segalanya bagiku.
Seakan - seakan orang tua, saudara, siapapun tidak dianggap, ketika kita berkata Kau segalanya bagiku.
Bukan kau salah satu yang penting dalam hidupku.
Kalau segalanya bagiku.
Pemazmur saja sudah bisa menyampaikan hal itu, apalagi kita yang adalah mempelai - mempelai Kristus.
Mazmur 73 : 25
Seakan - akan kita berkata kita tidak butuh papa mama, aku tidak buruh saudara, aku tidak butuh siapapun.
Jelas seakan - akan kita hanya membutuhkan Tuhan π
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama - lamanya.
Bagaimana orang bisa masuk kawasan ini ?
Orang harus memahami mau tidak mau, apa hidup itu ? Jadi tidak sederhana.
Jadi ketika kita diisi kebenaran, kalau pemazmur berkata siang malam dia merenungkan Firman.
Kita berkata lebai benar, tidak lebai, tidak hiperbola.
Setiap tindakannya selalu dikaitkan dengan kebenaran Tuhan.
Ketika pemahaman hidup terus diubah, selera jiwa kita juga diubah, ini membutuhkan keberanian.
Sebab kita tidak bisa mencicipi dunia dan mencicipi Tuhan π
Kita harus memilih siapa yang kita cicipi.
Kalau dulu kita dualisme, sering bersifat dualitas.
Kita menikmati dunia juga menikmati Tuhan.
Lebih konyol lagi Tuhan kita pakai untuk menikmati dunia.
Tetapi kita harus sampai pada pemahaman yang cukup understanding kita mengenai Tuhan dan hidup itu, lalu kita memilih Tuhan.
Itu dibutuhkan keberanian.
Sampai kita bisa menikmati Tuhan dan tidak terikat dengan dunia π, itu sangat mungkin.
Ada agama - agama yang mengajarkan tokoh - tokohnya untuk :
- Meninggalkan dunia.
Tidak punya harta sama sekali.
- Tidak boleh makan daging.
- Tidak boleh menikmati apa yang lezat.
Tapi kita larinya jelas ada Allah yang menciptakan langit dan bumi π
Ada Yesus yang menjadi teladan hidup kita.
Dan Tuhan Yesus telah menyatakan Dia telah mengosongkan diri.
Kalau Tuhan Yesus mengosongkan diri lihat prinsip hidupnya.
MakananKu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya.
KesukaanNya itu Bapa di Surga.
Coba lihat Abraham memiliki anak di hari tuanya, betapa berharganya Ishak bagi dirinya.
Tetapi persahabatan dengan Elohim Yahwe tidak boleh dirusak oleh kesenangan - kesenangan terhadap apapun atau siapapun.
Maka Allah menguji Abaraham, bunuhlah anakmu, dia melakukannya.
Kita belum sampai mendapat ujian seperti Abraham.
Maka Abraham disebut Bapa orang percaya, artinya hidupnya menjadi pola dan inspirasi iman kita.
Jujur saja masih banyak yang kita pertahankan.
Kita belum lengkap belum punya ini, belum punya itu.
Belum dihargai, belum terhormat dan lain sebagainya.
Ini dibutuhkan keberanian.
Maka pemahaman kita tentang kebenaran harus utuh.
Ketika kita takjub terhadap kebenaran, demi ketakjuban - ketakjuban
itu membuat kita rela meninggalkan dunia π
Maka memahami bahwa Dia satu - satunya pilihan.
Mazmur 73 : 26
Dalam terjemahan bahasa Inggris hanya Engkau yang kubutuhkan.
Hanya Engkau yang kuperlukan.
Orang tua, saudara, siapaun bisa berkata, kamu tidak butuh aku lagi, bukan itu maksudnya.
Ini kawasannya berbeda.
Ketika kita melihat ketakjuban - ketakjuban,
Kita akan mengerti pilihan kita tepat adalah Tuhan π
Kita lebih ringan melepaskan dunia.
Kalau orang tidak melihat ketakjuban firman, tidak mengalami pembaharuan
pikiran, dia tidak dapat meninggalkan dunia π
Janganlah kamu serupa dengan dunia ini itu ayat
Roma 12 : 2
Tapi Roma 12 : 1 persembahkan tubuhmu sebagai korban yang Kudus yang berkenan kepada Allahmu itulah ibabah yang sejati.
Soal tubuh hidup itu milik kita yang paling berharga kita serahkan.
Bagaimana itu bisa terjadi ?
Kalau pikiranmu diperbaharui.
Tujuan kita hanya Sorga.
Kalau tujuan seseorang hanya surga, maka hidup hari - harinya berjuang untuk melakukan kehendak Bapa π
- Berjuang untuk berkodrat Ilahi.
- Berjuang untuk bernatur Allah.
- Berjuang untuk seorang yang dikategorikan, diklasifikasikan yang melakukan kehendak
Bapa.
Jadi kalau kita tidak berjuang untuk hal itu, kita tidak menjadikan Surga tujuan.
Surga hanya tempat pembuangan yang nyaman dan Indah.
Tidak ada orang yang masuk neraka, tapi masuk Surgapun bukan tujuan, tetapi tempat pembuangan.
Surga seperti ini surga murahan.
Dan Surga yang benar tidak demikian.
Sebab orang berpikir, setelah ditebus Tuhan Yesus, dosa - dosanya diampuni, semua dosa dipikul di atas kayu salib, dia percaya Yesus sebagai juruselamat.
Dia berhak percaya, mati masuk Surga.
Jadi hidup di dunia π hari ini hanya menyelesaikan tahun hidupnya dia habiskan umur hidupnya.
Dia menikmati kesenangan - kesenanagan yang dinikmati orang lain juga.
Ini sesat....
Kita ke surga mulai sekarang hatinya sudah harus dipindahkan.
Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada.
Kalau hatimu tidak di sini, kita tidak punya harta di Surga.
Kalau kalimat lain, kamu tidak tercacat, kamu tidak punya aset di sini.
Setelah jadi Kristen tujuan kita hanya ke Surga.
Alkitab π mengatakan baik kau makan atau minum, atau yang lain lakukan semuanya untuk kemuliaan Allah.
Dan ini berdampak dengan ketika pengertian - pengertian kita ditambahkan kita menjadi takjub, selera jiwa kita berubah.
Ketika selera jiwa kita berubah, kita tidak tertarik keindahan dunia π hari ini, tetapi kita tertarik kerajaan Tuhan Yesus Kristus.
Jadi kita boleh masuk ke kawasan yang baru.
Kawasan atau wilayah persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan π
Ini tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata, tetapi kita harus benar - benar mengalaminya.
Memang Alkitab π tidak secara eksplisit mengatakan itu.
Tapi kalau kita melihat cara berpikir Paulus, cara berpikir yang tidak normal.
- Asal ada makanan dan pakaian cukup.
- Bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.
- Kalau aku disuruh pilih mati atau hidup, aku memilih mati bersama Tuhan.
Aku mau kamu seperti aku, tidak menikah.
Tapi ada padaku urapan Roh Kudus.
Jadi kalau kamu tidak menikah seperti aku tidak apa - apa.
Ini kan tidak normal
2 Korintus 5 : 7
Ini wilayah seseorang yang - Dijamah oleh Tuhan.
- Berjalan dengan Tuhan. -
- Hidup karena percaya.
Bagaimana kehidupan kongkrit seperti ini di dunia kita hari ini.
Ke gereja, jadi orang Kristen, meleset....
2 Kor 5 : 1 - 2
Kalau sudah sampai ke tingkat ini, kita tidak pusing
- Baju kita bagaimana ?
- Perhiasan kita harga berapa ?
- Mobil yang kita kendarai apa ?
Kita mengeluh pakai ini ingin cepat pakai tubuh kemuliaan, bisa dimengerti ?
Tidak bisa oleh orang - orang yang duniawi.
Kecuali kita masuk kawasan ini baru mengerti.
Pantas Paulus menikahpun tidak mau.
Kalau dia pergi ketempat - tempat yang lain, dia hanya menyerahkan nyawa.
Penjara dan sengsara menantikan aku, kata Paulus.
Lalu di mana tanggung jawabnya untuk orang tuanya?
Tapi ini pilihan yang istimewa dari Paulus.
Kalau Petrus meninggalkan istri, punya mertua yang sempat sakit dusembuhkan Tuhan Yesus.
Yang lain siang malam ikut Tuhan Yesus, lalu di mana tanggung jawabnya.
Dari segi moral umum, mereka orang - orang yang tidak tanggung jawab.
Tapi demi kerajaan Surga mereka harus berani bertaruh itu.
Betapa sulitnya Tuhan Yesus π mengajarkan, memberitahukan, menunjukkan misi utama kedatanganNya.
Sebab Orang Yahudi dan murid - murid Tuhan Yesus konsep Mesias duniawi, membebaskan orang - orang Israel dari penjajahan Roma, dan membangun kerajaan.
Makanya pada waktu Tuhan Yesus π bangkit, mereka masih bertanya, Kapan Tuhan mau memulihkan kerajaan bagi Israel ?
Tapi Tuhan Yesus mengajarkan Mesias versinya.
Kerajaan Allah dengan VersiNya.
Puji Tuhan setelah Petrus dan murid - muridNya dipenuhi Roh Kudus baru tahu, ternyata kerajaanNya bukan dari dunia ini seperti yang dikatakan.
1 Petrus 1 : 3 - 4
Tersimpan di Surga, kehidupan yang penuh pengharapan.
Mereka bisa mengerti.
Maka tidak heran kurun waktu ratusan tahun orang Kristen rela menderita, kehilangan harta, keluarga, nyawa, ketenangan dan kenyamanan hidup.
Karena mereka tahu bahwa hidup sesungguhnya di langit baru dan bumi baru.
Jadi sudah tidak sulit lagi menjelaskan kepada orang - orang Kristen itu.
Tapi hari ini, betapa sulitnya menjelaskan kepada orang Kristen.
Misi utama kedatangan Tuhan, karena sudah rusak, selera jiwanya sudah rusak ke dunia.
Bagaimana masuk kawasan Tuhan ?
Kita menjadi orang Kristen yang aneh dibanding Paulus.
Betul Paulus di peradaban yang lain, tetapi tidak di kebenaran yang lain.
Siapa yang berani menarik kebenaran Injil di zaman kita?
Siapa yang berani mengenakan cara berpikir dan gaya hidupnya Paulus di dunia kita ?
Hampir tidak ada.
Kita harus melakukannya, berapaun harga yang harus dibayar.
Paulus punya kawasan yang luar biasa.
Jadi pada waktu dia diangkat melihat kemuliaan Allah, belasan tahun dia tidak menceritakan kepada orang lain, koq kuat ?
Dia sudah punya kawasan khusus dalam hidupnya.
Hidup kami karena percaya, bukan karena melihat.
Ini orang - orang yang tidak melihat dunia π
Bayangkan Paulus yang kesepian yang tinggalnya tidak jelas.
Orang berpesta pora, punya anak istri berpesta, berwisata, dia tidak jelas.
Siapa mau ikut Paulus? Hampir tidak ada.
Tapi dia mengikuti jejak gurunya.
Banyak orang Kristen tidak mengerti misi utama Tuhan.
Ke gereja karena masalah.
Kita harus sadar dan siuman.
Kalau kita π₯ punya kesempatan dipulihkan, kita ikuti kekristenan yang sejati.
Ketika Abraham keluar dari Urkasdim, dia melihat tanah gersang, tidak ada tari - tarian seperti di Urkasdim.
Dia tidak kenal sanak family lagi.
Dia lihat langit ke atas seakan - akan Tuhan diam.
Dia menanti anaknya
Dia harus mengganti namanya, sementara dia belum punya anak.
Waktu orang Kristen harus menderita aniaya, seakan -akan Tuhan tidak membela mereka.
Tetapi mereka tetap berkeyakinan apa yang dikatakan Tuhan Yesus.
Yang dipercayai rasul - rasul, generasi - ke generasi diiturunkan.
Selama ratusan mereka menderita, maka anak - anak mereka bisa mewarisi iman orang tuanya.
Mereka tidak langsung lihat Tuhan Yesus.
1 Petrus 1 : 7 - 8
Tentu Roh Kudus berkarya sehingga Injil yang murni diwariskan generasi ke generasi.
Tentu sampai abad ke 4 ketika kekristenan menjadi agama negara, justru kemudian menjadi rusak.
Masuk abad ke 5 gereja π mencatat, gereja mengalami abad kegelapan sampai abad 15.
Memang Roh Kudus menuntun, tapi ada 1 faktor yang kita tidak boleh lupa, bagaimana Injil bisa diwariskan dari generasi ke generasi.
Karena melihat pola orang tua mereka, sehingga mereka memiliki kesetiaan karena mereka mewarisi kehidupan orang tua mereka.
Menjadi pewarisan estafet
Sekarang kita hendak memulihkan kembali Kekristenan yang hilang yang diajarkan Tuhan Yesus, yang dikenakan rasul - rasul, khususnya Paulus, yang menulis 1/3 dari kitab Perjanjian baru.
Kalau kita membaca Alkitab kita bisa estrak kebenaran.
Maka Kita π₯ harus berani mengamalkan kebenaran itu dalam kontes hidup kita hari ini.
Sesulit, seberat, sekonyol apapun kita belajar mengenakannya.
Itu harga yang harus dibayar.
Keberanian ini langkah - langkah kita menembus batas.
Nanti sukacitanya juga yang tidak biasa.
Keterlepasan kita dengan dunia π ini akan nyata walaupun kita di tengah - tengah dunia, kita tidak bisa bercampur seperti minyak dengan air.
Jadi pengertian ini penting.
Sehingga benar - benar bisa memasuki kawasan Tuhan π
Sebab jika kita mau berjalan dengan Tuhan.
Tidak bisa tidak kita harus memiliki kekudusan seperti kekudusan Dia.
Kita harus memiliki pengertian kecerdasan yang Dia miliki atau dalam batas tertentu.
Tuhan memberikan kita indipendensi / kemandirian.
Tuhan tidak mengendalikan kendaraan hidup kita.
Tuhan π mengajarkan kita bagaimana mengendalikan kendaraan hidup seperti Yesus mengendalikan kendaraan hidupnya.
Kemandirian bertumbuh, mengerti, memahami.
Itulah sebabnya kita tahu brtapa sulitnya menemukan suara Tuhan.
Yang ini atau yang itu.
Sering Tuhan tidak jawab.
Karena Tuhan π melatih kita supaya memiliki kecerdasanNya.
Supaya kita mengambil keputusan pasti sesuai pikiran dan perasaanNya.
Kepekaan kita seperti kepekaanNya.
Supaya semakin hari kita semakin tepat.
Otomatis kita tahu pikiran dan perasaanNya.
Di sini kita masuk kawasan Tuhan.
Untuk bergaul dengan Allah π kita harus memiliki kesucian seperti kesucianNya, kecerdasan seperti kecerdasanNya, perasaan seperti perasaanNya.
Jadi kalau orang masih bisa dibahagiakan dunia, bangga dengan barang bagus, bangga dengan kehormatan, dia tidak masuk kawasan ini.
Ketika kita bercinta dengan Tuhan π, hati kita melekat dengan Tuhan, ini kawasan yang berbeda, yang lain menjadi tidak berarti.
Jadi tidak ada harga murah masuk kawasan ini.
Seperti unta masuk lubang jarum.
Anugrah kalau kita masuk kawasan ini.
Ketika masuk kawasan ini kematian menjadi satu hal yang jauh, tinggal pindah, tinggal glek.
2 korintus 5 : 5 - 6
Jauh di sini bukan persekutuan dalam fisik, tidak bertemu muka dengan muka, itu kerinduan Paulus yang hebat.
JBU π·
RH Truth Daily Enlightenment “HIDUP DALAM KASIH KARUNIA” Pdt. DR. Erastus Sabdono 26 Agustus 2018
Apa yang membuat kita dapat dikatakan hidup dalam kasih karunia atau anugerah? Tentu bukan karena kita memperoleh berkat lahiriah lebih berlimpah dibanding dengan orang di luar Kristen.
Malah kenyataannya, banyak orang non-Kristen yang lebih berlimpah harta kekayaannya, lebih terhormat dalam kedudukan, pangkat, kekuasaan dan berbagai bidang lainnya.
Kita disebut hidup dalam kasih karunia bukan pula karena kita pasti memiliki perlindungan secara lahiriah lebih dari mereka yang ada di luar orang Kristen.
Kenyataannya, kehidupan kita dengan mereka yang ada di luar orang Kristen terkesan sama.
Memang demikian kenyataannya, sebab tidak sedikit orang Kristen π₯yang tidak layak menerima perlindungan Tuhan.
Mereka tidak layak menerima perlindungan Tuhan π sebab tidak hidup di dalam rencana serta kehendak Allah.
Hukum tabur tuai berlaku bagi semua orang.
Kalau orang tidak bekerja keras, tidak jujur, maka hidupnya susah.
Kalau seseorang tidak menjaga pola hidup dan pola makan yang baik, maka pasti ia sakit.
Orang yang ceroboh dalam berkendara, cenderung mengalami kecelakaan dan lain sebagainya.
Kita dapat dikatakan hidup dalam kasih karunia sebab kita dipilih untuk menjadi anak-anak Allah.
Menjadi anak-anak Allah berarti menjadi makhluk manusia π₯ yang dapat melakukan kehendak Bapa atau memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, secara ideal sesuai dengan standar yang dikehendaki oleh Allah.
Untuk ini Allah memberi kuasa kepada orang percaya supaya menjadi anak-anak Allah, artinya disanggupkan untuk dapat melakukan kehendak Allah atau berkenan kepada Tuhan π
Kuasa yang disediakan oleh Tuhan adalah Roh Kudus, Injil, dan penggarapan Allah telah tersedia secara limpah tidak terbatas.
Selain itu, Tuhan memberi Diri untuk dikenal dan dijumpai untuk berinteraksi sebagai Guru yang membimbing kita kepada kesempurnaan melalui Roh Kudus.
Semua itu sangat berpotensi untuk dapat membuat kita berkenan kepada Allah dan melakukan kehendak Bapa.
Dalam hal ini kita memperoleh gambaran yang jelas betapa mengerikan dampak Teologi Kemakmuran itu. Pada umumnya mereka hanya fokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani serta bagaimana menjalani hidup ini tanpa masalah yang dapat mengganggu apa yang mereka rasakan sebagai ketenangan.
Berbicara mengenai kasih karunia, yang dipahami mereka bahwa mereka sudah pasti masuk surga, sementara hidup di dunia ini diberkati dengan segala berkat jasmani dan memperoleh perlindungan Tuhan π secara khusus. Kasih karunia menjadi murahan.
Para penganut ajaran hypergrace melandaskan hidupnya di atas pemahaman ini.
Terdapat gereja-gereja π yang menyatakan anti hypergrace, padahal dalam praktiknya mereka mengenakan ajaran tersebut.
Hal ini mengakibatkan mereka tidak mengerti maksud kasih karunia keselamatan diberikan.
Mereka tidak berusaha untuk berkenan kepada Allah dan tidak berjuang untuk dapat melakukan kehendak Bapa.
Biasanya mereka berpikir bahwa mereka sudah memiliki keadaan yang berkenan di hadapan Allah karena Tuhan Yesus
yang menggantikan posisi mereka.
Padahal Alkitab π tidak pernah mengatakan demikian.
Alkitab mengatakan bahwa Yesus memikul dosa kita, artinya Ia menanggung hukuman akibat dari dosa yang kita (dan semua manusia) lakukan.
Semua hutang dosa kita dibayar, tetapi bukan berarti kita boleh berhutang lagi.
Alkitab menunjukkan bahwa kita berhutang bukan untuk hidup dalam daging atau berbuat dosa terus menerus, tetapi hidup nenurut roh, artinya hidup berkenan kepada Allah atau melakukan kehendak Bapa (Rm.8:12). Adapun setelah menerima pengampunan dosa, orang percaya harus berusaha berkenan kepada Allah.
Ternyata untuk dapat melakukan kehendak Bapa atau hidup berkenan kepada Allah, seseorang harus benar-benar melepaskan segala sesuatu.
Seperti Tuhan Yesus π mengosongkan Diri, demikian pula kita harus melakukan hal yang sama. Mengosongkan diri di sini artinya bersedia untuk melepaskan semua yang kita anggap sebagai hak.
Dengan demikian orang percaya harus bersedia melepaskan semua haknya. Ini adalah konsekuensi penebusan dan untuk dapat hidup dalam kasih karunia. Dengan demikian kasih karunia dari Tuhan π membuat orang percaya harus melepaskan hidupnya.
Selama ini diajarkan bahwa menerima kasih karunia tidak memiliki resiko dan tanggungjawab sama sekali.
Mereka mengajarkan bahwa yang penting menerima Yesus sebagai Tuhan π dan Juruselamat, maka akan memperoleh keselamatan. Seakan-akan hal ini terjadi dengan mudah dan secara otomatis.
Padahal, menerima kasih karunia berarti harus melepaskan cara hidup yang lama, melepaskan semua hak-hak hidupnya. Tanpa bersedia membayar konsekuensi ini kasih karunia tidak dapat dimiliki oleh seseorang.
Kasih karunia harus mengubah hidup seseorang.
Dalam hal ini yang menerima kasih karunia harus berani memberikan respon yang memadai untuk diubah.
JBU
https://overcast.fm/+IqOD5vW7g
Malah kenyataannya, banyak orang non-Kristen yang lebih berlimpah harta kekayaannya, lebih terhormat dalam kedudukan, pangkat, kekuasaan dan berbagai bidang lainnya.
Kita disebut hidup dalam kasih karunia bukan pula karena kita pasti memiliki perlindungan secara lahiriah lebih dari mereka yang ada di luar orang Kristen.
Kenyataannya, kehidupan kita dengan mereka yang ada di luar orang Kristen terkesan sama.
Memang demikian kenyataannya, sebab tidak sedikit orang Kristen π₯yang tidak layak menerima perlindungan Tuhan.
Mereka tidak layak menerima perlindungan Tuhan π sebab tidak hidup di dalam rencana serta kehendak Allah.
Hukum tabur tuai berlaku bagi semua orang.
Kalau orang tidak bekerja keras, tidak jujur, maka hidupnya susah.
Kalau seseorang tidak menjaga pola hidup dan pola makan yang baik, maka pasti ia sakit.
Orang yang ceroboh dalam berkendara, cenderung mengalami kecelakaan dan lain sebagainya.
Kita dapat dikatakan hidup dalam kasih karunia sebab kita dipilih untuk menjadi anak-anak Allah.
Menjadi anak-anak Allah berarti menjadi makhluk manusia π₯ yang dapat melakukan kehendak Bapa atau memiliki kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, secara ideal sesuai dengan standar yang dikehendaki oleh Allah.
Untuk ini Allah memberi kuasa kepada orang percaya supaya menjadi anak-anak Allah, artinya disanggupkan untuk dapat melakukan kehendak Allah atau berkenan kepada Tuhan π
Kuasa yang disediakan oleh Tuhan adalah Roh Kudus, Injil, dan penggarapan Allah telah tersedia secara limpah tidak terbatas.
Selain itu, Tuhan memberi Diri untuk dikenal dan dijumpai untuk berinteraksi sebagai Guru yang membimbing kita kepada kesempurnaan melalui Roh Kudus.
Semua itu sangat berpotensi untuk dapat membuat kita berkenan kepada Allah dan melakukan kehendak Bapa.
Dalam hal ini kita memperoleh gambaran yang jelas betapa mengerikan dampak Teologi Kemakmuran itu. Pada umumnya mereka hanya fokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani serta bagaimana menjalani hidup ini tanpa masalah yang dapat mengganggu apa yang mereka rasakan sebagai ketenangan.
Berbicara mengenai kasih karunia, yang dipahami mereka bahwa mereka sudah pasti masuk surga, sementara hidup di dunia ini diberkati dengan segala berkat jasmani dan memperoleh perlindungan Tuhan π secara khusus. Kasih karunia menjadi murahan.
Para penganut ajaran hypergrace melandaskan hidupnya di atas pemahaman ini.
Terdapat gereja-gereja π yang menyatakan anti hypergrace, padahal dalam praktiknya mereka mengenakan ajaran tersebut.
Hal ini mengakibatkan mereka tidak mengerti maksud kasih karunia keselamatan diberikan.
Mereka tidak berusaha untuk berkenan kepada Allah dan tidak berjuang untuk dapat melakukan kehendak Bapa.
Biasanya mereka berpikir bahwa mereka sudah memiliki keadaan yang berkenan di hadapan Allah karena Tuhan Yesus
yang menggantikan posisi mereka.
Padahal Alkitab π tidak pernah mengatakan demikian.
Alkitab mengatakan bahwa Yesus memikul dosa kita, artinya Ia menanggung hukuman akibat dari dosa yang kita (dan semua manusia) lakukan.
Semua hutang dosa kita dibayar, tetapi bukan berarti kita boleh berhutang lagi.
Alkitab menunjukkan bahwa kita berhutang bukan untuk hidup dalam daging atau berbuat dosa terus menerus, tetapi hidup nenurut roh, artinya hidup berkenan kepada Allah atau melakukan kehendak Bapa (Rm.8:12). Adapun setelah menerima pengampunan dosa, orang percaya harus berusaha berkenan kepada Allah.
Ternyata untuk dapat melakukan kehendak Bapa atau hidup berkenan kepada Allah, seseorang harus benar-benar melepaskan segala sesuatu.
Seperti Tuhan Yesus π mengosongkan Diri, demikian pula kita harus melakukan hal yang sama. Mengosongkan diri di sini artinya bersedia untuk melepaskan semua yang kita anggap sebagai hak.
Dengan demikian orang percaya harus bersedia melepaskan semua haknya. Ini adalah konsekuensi penebusan dan untuk dapat hidup dalam kasih karunia. Dengan demikian kasih karunia dari Tuhan π membuat orang percaya harus melepaskan hidupnya.
Selama ini diajarkan bahwa menerima kasih karunia tidak memiliki resiko dan tanggungjawab sama sekali.
Mereka mengajarkan bahwa yang penting menerima Yesus sebagai Tuhan π dan Juruselamat, maka akan memperoleh keselamatan. Seakan-akan hal ini terjadi dengan mudah dan secara otomatis.
Padahal, menerima kasih karunia berarti harus melepaskan cara hidup yang lama, melepaskan semua hak-hak hidupnya. Tanpa bersedia membayar konsekuensi ini kasih karunia tidak dapat dimiliki oleh seseorang.
Kasih karunia harus mengubah hidup seseorang.
Dalam hal ini yang menerima kasih karunia harus berani memberikan respon yang memadai untuk diubah.
JBU
https://overcast.fm/+IqOD5vW7g
Sabtu, 25 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “PEJUANG TUHAN” Pdt. DR. Erastus Sabdono 25 Agustus 2018
Pernahkah kita benar-benar berperkara dengan Bapa dan Tuhan Yesus mengenai satu hal penting ini: Apa kita sungguh-sungguh telah termasuk orang Kristen yang berdiri di pihak Tuhan? Apakah kita sungguh-sungguh telah mengabdi kepada Bapa dan Tuhan Yesus secara patut? Kita harus memeriksa diri dengan jujur apakah kita telah benar-benar melayani Tuhan Yesus π sebagai Tuhan dengan segenap hidup tanpa batas? Oleh korban Yesus, kita telah menjadi anak-anak Bapa.
Menjadi anak-anak Bapa artinya bukan berarti dapat menerima fasilitas berkat jasmani-Nya, tetapi dipanggil untuk menderita bersama-sama dengan Yesus.
Paulus adalah sosok hamba yang benar-benar mengabdi kepada Bapa. Inilah yang Bapa π kehendaki, yaitu agar kita memiliki pergumulan yang sama dengan Paulus. Kehidupan seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil” (Flp. 1:27). Injil sejati yang merasuki seseorang akan menjadikan orang itu “pejuang bagi Kristus”.
Orang yang jiwanya belum dirasuki jiwa Injil yang benar, pasti belum bisa berlaku sebagai “pejuang Kristus”. Seperti yang telah Tuhan Yesus π katakan bahwa Injil itu seperti ragi; dan ragi itu pasti mengubah.
Perubahan tersebut sampai tingkat radikal, seperti yang Tuhan Yesus lakukan bagi Bapa-Nya. Inilah yang Tuhan Yesus kehendaki, kebenaran Injil menjadikan kita pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Tuhan untuk mengawal Kerajaan Bapa, sehingga kita dapat menjadi seperti anak panah bagi Tuhan.
Bila tidak demikian, Injil yang kita terima bukanlah Injil yang benar.
Tidak ada orang yang menerima Injil yang benar tidak menjadi pejuang bagi Kristus
Kita harus memahami bahwa pemberontakan Iblis di hadapan Bapa, dengan menyeret pula malaikat-malaikat, berlanjut di muka bumi πini.
Pemberontakannya beralih dari surga ke bumi ini.
Iblis mencoba menyeret sebanyak mungkin manusia untuk mengikuti jejaknya, melawan Allah. Ini merupakan gerakan Iblis yang terus berlangsung sampai hari ini. Kita harus menyadari hal ini dengan seksama dan berjaga-jaga dengan serius, agar tidak terseret menjadi pengikutnya atau berdiri di pihak dia.
Ketika Kerajaan Allah π datang, Yesus menantang kita, kita ada di pihak siapa? Pihak Tuhan atau di pihak musuh.
Kerajaan Allah yang dihadirkan oleh Tuhan merupakan isyarat dimulainya sebuah peperangan besar. Peperangan untuk membinasakan pekerjaan Iblis dan mengembalikan manusia kepada Allah sebagai pemilik-Nya. Sebagaimana Iblis mendayagunakan segala kekuatan melalui pengikutnya untuk melawan Bapa, demikian pula Tuhan Yesus π mendayagunakan kita, para pengikut-Nya, untuk menghancurkan pekerjaan Iblis.
Di surga malaikat-malaikat yang berperang, tetapi di bumi “kita”, orang percaya, yang mengawal Kerajaan Bapa. Dalam hal ini yang penting harus dipastikan sekarang ini kita berada di pihak siapa? Apakah kita turut serta mengawal Kerajaan Bapa- atau sibuk dengan urusan kita sendiri?
Kita harus memilih, mengumpulkan bersama dengan Tuhan atau sebaliknya menceraiberaikan.
Tuhan Yesus π berfirman: Barangsiapa tidak mengumpulkan bersama Dia, berarti menceraiberaikan, artinya merusak atau mengganggu pekerjaan Tuhan.
Sebagai anak-anak tebusan, merupakan keharusan yang mutlak, kita hidup hanya bagi Tuhan.
Ini berarti hidup kita hanya untuk kepentingan Kerajaan Bapa π
Orang Kristen yang sudah dewasa, dapat mengerti bahwa sebenarnya orang percaya tidak berhak menuntut Tuhan, tetapi Tuhanlah yang berhak menuntut diri orang percaya untuk melakukan kehendak Bapa.
Kita harus menyadari bahwa orang-orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, bukan lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Yesus yang sudah mati bagi mereka.
Sekarang Tuhan Yesus π menunjukkan otoritas-Nya sebagai Raja, Tuhan berhak menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita berpihak? Kita tidak boleh plin-plan. Keadaan plin-plan sangat berbahaya.
Banyak orang Kristen π₯ yang tidak hidup serius bagi Tuhan.
Banyak orang Kristen dibuat Ibliskehilangan arah hidupnya.
Mereka menjadi tawanan musuh dan tergiring ke dalam api kekal.
Tetapi malangnya mereka tidak menyadari keadaan mereka tersebut.
Mereka merasa sudah hidup dalam kewajaran standar manusia beragama yang baik.
Itulah sebabnya mereka merasa berhak mengklaim kepada Tuhan π apa saja yang mereka ingini.
Bagi mereka Tuhan penolong yang baik. Tuhan dapat memahami keinginan mereka dan memuaskan hasrat mereka.
Tanpa mereka sadari mereka memperlakukan Tuhan secara tidak pantas. Kebodohan semacam ini, sebenarnya banyak diajarkan kepada jemaat di banyak gereja π
Mereka hanya mengajarkan mengenai Allah hanya dari satu sudut pandang, tetapi tidak melihat aspek yang lain. Dengan cara demikian mereka membuat jemaat Kristen berjiwa kerdil.
Tidak bertumbuh dewasa. Akhirnya orang-orang Kristen yang kerdil ini sangat rentan terhadap pencobaan, sehingga imannya mudah gugur.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA1J3Kc
Menjadi anak-anak Bapa artinya bukan berarti dapat menerima fasilitas berkat jasmani-Nya, tetapi dipanggil untuk menderita bersama-sama dengan Yesus.
Paulus adalah sosok hamba yang benar-benar mengabdi kepada Bapa. Inilah yang Bapa π kehendaki, yaitu agar kita memiliki pergumulan yang sama dengan Paulus. Kehidupan seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil” (Flp. 1:27). Injil sejati yang merasuki seseorang akan menjadikan orang itu “pejuang bagi Kristus”.
Orang yang jiwanya belum dirasuki jiwa Injil yang benar, pasti belum bisa berlaku sebagai “pejuang Kristus”. Seperti yang telah Tuhan Yesus π katakan bahwa Injil itu seperti ragi; dan ragi itu pasti mengubah.
Perubahan tersebut sampai tingkat radikal, seperti yang Tuhan Yesus lakukan bagi Bapa-Nya. Inilah yang Tuhan Yesus kehendaki, kebenaran Injil menjadikan kita pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Tuhan untuk mengawal Kerajaan Bapa, sehingga kita dapat menjadi seperti anak panah bagi Tuhan.
Bila tidak demikian, Injil yang kita terima bukanlah Injil yang benar.
Tidak ada orang yang menerima Injil yang benar tidak menjadi pejuang bagi Kristus
Kita harus memahami bahwa pemberontakan Iblis di hadapan Bapa, dengan menyeret pula malaikat-malaikat, berlanjut di muka bumi πini.
Pemberontakannya beralih dari surga ke bumi ini.
Iblis mencoba menyeret sebanyak mungkin manusia untuk mengikuti jejaknya, melawan Allah. Ini merupakan gerakan Iblis yang terus berlangsung sampai hari ini. Kita harus menyadari hal ini dengan seksama dan berjaga-jaga dengan serius, agar tidak terseret menjadi pengikutnya atau berdiri di pihak dia.
Ketika Kerajaan Allah π datang, Yesus menantang kita, kita ada di pihak siapa? Pihak Tuhan atau di pihak musuh.
Kerajaan Allah yang dihadirkan oleh Tuhan merupakan isyarat dimulainya sebuah peperangan besar. Peperangan untuk membinasakan pekerjaan Iblis dan mengembalikan manusia kepada Allah sebagai pemilik-Nya. Sebagaimana Iblis mendayagunakan segala kekuatan melalui pengikutnya untuk melawan Bapa, demikian pula Tuhan Yesus π mendayagunakan kita, para pengikut-Nya, untuk menghancurkan pekerjaan Iblis.
Di surga malaikat-malaikat yang berperang, tetapi di bumi “kita”, orang percaya, yang mengawal Kerajaan Bapa. Dalam hal ini yang penting harus dipastikan sekarang ini kita berada di pihak siapa? Apakah kita turut serta mengawal Kerajaan Bapa- atau sibuk dengan urusan kita sendiri?
Kita harus memilih, mengumpulkan bersama dengan Tuhan atau sebaliknya menceraiberaikan.
Tuhan Yesus π berfirman: Barangsiapa tidak mengumpulkan bersama Dia, berarti menceraiberaikan, artinya merusak atau mengganggu pekerjaan Tuhan.
Sebagai anak-anak tebusan, merupakan keharusan yang mutlak, kita hidup hanya bagi Tuhan.
Ini berarti hidup kita hanya untuk kepentingan Kerajaan Bapa π
Orang Kristen yang sudah dewasa, dapat mengerti bahwa sebenarnya orang percaya tidak berhak menuntut Tuhan, tetapi Tuhanlah yang berhak menuntut diri orang percaya untuk melakukan kehendak Bapa.
Kita harus menyadari bahwa orang-orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, bukan lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Yesus yang sudah mati bagi mereka.
Sekarang Tuhan Yesus π menunjukkan otoritas-Nya sebagai Raja, Tuhan berhak menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita berpihak? Kita tidak boleh plin-plan. Keadaan plin-plan sangat berbahaya.
Banyak orang Kristen π₯ yang tidak hidup serius bagi Tuhan.
Banyak orang Kristen dibuat Ibliskehilangan arah hidupnya.
Mereka menjadi tawanan musuh dan tergiring ke dalam api kekal.
Tetapi malangnya mereka tidak menyadari keadaan mereka tersebut.
Mereka merasa sudah hidup dalam kewajaran standar manusia beragama yang baik.
Itulah sebabnya mereka merasa berhak mengklaim kepada Tuhan π apa saja yang mereka ingini.
Bagi mereka Tuhan penolong yang baik. Tuhan dapat memahami keinginan mereka dan memuaskan hasrat mereka.
Tanpa mereka sadari mereka memperlakukan Tuhan secara tidak pantas. Kebodohan semacam ini, sebenarnya banyak diajarkan kepada jemaat di banyak gereja π
Mereka hanya mengajarkan mengenai Allah hanya dari satu sudut pandang, tetapi tidak melihat aspek yang lain. Dengan cara demikian mereka membuat jemaat Kristen berjiwa kerdil.
Tidak bertumbuh dewasa. Akhirnya orang-orang Kristen yang kerdil ini sangat rentan terhadap pencobaan, sehingga imannya mudah gugur.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA1J3Kc
RH Truth Daily Enlightenment “DIPARKIR DI DUNIA” Pdt. DR. Erastus Sabdono 24 Agustus 2018
Ketika seseorang mengikut Tuhan Yesus, maka sebenarnya ia tidak bisa lagi hidup wajar. Mengapa? Sebab fokus dan orientasi hidupnya bukan menjadi sedikit berubah, tetapi harus berubah total.
Dalam Lukas 5:36-39, Tuhan Yesus πmemaparkan sebuah perumpamaan mengenai mengoyakkan secarik kain dari baju baru untuk menambal baju tua yang robek.
Hal itu merupakan tindakan yang bodoh, sebab baju yang lama malah bisa terkoyak. Mestinya baju yang tua dibuang saja dan digantikan baju yang baru. Tetapi ini bukan sesuatu yang mudah, sebab baju yang lama sudah terbiasa nyaman dipakai. Dalam perumpamaan ini, baju baru bisa menunjuk Injil. Orang percaya tidak boleh hanya mengambil beberapa hal saja dalam Injil yang dipandang tidak menganggu “kenyamanan hidupnya”, sementara itu masih tetap mengenakan cara berpikir dan gaya hidupnya yang lama.
Hal ini terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen.
Penyebabnya bisa dua kemungkinan: Pertama, tidak mengerti Injil yang murni yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π
Kedua, walaupun mengerti Injil yang benar, tetapi memang tidak bersedia mengenakannya.
Tuhan juga mengatakan mengenai anggur baru yang harus disimpan di kirbat (kantung kulit) yang baru.
Kalau disimpan di kantung kulit lama, akan mengoyak kantung kulit lama itu. Kebenaran Injil yang diajarkan Tuhan Yesus sangat kuat luar biasa untuk mengubah.
Kalau seseorang tidak memiliki hati yang siap menerimanya, maka sia-sialah kebenaran itu disampaikan, tetap akan terbuang sia-sia.
Inilah yang terjadi dalam kehidupan di antara kita, walaupun mendengar Firman yang benar tetapi tidak berubah, sebab memang hatinya sudah melekat dengan dunia ini.
Ia tidak sanggup memahami Firman tersebut secara utuh atau lengkap, apalagi mengenakannya dalam hidup ini.
Seiring dengan hal tersebut, Tuhan Yesus πjuga menyinggung mengenai orang yang terbiasa minum anggur yang tua, dan merasa tidak enak kalau minum anggur yang baru.
Semua ini menggambarkan betapa tidak mudahnya mengubah cara berpikir dan gaya hidup yang sudah dijalani dalam waktu lama.
Dari hal ini kita memperoleh pelajaran rohani bahwa kuasa kegelapan berusaha memarkir selama mungkin orang Kristen dalam cara berpikir dan gaya hidup anak dunia π, sampai tidak mau atau bahkan sampai tidak bisa berubah lagi.
Mengapa mengikut Tuhan Yesus tidak bisa lagi hidup wajar? Sebab mengikut Tuhan Yesus π berarti hidup dengan cara berpikir dan gaya hidup-Nya.
Inilah yang dimaksudkan oleh Paulus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Ini berarti seluruh cara berpikir dan gaya hidup orang percaya harus benar-benar berubah secara radikal dan drastis.
Untuk menunjukkan ekstremnya hidup dalam Tuhan Yesus ini, Alkitab π menggunakan istilah “dilahirkan dari atas atau dilahirkan baru”. Hal ini menunjukkan bahwa mengikut Tuhan Yesus harus benar-benar berkeadaan baru.
Menyedihkan, banyak orang menganggap kalau seseorang sudah ke gereja π menjadi manusia yang bermoral baik, apalagi menjadi aktivis gereja, maka ia sudah dianggap telah lahir baru.
Pada umumnya orang-orang Kristen yang sudah pergi ke gereja merasa bahwa dirinya sudah lahir baru.
Hal ini sebenarnya sebuah penyesatan yang memarkir jemaat masih di dunia π, tetapi meyakini diri sudah berparkir di surga.
Mereka merasa sudah menjadi umat Allah dan berhak serta layak masuk rumah Bapa, padahal pada umumnya mereka belum melakukan kehendak Bapa.
Betapa berbahaya keadaan banyak orang Kristen tersebut.
Hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang tidak tertolak oleh Tuhan π
Seharusnya bagi seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, maka hidupnya sudah berakhir. Ia menghentikan perahu hidupnya di satu pelabuhan, yaitu Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud dengan kelegaan atau perhentian yang Tuhan Yesus ajarkan (Mat. 11:28-29).
Kelegaan dalam teks aslinya adalah anapauso yang sama dengan perhentian.
Dalam hal ini kita memang harus belajar dari Tuhan Yesus π untuk dapat memperoleh atau mengalami perhentian tersebut.
Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus berkata: Belajarlah kepada-Ku. Tanpa belajar dengan sungguh-sungguh seseorang tidak pernah mengenal dan mengalami perhentian tersebut. Jadi, ternyata untuk memiliki kelegaan atau perhentian di dalam Tuhan π, seseorang harus mengalami pertumbuhan rohani yang benar.
Semakin seseorang dewasa rohani, maka semakin dapat merasakan dan mengalamai kelegaan dalam Tuhan yang sejati.
JBU
Dalam Lukas 5:36-39, Tuhan Yesus πmemaparkan sebuah perumpamaan mengenai mengoyakkan secarik kain dari baju baru untuk menambal baju tua yang robek.
Hal itu merupakan tindakan yang bodoh, sebab baju yang lama malah bisa terkoyak. Mestinya baju yang tua dibuang saja dan digantikan baju yang baru. Tetapi ini bukan sesuatu yang mudah, sebab baju yang lama sudah terbiasa nyaman dipakai. Dalam perumpamaan ini, baju baru bisa menunjuk Injil. Orang percaya tidak boleh hanya mengambil beberapa hal saja dalam Injil yang dipandang tidak menganggu “kenyamanan hidupnya”, sementara itu masih tetap mengenakan cara berpikir dan gaya hidupnya yang lama.
Hal ini terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen.
Penyebabnya bisa dua kemungkinan: Pertama, tidak mengerti Injil yang murni yang diajarkan oleh Tuhan Yesus π
Kedua, walaupun mengerti Injil yang benar, tetapi memang tidak bersedia mengenakannya.
Tuhan juga mengatakan mengenai anggur baru yang harus disimpan di kirbat (kantung kulit) yang baru.
Kalau disimpan di kantung kulit lama, akan mengoyak kantung kulit lama itu. Kebenaran Injil yang diajarkan Tuhan Yesus sangat kuat luar biasa untuk mengubah.
Kalau seseorang tidak memiliki hati yang siap menerimanya, maka sia-sialah kebenaran itu disampaikan, tetap akan terbuang sia-sia.
Inilah yang terjadi dalam kehidupan di antara kita, walaupun mendengar Firman yang benar tetapi tidak berubah, sebab memang hatinya sudah melekat dengan dunia ini.
Ia tidak sanggup memahami Firman tersebut secara utuh atau lengkap, apalagi mengenakannya dalam hidup ini.
Seiring dengan hal tersebut, Tuhan Yesus πjuga menyinggung mengenai orang yang terbiasa minum anggur yang tua, dan merasa tidak enak kalau minum anggur yang baru.
Semua ini menggambarkan betapa tidak mudahnya mengubah cara berpikir dan gaya hidup yang sudah dijalani dalam waktu lama.
Dari hal ini kita memperoleh pelajaran rohani bahwa kuasa kegelapan berusaha memarkir selama mungkin orang Kristen dalam cara berpikir dan gaya hidup anak dunia π, sampai tidak mau atau bahkan sampai tidak bisa berubah lagi.
Mengapa mengikut Tuhan Yesus tidak bisa lagi hidup wajar? Sebab mengikut Tuhan Yesus π berarti hidup dengan cara berpikir dan gaya hidup-Nya.
Inilah yang dimaksudkan oleh Paulus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Ini berarti seluruh cara berpikir dan gaya hidup orang percaya harus benar-benar berubah secara radikal dan drastis.
Untuk menunjukkan ekstremnya hidup dalam Tuhan Yesus ini, Alkitab π menggunakan istilah “dilahirkan dari atas atau dilahirkan baru”. Hal ini menunjukkan bahwa mengikut Tuhan Yesus harus benar-benar berkeadaan baru.
Menyedihkan, banyak orang menganggap kalau seseorang sudah ke gereja π menjadi manusia yang bermoral baik, apalagi menjadi aktivis gereja, maka ia sudah dianggap telah lahir baru.
Pada umumnya orang-orang Kristen yang sudah pergi ke gereja merasa bahwa dirinya sudah lahir baru.
Hal ini sebenarnya sebuah penyesatan yang memarkir jemaat masih di dunia π, tetapi meyakini diri sudah berparkir di surga.
Mereka merasa sudah menjadi umat Allah dan berhak serta layak masuk rumah Bapa, padahal pada umumnya mereka belum melakukan kehendak Bapa.
Betapa berbahaya keadaan banyak orang Kristen tersebut.
Hanya orang yang melakukan kehendak Bapa yang tidak tertolak oleh Tuhan π
Seharusnya bagi seorang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus, maka hidupnya sudah berakhir. Ia menghentikan perahu hidupnya di satu pelabuhan, yaitu Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud dengan kelegaan atau perhentian yang Tuhan Yesus ajarkan (Mat. 11:28-29).
Kelegaan dalam teks aslinya adalah anapauso yang sama dengan perhentian.
Dalam hal ini kita memang harus belajar dari Tuhan Yesus π untuk dapat memperoleh atau mengalami perhentian tersebut.
Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus berkata: Belajarlah kepada-Ku. Tanpa belajar dengan sungguh-sungguh seseorang tidak pernah mengenal dan mengalami perhentian tersebut. Jadi, ternyata untuk memiliki kelegaan atau perhentian di dalam Tuhan π, seseorang harus mengalami pertumbuhan rohani yang benar.
Semakin seseorang dewasa rohani, maka semakin dapat merasakan dan mengalamai kelegaan dalam Tuhan yang sejati.
JBU
Kamis, 23 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “MENGIKUTI PERLOMBAAN” Pdt. DR. Erastus Sabdono 23 Agustus 2018
Betapa mahal harga jiwa untuk memperoleh keselamatan yang dibayarkan Putra Tunggal Bapa bagi kita.
Harganya adalah Diri Tuhan Yesus sendiri. Harga yang tidak pernah dapat kita mengerti.
Ketika Yesus πmembayar hutang kita, itu berarti Diatelah memikul semua hukuman yang seharusnya kita tanggung.
Kita dibebaskan dari semua hukuman akibat dosa-dosa kita.
Tuhan Yesus membawa kita kepada Bapa π untuk menjadi anak-anak-Nya. Bapa tidak mungkin menolak kita, sebab Bapa mengasihi Putra Tunggal-Nya, dan tidak akan berkhianat kepada-Nya. Bapa menyambut kita sebagai anak-Nya dan sungguh-sungguh mengasihi kita.
Tetapi keadaan kita masih belum bisa bersekutu secara harmoni dengan Bapa π
Kita masih berkeadaan tidak layak menjadi anak Bapa.
Secara hukum Bapa pasti menerima kita sebagai anak-Nya, tetapi dalam kenyataan berkenaan dengan keadaan kita yang telah rusak, kita masih belum layak bagi-Nya.
Untuk itu Bapa harus mendidik kita, supaya kita terus menerus mengalami perubahan, agar kita π₯ menjadi umat dan anak yang layak bagi-Nya.
Sekarang, yang menjadi tanggung jawab kita adalah menerima didikan-Nya, agar kita menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang Tuhan Yesus katakan kepada kita, sebelum kembali ke tempat dari mana Ia berasal, bahwa kita harus menjadi murid-Nya.
Menjadi murid-Nya artinya belajar hidup seperti cara hidup yang telah dijalani-Nya.
Hal ini harus menjadi satu-satunya isi dan tujuan hidup kita.
Tidak boleh ada yang lebih menarik dalam hidup kita selain hal ini. Kita tentu tahu, Tuhan Yesus πberkata kepada kita bahwa kita harus melepaskan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid-Nya (Luk. 14:33).
Maksudnya, kalau kita bersedia meninggalkan keterikatan dengan segala hal di dunia ini, selain terikat dengan Allah Bapa dan Anak, barulah kita dapat diubah.
Untuk itu Bapa π menaruh Roh-Nya di dalam kita sebagai materai, maksudnya sebagai tanda bahwa kita milik Bapa dan harus mengikuti perlombaan yang wajib semua orang percaya ikuti. Perlombaan itu adalah berjuang untuk menjadi serupa dengan Yesus.
Dengan hal ini, kita berusaha untuk memiliki iman yang sempurna, artinya kita bisa menghormati Bapa π sebagai Bapa kita, seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Hal ini sama dengan berkeadaan sebagaimana mestinya seorang anak bagi Bapa di surga.
Ini adalah perlombaan satu-satunya yang paling terhormat dan agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Perlombaan ini telah diikuti oleh Adam manusia pertama, bagaimana seharusnya ia menjadi manusia yang menghormati Elohim Yahweh dengan menuruti segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Ternyata Adam gagal menjadi anak bagi Bapa, dan hal ini menyedihkan hati-Nya.
Kegagalan Adam adalah kegagalan semua manusia keturunannya.
Hanya satu cara untuk menyelamatkan manusia, Bapa mengutus Putra Tunggal-Nya.
Putra Tunggal-Nya menjadi manusia dan berhasil berkeadaan sebagai manusia yang layak sebagai Anak Bapa.
Hal itu menyenangkan hati Bapa.
Itulah sebabnya Bapa π menyatakan bahwa Bapa berkenan kepada Yesus.
Kita harus mengerti dan bersedia mengikuti perlombaan memiliki iman yang sempurna seperti Yesus, yaitu ketaatan dan penghormatan-Nya kepada Bapa π
Perjuangan dalam perlombaan itu telah dilakukan oleh Yesus.
Perlombaan itu dimaksudkan agar kita dapat dikembalikan menjadi manusia π₯ sesuai dengan rancangan Allah semula.
Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa oranag percaya harus mengikut Dia.
Mengikut Dia tidaklah cukup menjadi orang Kristen π₯ seperti yang dipahami dan dilakukan banyak orang Kristen saat ini.
Mengikut Dia berarti menjadi manusia yang memiliki pola hidup sama seperti kehidupan yang telah dijalani oleh Yesus. Kalau kita hanya menjadi orang Kristen, berarti belum mengikut Dia dengan benar.
Kita harus sungguh-sungguh memperhatikan hal ini, agar kita tidak sampai ditolak ketika mau masuk ke dalam Kerajaan Surga, sebab tidak melakukan kehendak Bapa
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa sudah pergi ke gereja π dan mengaku Kristen berarti sudah menjadi anak Allah.
Manusia yang disebut sebagai anak Allah adalah orang yang memiliki kodrat seperti Diri Allah.
Kodrat seperti ini telah dibangun oleh Putra Tunggal Bapa pada waktu menjadi manusia. Yesus dilahirkan dengan keadaan melepaskan semua keberadaan-Nya sebagai Allah.
Dalam segala hal disamakan dengan manusia.
Kita harus memperhatikan, bagaimana Ia belajar taat dari apa yang diderita-Nya, sampai Ia mencapai kesempurnaan.
Setelah Ia mencapai kesempurnaan, maka bagi kita selain Yesus π membayar harga atau biaya agar orang percaya dapat mengikuti perlombaan ini Ia memberi teladan bagaimana kita bisa menang seperti Dia telah menang.
JBU
https://overcast.fm/+IqODtymBU
Harganya adalah Diri Tuhan Yesus sendiri. Harga yang tidak pernah dapat kita mengerti.
Ketika Yesus πmembayar hutang kita, itu berarti Diatelah memikul semua hukuman yang seharusnya kita tanggung.
Kita dibebaskan dari semua hukuman akibat dosa-dosa kita.
Tuhan Yesus membawa kita kepada Bapa π untuk menjadi anak-anak-Nya. Bapa tidak mungkin menolak kita, sebab Bapa mengasihi Putra Tunggal-Nya, dan tidak akan berkhianat kepada-Nya. Bapa menyambut kita sebagai anak-Nya dan sungguh-sungguh mengasihi kita.
Tetapi keadaan kita masih belum bisa bersekutu secara harmoni dengan Bapa π
Kita masih berkeadaan tidak layak menjadi anak Bapa.
Secara hukum Bapa pasti menerima kita sebagai anak-Nya, tetapi dalam kenyataan berkenaan dengan keadaan kita yang telah rusak, kita masih belum layak bagi-Nya.
Untuk itu Bapa harus mendidik kita, supaya kita terus menerus mengalami perubahan, agar kita π₯ menjadi umat dan anak yang layak bagi-Nya.
Sekarang, yang menjadi tanggung jawab kita adalah menerima didikan-Nya, agar kita menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang Tuhan Yesus katakan kepada kita, sebelum kembali ke tempat dari mana Ia berasal, bahwa kita harus menjadi murid-Nya.
Menjadi murid-Nya artinya belajar hidup seperti cara hidup yang telah dijalani-Nya.
Hal ini harus menjadi satu-satunya isi dan tujuan hidup kita.
Tidak boleh ada yang lebih menarik dalam hidup kita selain hal ini. Kita tentu tahu, Tuhan Yesus πberkata kepada kita bahwa kita harus melepaskan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid-Nya (Luk. 14:33).
Maksudnya, kalau kita bersedia meninggalkan keterikatan dengan segala hal di dunia ini, selain terikat dengan Allah Bapa dan Anak, barulah kita dapat diubah.
Untuk itu Bapa π menaruh Roh-Nya di dalam kita sebagai materai, maksudnya sebagai tanda bahwa kita milik Bapa dan harus mengikuti perlombaan yang wajib semua orang percaya ikuti. Perlombaan itu adalah berjuang untuk menjadi serupa dengan Yesus.
Dengan hal ini, kita berusaha untuk memiliki iman yang sempurna, artinya kita bisa menghormati Bapa π sebagai Bapa kita, seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Hal ini sama dengan berkeadaan sebagaimana mestinya seorang anak bagi Bapa di surga.
Ini adalah perlombaan satu-satunya yang paling terhormat dan agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Perlombaan ini telah diikuti oleh Adam manusia pertama, bagaimana seharusnya ia menjadi manusia yang menghormati Elohim Yahweh dengan menuruti segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Ternyata Adam gagal menjadi anak bagi Bapa, dan hal ini menyedihkan hati-Nya.
Kegagalan Adam adalah kegagalan semua manusia keturunannya.
Hanya satu cara untuk menyelamatkan manusia, Bapa mengutus Putra Tunggal-Nya.
Putra Tunggal-Nya menjadi manusia dan berhasil berkeadaan sebagai manusia yang layak sebagai Anak Bapa.
Hal itu menyenangkan hati Bapa.
Itulah sebabnya Bapa π menyatakan bahwa Bapa berkenan kepada Yesus.
Kita harus mengerti dan bersedia mengikuti perlombaan memiliki iman yang sempurna seperti Yesus, yaitu ketaatan dan penghormatan-Nya kepada Bapa π
Perjuangan dalam perlombaan itu telah dilakukan oleh Yesus.
Perlombaan itu dimaksudkan agar kita dapat dikembalikan menjadi manusia π₯ sesuai dengan rancangan Allah semula.
Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa oranag percaya harus mengikut Dia.
Mengikut Dia tidaklah cukup menjadi orang Kristen π₯ seperti yang dipahami dan dilakukan banyak orang Kristen saat ini.
Mengikut Dia berarti menjadi manusia yang memiliki pola hidup sama seperti kehidupan yang telah dijalani oleh Yesus. Kalau kita hanya menjadi orang Kristen, berarti belum mengikut Dia dengan benar.
Kita harus sungguh-sungguh memperhatikan hal ini, agar kita tidak sampai ditolak ketika mau masuk ke dalam Kerajaan Surga, sebab tidak melakukan kehendak Bapa
Hendaknya kita tidak berpikir bahwa sudah pergi ke gereja π dan mengaku Kristen berarti sudah menjadi anak Allah.
Manusia yang disebut sebagai anak Allah adalah orang yang memiliki kodrat seperti Diri Allah.
Kodrat seperti ini telah dibangun oleh Putra Tunggal Bapa pada waktu menjadi manusia. Yesus dilahirkan dengan keadaan melepaskan semua keberadaan-Nya sebagai Allah.
Dalam segala hal disamakan dengan manusia.
Kita harus memperhatikan, bagaimana Ia belajar taat dari apa yang diderita-Nya, sampai Ia mencapai kesempurnaan.
Setelah Ia mencapai kesempurnaan, maka bagi kita selain Yesus π membayar harga atau biaya agar orang percaya dapat mengikuti perlombaan ini Ia memberi teladan bagaimana kita bisa menang seperti Dia telah menang.
JBU
https://overcast.fm/+IqODtymBU
Selasa, 21 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “MELAYANI PERASAAN TUHAN” Pdt. DR. Erastus Sabdono 22 Agustus 2018
Menjadi umat pilihan merupakan hal yang sangat luar biasa, sebab kita diberi kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah.
Untuk itu seorang yang bersedia menjadi anak Allah harus berani hidup dalam ketidakwajaran. Selama ini banyak orang Kristen π₯ masih hidup dalam kewajaran, sehingga mereka tidak akan pernah menjadi anak Allah.
Dikatakan hidup dalam kewajaran jika hidup seseorang terfokus pada kehidupan hari ini.
Semua kegiatan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani, membesarkan anak untuk menjadi orang yang mandiri, memiliki keturunan untuk meneruskan kelangsungan generasi keluarga.
Sementara menjalani hidup, banyak kesenangan yang dapat dinikmati, dengan berpikir bahwa memang hidup untuk menikmati segala kesenangan tersebut. Kesenangan itu dapat diperoleh dari makan dan minum, menikmati seks, mengenakan pakaian dan perhiasan, menikmati kendaraan, wisata, menikmati kesenangan dari hobi-hobinya dan lain sebagainya yang berorientasi pada kehidupan di bumi πseperti manusia lain.
Pada umumnya, orang berusaha untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain dan terus menggeliat untuk mencapai keadaan yang melampaui mereka dan keadaan dirinya sekarang.
Keadaan ini membuat manusia terus haus dan lapar akan perkara-perkara dunia, bukan haus dan lapar akan kebenaran. Perkara-perkara dunia π dianggap penting, mulia, dan berharga.
Jika belum mencapai apa yang dianggap penting, mulia dan berharga tersebut, mereka belum merasa lengkap atau utuh. Dengan demikian perjalanan hidup manusia hanya diarahkan untuk perkara-perkara yang di bumi.
Supaya lebih lengkap, maka seseorang beragama atau ber-Tuhan.
Namun pada dasarnya bagi mereka, ber-Tuhan juga untuk menyelamatkan kehidupan di bumi ini dan berpengharapan nanti kalau mati masuk surga. Bagi orang-orang baik di dalam gereja π, mereka memiliki kegiatan pelayanan gerejani, seperti menjadi guru Sekolah Minggu, aktivis, bahkan ada yang menjadi pendeta.
Kegiatan gereja akan membuat jiwa terasa lebih tenang, sebab merasa sudah melayani Tuhan π Padahal melayani Tuhan adalah melayani perasaan-Nya, artinya hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
Kita adalah umat pilihan yang memiliki kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah.
Tetapi untuk menjadi anak-anak Allah, kita harus mengikuti perlombaan yang diwajibkan, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti yang telah dicapai oleh Yesus. Iman yang sempurna adalah kehidupan yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10).
Jika kita memperhatikan dengan teliti Ibrani 12:1-10, jelas sekali bahwa seseorang tidak akan pernah menjadi anak yang sah (Yun. huios), sehingga hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah, tanpa mengikuti perlombaan yang diwajibkan tersebut dan hidup dalam hajaran Bapa.
Bapa π menghajar dan mendidik kita melalui Roh Kudus.
Adalah sangat keliru kalau memahami hidup Kekristenan sebagai jalan yang mudah untuk masuk surga.
Kekristenan adalah jalan yang sukar dan mustahil untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan, yaitu menjadi anak-anak Allah yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Tetapi yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan.
Oleh sebab itu kalau kita mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, kita harus memfokuskan diri pada perlombaan yang diwajibkan dengan menanggalkan segala beban dan dosa.
Selama seseorang masih terikat dengan beban dosa, maka proses mengikuti perlombaan tidak dapat berlangsung dengan baik.
Ketika kita masuk ke dalam proses ini, maka segala sesuatu yang selama ini menurut pandangan kita indah dan berharga, akan menjadi tidak berarti sama sekali.
Segala sesuatu harus kita jadikan sarana demi tercapainya tujuan hidup kita ini, yaitu menjadi anak-anak Allah yang sah, yang hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah π
Dengan demikian apa yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan Tuhan. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang sangat indah. Hati kita akan melekat dengan Tuhan.
Kita semakin merindukan Tuhan, sehingga kematian menjadi momentum yang indah, karena kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus.
JBU
https://overcast.fm/+IqODFYyWU
Untuk itu seorang yang bersedia menjadi anak Allah harus berani hidup dalam ketidakwajaran. Selama ini banyak orang Kristen π₯ masih hidup dalam kewajaran, sehingga mereka tidak akan pernah menjadi anak Allah.
Dikatakan hidup dalam kewajaran jika hidup seseorang terfokus pada kehidupan hari ini.
Semua kegiatan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani, membesarkan anak untuk menjadi orang yang mandiri, memiliki keturunan untuk meneruskan kelangsungan generasi keluarga.
Sementara menjalani hidup, banyak kesenangan yang dapat dinikmati, dengan berpikir bahwa memang hidup untuk menikmati segala kesenangan tersebut. Kesenangan itu dapat diperoleh dari makan dan minum, menikmati seks, mengenakan pakaian dan perhiasan, menikmati kendaraan, wisata, menikmati kesenangan dari hobi-hobinya dan lain sebagainya yang berorientasi pada kehidupan di bumi πseperti manusia lain.
Pada umumnya, orang berusaha untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain dan terus menggeliat untuk mencapai keadaan yang melampaui mereka dan keadaan dirinya sekarang.
Keadaan ini membuat manusia terus haus dan lapar akan perkara-perkara dunia, bukan haus dan lapar akan kebenaran. Perkara-perkara dunia π dianggap penting, mulia, dan berharga.
Jika belum mencapai apa yang dianggap penting, mulia dan berharga tersebut, mereka belum merasa lengkap atau utuh. Dengan demikian perjalanan hidup manusia hanya diarahkan untuk perkara-perkara yang di bumi.
Supaya lebih lengkap, maka seseorang beragama atau ber-Tuhan.
Namun pada dasarnya bagi mereka, ber-Tuhan juga untuk menyelamatkan kehidupan di bumi ini dan berpengharapan nanti kalau mati masuk surga. Bagi orang-orang baik di dalam gereja π, mereka memiliki kegiatan pelayanan gerejani, seperti menjadi guru Sekolah Minggu, aktivis, bahkan ada yang menjadi pendeta.
Kegiatan gereja akan membuat jiwa terasa lebih tenang, sebab merasa sudah melayani Tuhan π Padahal melayani Tuhan adalah melayani perasaan-Nya, artinya hidup tidak bercacat dan tidak bercela.
Kita adalah umat pilihan yang memiliki kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah.
Tetapi untuk menjadi anak-anak Allah, kita harus mengikuti perlombaan yang diwajibkan, yaitu memiliki iman yang sempurna seperti yang telah dicapai oleh Yesus. Iman yang sempurna adalah kehidupan yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibr. 12:9-10).
Jika kita memperhatikan dengan teliti Ibrani 12:1-10, jelas sekali bahwa seseorang tidak akan pernah menjadi anak yang sah (Yun. huios), sehingga hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah, tanpa mengikuti perlombaan yang diwajibkan tersebut dan hidup dalam hajaran Bapa.
Bapa π menghajar dan mendidik kita melalui Roh Kudus.
Adalah sangat keliru kalau memahami hidup Kekristenan sebagai jalan yang mudah untuk masuk surga.
Kekristenan adalah jalan yang sukar dan mustahil untuk menjadi anggota keluarga Kerajaan, yaitu menjadi anak-anak Allah yang mengambil bagian dalam kekudusan Allah.
Tetapi yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Tuhan.
Oleh sebab itu kalau kita mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, kita harus memfokuskan diri pada perlombaan yang diwajibkan dengan menanggalkan segala beban dan dosa.
Selama seseorang masih terikat dengan beban dosa, maka proses mengikuti perlombaan tidak dapat berlangsung dengan baik.
Ketika kita masuk ke dalam proses ini, maka segala sesuatu yang selama ini menurut pandangan kita indah dan berharga, akan menjadi tidak berarti sama sekali.
Segala sesuatu harus kita jadikan sarana demi tercapainya tujuan hidup kita ini, yaitu menjadi anak-anak Allah yang sah, yang hidup dan mengambil bagian dalam kekudusan Allah π
Dengan demikian apa yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan Tuhan. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan yang sangat indah. Hati kita akan melekat dengan Tuhan.
Kita semakin merindukan Tuhan, sehingga kematian menjadi momentum yang indah, karena kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus.
JBU
https://overcast.fm/+IqODFYyWU
RH Truth Daily Enlightenment “MELEPASKAN SEMUA HAK” Pdt.DR. Erastus Sabdono 21 Agustus 2018
Kalau kita jujur, banyak di antara kita sudah terlalu lama terbiasa hidup dalam berbagai hasrat dan keinginan-keinginan sendiri.
Kita π₯ merasa memiliki hak untuk hidup sesuai dengan selera sendiri.
Hidup sesuai dengan selera sendiri artinya seseorang merasa bebas berbicara apa pun, membeli apa pun, pergi kemana pun, mempunyai apa pun, memilih teman dan jodoh siapa pun dan lain sebagainya.
Hal ini sering dianggap sebagai suatu kewajaran. Biasanya orang merasa berhak memiliki hidupnya sendiri sepenuhnya. Padahal seharusnya sebagai anak tebusan, semua hak kita telah diambil alih oleh Tuhan π (1Kor. 6:19-20).
Itu berarti kita tidak boleh lagi bebas melakukan apa pun.
Ini adalah konsekuensi sebagai umat tebusan. Orang yang memberi diri ditebus adalah orang yang merelakan semua haknya diambil.
Kalau kita memberi diri ditebus oleh Tuhan Yesus, maka kita harus rela dimiliki Tuhan πsepenuhnya. Itulah sebabnya Paulus mengatakan dalam tulisannya bahwa kita bukan milik kita sendiri, tetapi Tuhan yang memiliki hidup kita sepenuhnya.
Kita yang telah ditebus oleh darah Yesus harus menyadari dan menerima bahwa kita tidak berhak lagi memiliki kehendak dari diri sendiri, tetapi melakukan kehendak Tuhan.
Oleh sebab itu, orang percaya yang dewasa, yang mengerti hal ini tidak akan mudah mengatakan “aku berhak memiliki keinginan”, sebab hidupnya hanya untuk melakukan kehendak Allah π dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, bukan cita-citanya sendiri.
Memang logikanya dan fairnya kalau kita telah dimiliki Tuhan, maka kita tidak berhak memancangkan cita-cita dan kehendak kita sendiri. Inilah kehidupan yang diatur atau dikendalikan oleh Tuhan, kehendak Tuhanlah yang harus berkuasa secara penuh. Kita sebagai anak tebusan harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan Allah π secara penuh.
Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh.
Manusia π₯ memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan
Sebelum kita ada dalam situasi di mana segala keinginan harus dilepaskan, yaitu ketika ada di ujung maut, kita harus sudah belajar dengan rela dan sukacita melepaskan segala keinginan serta mengenakan prinsip: makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya.
Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus π ajarkan.
Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, gaya hidup inilah yang Tuhan kehendaki kita kenakan dalam kehidupan ini.
Tuhan Yesus sebagai teladan atau yang memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa.
Ciri kehidupan orang percaya yang benar adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan seperti yang dimiliki oleh anak-anak dunia.
Kalaupun ada keinginan memiliki sesuatu, maka motif dasarnya adalah karena hendak menggunakannya bagi kepentingan Tuhan π
Ini berbeda dengan orang-orang pada umumnya, mereka mengingini sesuatu atau mau mencapai sesuatu, pada dasarnya hanya untuk menambah nilai diri lebih dari orang lain, atau kebanggaan bagi diri sendiri.
Kebanggaan-kebanggaan inilah yang menjerat manusia menjadi gila hormat, sehingga menjadi anak Iblis.
Banyak orang Kristen merasa sudah menjadi anak Allah, tetapi kelakuannya tidak menunjukkan dirinya anak Allah.
Kalau keadaan ini tidak disadari maka, akhirnya ia tidak pernah mengenal dirinya dengan benar sampai masuk api kekal. Untuk ini gereja π harus berbicara lantang mengenai hal tersebut.
Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan π semata-mata.
Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, mestinya kita hanya mau melakukan kehendak-Nya.
Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan π akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Ia tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya. Harus dipahami bahwa Tuhan adalah Pribadi Yang Mahamurah, tetapi ia bukan Pribadi yang murahan.
Dengan kesediaan menanggalkan segala keinginan bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar, bahwa kita tidak pernah menjadi siapa-siapa, kita tetap manusia dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap.
Dalam hal ini, Tuhan π akan mengijinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi kita, baik berkat jasmani maupun berkat rohani.
Satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sisi yang lain kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang Tuhan berikan.
Kalau kita mau melakukan keinginan Tuhan πdasarnya bukan sekadar karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau membahagiakan hati Tuhan.
Tuhan sebenarnya bisa tidak membutuhkan kebahagiaan dari kita. Tuhan sudah bahagia, tetapi kalau kita boleh menyenangkan hati-Nya, ini adalah suatu anugerah dan kehormatan yang luar biasa.
JBU
https://overcast.fm/+IqODw-yEU
Kita π₯ merasa memiliki hak untuk hidup sesuai dengan selera sendiri.
Hidup sesuai dengan selera sendiri artinya seseorang merasa bebas berbicara apa pun, membeli apa pun, pergi kemana pun, mempunyai apa pun, memilih teman dan jodoh siapa pun dan lain sebagainya.
Hal ini sering dianggap sebagai suatu kewajaran. Biasanya orang merasa berhak memiliki hidupnya sendiri sepenuhnya. Padahal seharusnya sebagai anak tebusan, semua hak kita telah diambil alih oleh Tuhan π (1Kor. 6:19-20).
Itu berarti kita tidak boleh lagi bebas melakukan apa pun.
Ini adalah konsekuensi sebagai umat tebusan. Orang yang memberi diri ditebus adalah orang yang merelakan semua haknya diambil.
Kalau kita memberi diri ditebus oleh Tuhan Yesus, maka kita harus rela dimiliki Tuhan πsepenuhnya. Itulah sebabnya Paulus mengatakan dalam tulisannya bahwa kita bukan milik kita sendiri, tetapi Tuhan yang memiliki hidup kita sepenuhnya.
Kita yang telah ditebus oleh darah Yesus harus menyadari dan menerima bahwa kita tidak berhak lagi memiliki kehendak dari diri sendiri, tetapi melakukan kehendak Tuhan.
Oleh sebab itu, orang percaya yang dewasa, yang mengerti hal ini tidak akan mudah mengatakan “aku berhak memiliki keinginan”, sebab hidupnya hanya untuk melakukan kehendak Allah π dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, bukan cita-citanya sendiri.
Memang logikanya dan fairnya kalau kita telah dimiliki Tuhan, maka kita tidak berhak memancangkan cita-cita dan kehendak kita sendiri. Inilah kehidupan yang diatur atau dikendalikan oleh Tuhan, kehendak Tuhanlah yang harus berkuasa secara penuh. Kita sebagai anak tebusan harus memberi diri tunduk terhadap kedaulatan Allah π secara penuh.
Inilah kehidupan dalam ketaatan penuh.
Manusia π₯ memang dirancang untuk ini sejak manusia itu diciptakan
Sebelum kita ada dalam situasi di mana segala keinginan harus dilepaskan, yaitu ketika ada di ujung maut, kita harus sudah belajar dengan rela dan sukacita melepaskan segala keinginan serta mengenakan prinsip: makananku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaaan-Nya.
Inilah gaya hidup yang Tuhan Yesus π ajarkan.
Dan setiap orang percaya wajib hidup sama seperti Dia hidup.
Ketika kita menjadi orang percaya, gaya hidup inilah yang Tuhan kehendaki kita kenakan dalam kehidupan ini.
Tuhan Yesus sebagai teladan atau yang memulai dan kita meneladani atau mengikuti-Nya.
Dalam hal ini yang diikuti adalah kesediaan hidup dalam ketertundukan terhadap otoritas Bapa.
Ciri kehidupan orang percaya yang benar adalah tidak lagi memiliki keinginan-keinginan seperti yang dimiliki oleh anak-anak dunia.
Kalaupun ada keinginan memiliki sesuatu, maka motif dasarnya adalah karena hendak menggunakannya bagi kepentingan Tuhan π
Ini berbeda dengan orang-orang pada umumnya, mereka mengingini sesuatu atau mau mencapai sesuatu, pada dasarnya hanya untuk menambah nilai diri lebih dari orang lain, atau kebanggaan bagi diri sendiri.
Kebanggaan-kebanggaan inilah yang menjerat manusia menjadi gila hormat, sehingga menjadi anak Iblis.
Banyak orang Kristen merasa sudah menjadi anak Allah, tetapi kelakuannya tidak menunjukkan dirinya anak Allah.
Kalau keadaan ini tidak disadari maka, akhirnya ia tidak pernah mengenal dirinya dengan benar sampai masuk api kekal. Untuk ini gereja π harus berbicara lantang mengenai hal tersebut.
Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan, tetapi mengisi jiwa kita dengan keinginan Tuhan π semata-mata.
Ini akan membuka kesempatan di mana kehendak Tuhanlah yang menguasai kehidupan kita. Dalam hidup ini, mestinya kita hanya mau melakukan kehendak-Nya.
Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan π akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Ia tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya. Harus dipahami bahwa Tuhan adalah Pribadi Yang Mahamurah, tetapi ia bukan Pribadi yang murahan.
Dengan kesediaan menanggalkan segala keinginan bukan berarti kemanusiaan kita hilang. Kita tetap sadar, bahwa kita tidak pernah menjadi siapa-siapa, kita tetap manusia dengan segala unsur kemanusiaan yang tidak pernah lenyap.
Dalam hal ini, Tuhan π akan mengijinkan kita menikmati kesenangan-kesenangan sebagai manusia dengan berkat-berkat yang Tuhan sediakan bagi kita, baik berkat jasmani maupun berkat rohani.
Satu pihak kita melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan, sisi yang lain kita tetap menjadi manusia dengan menikmati segala kesenangan yang Tuhan berikan.
Kalau kita mau melakukan keinginan Tuhan πdasarnya bukan sekadar karena peraturan atau takut dihukum, tetapi karena kita mau membahagiakan hati Tuhan.
Tuhan sebenarnya bisa tidak membutuhkan kebahagiaan dari kita. Tuhan sudah bahagia, tetapi kalau kita boleh menyenangkan hati-Nya, ini adalah suatu anugerah dan kehormatan yang luar biasa.
JBU
https://overcast.fm/+IqODw-yEU
Minggu, 19 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “ALLAH TIDAK MENGAMBIL KEBEBASAN MANUSIA” Pdt. DR. Erastus Sabdono 20 Agustus 2018
Satu hal yang harus kita sadari bahwa tidak ada yang lebih berkuasa dalam hidup kita lebih dari diri kita sendiri.
Setan dan Tuhan pun tidak, sebab Tuhan π telah menyerahkan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan takdirnya sendiri.
Sebagai buktinya, kita dapat melihat kisah Adam dan Hawa, kisah Kain dan Habel dan banyak lagi di dalam Alkitab π yang menunjukkan bahwa manusia menentukan takdirnya sendiri.
Semua itu pada dasarnya menunjukkan kepada kita fakta adanya hukum tabur tuai.
Hukum tabur tuai adalah bahwa manusia menentukan nasib atau takdir serta keadaan dirinya sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Allah π memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk bertindak dan menentukan keadaan dirinya berdasarkan hukum dan keadilan Tuhan.
Jadi bagaimanapun, manusia tetap terikat dengan hukum dan keadilan Allah.
Manusia π₯ tidak dapat melepaskan diri dari realitas ini.
Manusia diperhadapkan kepada hukum dan keadilan Tuhan, yaitu berkat atas ketaatan atau kutuk atas pemberontakan.
Oleh sebab itu, kehidupan ini harus sungguh-sungguh dijalani dan disikapi dengan sikap hati-hati, tidak ceroboh.
Allah π tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin. Manusia diperhadapkan kepada pilihan-pilihan dalam jalan hidupnya. Apakah ia hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang mendatangkan berkat atau pemberontakan yang mendatangkan kutuk.
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa nasib manusia di tangan manusia itu sendiri. Kalimat bahwa nasib manusia di tangan manusia itu sendiri, harus dilihat dari perspektif manusia.
Bukan dari perspektif Allah.
Allah memiliki bagian yang pasti Allah penuhi, tetapi manusia juga memiliki bagian mutlak yang manusia harus memenuhinya.
Menjadi kehendak Allah π agar kita mengontrol kehendak diri, tubuh, jiwa dan roh kita sendiri dengan seksama. Penguasaan diri di mana seseorang mampu mengontrol dirinya sendiri dalam ketertundukan pada kehendak Allah, membuat dirinya dapat menjadi anak Allah yang berkenan di hadapan Bapa.
Hal ini bisa terjadi atau berlangsung dalam kehidupan kita, bukan karena Allah mengatur secara sepihak kehidupan kita sehingga menghilangkan kebebasan kita.
Manusia tidak pernah kehilangan kebebasan, sampai menyerahkan kebebasan itu kepada Tuhan π atau musuh-Nya. Manusia tidak pernah menjadi seperti robot yang diatur oleh remote control. Hal ini merupakan ketetapan dari kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak menentukan bagaimana nasib masing-masing individu, tetapi kedaulatan Allah π menetapkan bagaimana masing-masing individu menentukan nasibnya.
Manusia mengatur dirinya sendiri.
Kalau ia mau mengatur dirinya sesuai dengan kehendak Allah, maka terbangunlah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Jika tidak, maka tidak akan terjadi atau berlangsung demikian.
Manusia π₯ yang menentukannya sendiri. Kita juga dapat menentukan keadaan diri kita untuk hidup dalam perkenanan Tuhan.
Tentu semua ini bisa terjadi atau berlangsung dalam pimpinan Roh Kudus.
Pembiasaan diri menuruti kehendak Allah melalui penyangkalan diri terus menerus akan membuahkan kehidupan yang semakin serupa dengan Yesus.
Iblis menghendaki agar kita tidak menggunakan kebebasan dengan seksama.
Sebab ketika kita tidak menggunakan kehendak bebas dengan seksama, maka Iblis dapat lebih leluasa menguasai seseorang sampai pada tingkat penguasaan yang permanen.
Terkait dengan hal ini Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memberi kesempatan kepada Iblis (Ef.4:27). Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah topon, kata ini dapat diterjemahkan sebagai tempat berpijak atau pangkalan.
Pangkalan yang disediakan bagi Iblis dalam kehidupan seseorang akan membuat seseorang hidup dalam penguasaan sepenuhnya sampai tidak dapat melepaskan diri dari penjaranya.
Jaring-jaring Iblis yang menjerat manusia ini, dimulai dari hal-hal kecil dan sangat sederhana.
Bila hal tersebut dibiarkan maka akan menjadi belenggu yang tidak dapat diputuskan.
Oleh sebab itu bagaimanapun kita π₯harus setia dari perkara kecil, dan waspada terhadap setiap hal yang dapat membelenggu pikiran dan daging kita.
Terkait dengan hal ini, kita harus memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyerah kepada Allah.
Menyerah kepada Allah π bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya, menjadi aktif mengenal Tuhan dan mencari kehendak-Nya untuk dilakukan.
Dalam penyerahan diri tersebut kita harus aktif mengontrol seluruh kehidupan kita π₯
Di sini Roh Kudus akan menolong kita menghasilkan buah roh, yaitu pengendalian diri atau selfcontrol.
Dari pengendalian diri ini seseorang tidak dapat dikuasai oleh kuasa kegelapan, tetapi menyerahkan kehendaknya kepada Roh Kudus untuk dipimpin agar hidup dalam kebenaran dan kesucian Tuhan.
JBU
https://overcast.fm/+IqOC92Cic
Setan dan Tuhan pun tidak, sebab Tuhan π telah menyerahkan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan takdirnya sendiri.
Sebagai buktinya, kita dapat melihat kisah Adam dan Hawa, kisah Kain dan Habel dan banyak lagi di dalam Alkitab π yang menunjukkan bahwa manusia menentukan takdirnya sendiri.
Semua itu pada dasarnya menunjukkan kepada kita fakta adanya hukum tabur tuai.
Hukum tabur tuai adalah bahwa manusia menentukan nasib atau takdir serta keadaan dirinya sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Allah π memberikan kemerdekaan kepada manusia untuk bertindak dan menentukan keadaan dirinya berdasarkan hukum dan keadilan Tuhan.
Jadi bagaimanapun, manusia tetap terikat dengan hukum dan keadilan Allah.
Manusia π₯ tidak dapat melepaskan diri dari realitas ini.
Manusia diperhadapkan kepada hukum dan keadilan Tuhan, yaitu berkat atas ketaatan atau kutuk atas pemberontakan.
Oleh sebab itu, kehidupan ini harus sungguh-sungguh dijalani dan disikapi dengan sikap hati-hati, tidak ceroboh.
Allah π tidak pernah mengambil alih kebebasan manusia, sebab Allahlah yang menciptakan kebebasan itu dan Allah menghendaki agar manusia menggunakannya semaksimal mungkin. Manusia diperhadapkan kepada pilihan-pilihan dalam jalan hidupnya. Apakah ia hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang mendatangkan berkat atau pemberontakan yang mendatangkan kutuk.
Dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwa nasib manusia di tangan manusia itu sendiri. Kalimat bahwa nasib manusia di tangan manusia itu sendiri, harus dilihat dari perspektif manusia.
Bukan dari perspektif Allah.
Allah memiliki bagian yang pasti Allah penuhi, tetapi manusia juga memiliki bagian mutlak yang manusia harus memenuhinya.
Menjadi kehendak Allah π agar kita mengontrol kehendak diri, tubuh, jiwa dan roh kita sendiri dengan seksama. Penguasaan diri di mana seseorang mampu mengontrol dirinya sendiri dalam ketertundukan pada kehendak Allah, membuat dirinya dapat menjadi anak Allah yang berkenan di hadapan Bapa.
Hal ini bisa terjadi atau berlangsung dalam kehidupan kita, bukan karena Allah mengatur secara sepihak kehidupan kita sehingga menghilangkan kebebasan kita.
Manusia tidak pernah kehilangan kebebasan, sampai menyerahkan kebebasan itu kepada Tuhan π atau musuh-Nya. Manusia tidak pernah menjadi seperti robot yang diatur oleh remote control. Hal ini merupakan ketetapan dari kedaulatan Allah.
Kedaulatan Allah tidak menentukan bagaimana nasib masing-masing individu, tetapi kedaulatan Allah π menetapkan bagaimana masing-masing individu menentukan nasibnya.
Manusia mengatur dirinya sendiri.
Kalau ia mau mengatur dirinya sesuai dengan kehendak Allah, maka terbangunlah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Jika tidak, maka tidak akan terjadi atau berlangsung demikian.
Manusia π₯ yang menentukannya sendiri. Kita juga dapat menentukan keadaan diri kita untuk hidup dalam perkenanan Tuhan.
Tentu semua ini bisa terjadi atau berlangsung dalam pimpinan Roh Kudus.
Pembiasaan diri menuruti kehendak Allah melalui penyangkalan diri terus menerus akan membuahkan kehidupan yang semakin serupa dengan Yesus.
Iblis menghendaki agar kita tidak menggunakan kebebasan dengan seksama.
Sebab ketika kita tidak menggunakan kehendak bebas dengan seksama, maka Iblis dapat lebih leluasa menguasai seseorang sampai pada tingkat penguasaan yang permanen.
Terkait dengan hal ini Paulus menasihati orang percaya untuk tidak memberi kesempatan kepada Iblis (Ef.4:27). Kata “kesempatan” dalam teks aslinya adalah topon, kata ini dapat diterjemahkan sebagai tempat berpijak atau pangkalan.
Pangkalan yang disediakan bagi Iblis dalam kehidupan seseorang akan membuat seseorang hidup dalam penguasaan sepenuhnya sampai tidak dapat melepaskan diri dari penjaranya.
Jaring-jaring Iblis yang menjerat manusia ini, dimulai dari hal-hal kecil dan sangat sederhana.
Bila hal tersebut dibiarkan maka akan menjadi belenggu yang tidak dapat diputuskan.
Oleh sebab itu bagaimanapun kita π₯harus setia dari perkara kecil, dan waspada terhadap setiap hal yang dapat membelenggu pikiran dan daging kita.
Terkait dengan hal ini, kita harus memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyerah kepada Allah.
Menyerah kepada Allah π bukan berarti menjadi pasif, tetapi sebaliknya, menjadi aktif mengenal Tuhan dan mencari kehendak-Nya untuk dilakukan.
Dalam penyerahan diri tersebut kita harus aktif mengontrol seluruh kehidupan kita π₯
Di sini Roh Kudus akan menolong kita menghasilkan buah roh, yaitu pengendalian diri atau selfcontrol.
Dari pengendalian diri ini seseorang tidak dapat dikuasai oleh kuasa kegelapan, tetapi menyerahkan kehendaknya kepada Roh Kudus untuk dipimpin agar hidup dalam kebenaran dan kesucian Tuhan.
JBU
https://overcast.fm/+IqOC92Cic
RH Truth Daily Enlightenment “BAHAYA KENYAMANAN HIDUP” Pdt. DR. Erastus Sabdono 19 Agustus 2018
Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa Iblis hanya membuat manusia susah, menderita dan mengalami berbagai bencana.
Mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya Iblis juga mengupayakan kesejahteraan manusia π₯di bumi ini agar manusia dapat melupakan Allah dan tidak membutuhkan dunia lain.
Kuasa dunia ini juga akan membuat hidup manusia menjadi nyaman, senyaman-nyamannya sampai mereka melupakan Tuhan π dan rencana-Nya. Hal ini terbukti dengan apa yang terjadi dalam pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus.
Iblis menawarkan keindahan dunia π ini.
Iblis berkata kepada Tuhan Yesus bahwa segala kuasa dunia dan segala kemuliaannya akan diberikan kepada Yesus, kalau Yesus mau menyembah Iblis (Mat. 4:8-10).
Menyembah artinya menundukkan diri dengan menghargai keindahan dunia tersebut.
Pencobaan itu pada dasarnya merupakan bujukan Iblis dengan menjanjikan keadaan nyaman di dunia π hari ini, yaitu usaha untuk menikmati dunia hari ini tanpa Tuhan.
Harus selalu diingat bahwa kenyamanan hidup juga membuat seseorang tidak memerlukan siapa-siapa, bahkan Tuhan sendiri.
Kenyamanan hidup dapat menciptakan suasana jiwa di mana seseorang tidak merasa membutuhkan Tuhan.
Sikap hati seperti itu akan membangun bangunan percintaan dunia π di dalam diri kita.
Ini adalah keadaan yang benar-benar membahayakan dan sungguh-sungguh gawat yang harus disadari.
Tuhan memperingatkan agar kita menjaga diri dari hal tersebut.
Dalam peringatan-Nya, Tuhan Yesus π menasihati agar kita menjaga diri agar hati kita tidak dipenuhi oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.
Hal itu dimaksudkan agar hari Tuhan tidak dengan tiba-tiba jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat(Luk. 21:34).
Jerat di sini mirip dengan ikatan candu yang bila seseorang sudah terbiasa mengkonsumsi, sukarlah untuk melepaskannya. Percintaan dunia π inilah yang sama artinya dengan tipu daya kekayaan, yang merupakan candu yang membinasakan.
Oleh sebab itu sangatlah benar kalau dikatakan bahwa orang yang terikat dengan dunia ini π sama dengan menyembah Iblis.
Kita harus selalu mengingat bahwa kenyamanan dalam hidup di dunia yang didasarkan pada kekayaan dan hiburan dunia membuat seseorang tidak melayani Tuhan, tetapi melayani diri sendiri.
Inilah ciri dari orang yang sedang terjerat oleh tipu daya kekayaan. Mereka yang terjerat ini pasti tidak dapat mencintai sesamanya secara proporsional atau sebagaimana mestinya. Tentu saja mereka tidak mengupayakan keselamatan jiwa orang lain dengan segenap hati. Orang-orang ini seperti pemuda kaya yang dikemukakan dalam Injil, di mana ia tidak mau melepaskan miliknya bagi sesamanya yang miskin.
Dengan memahami hal ini bukan berarti kita harus memberikan semua uang kita untuk orang miskin atau sibuk kegiatan gereja semata-mata, tetapi yang penting di sini adalah apakah kita bersedia memecahkan diri seperti anggur yang tercurah atau roti yang terpecah bagi keselamatan orang lain? Kalau hanya membagi uang atau harta kita untuk orang lain, banyak manusia juga dapat melakukannya. Tetapi membagi segenap hidup untuk Kerajaan Allah π adalah hal yang berbeda.
Ini hal yang sangat sulit. Alkitab π menunjukkan bahwa sekalipun seseorang memberikan seluruh harta, tetapi tanpa kasih adalah sia-sia (1Kor. 13:13). Kasih artinya tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan seperti yang ada pada Yesus, yaitu yang rela mengosongkan Diri, hidup hanya untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Prinsip-Nya adalah serigala memiliki liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat.8:20).
Intinya adalah hidup di bumi ini tidak dijadikan Firdaus.
Inilah perbedaan antara keselamatan dari Tuhan dan keselamatan dari Iblis. Keselamatan dari Iblis bersifat hari ini dan sementara, tetapi keselamatan dari Tuhan π tidak terfokus hari ini, tetapi kehidupan yang akan datang.
Keselamatan dari Iblis bersifat kesenangan lahiriah kedagingan, tetapi keselamatan dari Tuhan tidak terfokus kepada makan dan minum, melainkan kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Bertalian dengan hal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa damai sejahtera ditinggalkan oleh Tuhan bagi kita.
Menjadi murid Tuhan π harus belajar menikmati damai sejahtera ini, sampai jiwa kita terbiasa dengan damai sejahtera tersebut.
Dalam hal ini kita dapat membuktikan bahwa berlimpahnya materi bukanlah jaminan bahwa seseorang diberkati Tuhan, sebab Iblis pun bisa melimpahi manusia dengan berkat jasmani. Dengan hal ini, kita tidak terkecoh oleh ajaran palsu manusia di dalam gereja yang tidak mengenal kebenaran.
JBU.
Mereka tidak tahu bahwa sesungguhnya Iblis juga mengupayakan kesejahteraan manusia π₯di bumi ini agar manusia dapat melupakan Allah dan tidak membutuhkan dunia lain.
Kuasa dunia ini juga akan membuat hidup manusia menjadi nyaman, senyaman-nyamannya sampai mereka melupakan Tuhan π dan rencana-Nya. Hal ini terbukti dengan apa yang terjadi dalam pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus.
Iblis menawarkan keindahan dunia π ini.
Iblis berkata kepada Tuhan Yesus bahwa segala kuasa dunia dan segala kemuliaannya akan diberikan kepada Yesus, kalau Yesus mau menyembah Iblis (Mat. 4:8-10).
Menyembah artinya menundukkan diri dengan menghargai keindahan dunia tersebut.
Pencobaan itu pada dasarnya merupakan bujukan Iblis dengan menjanjikan keadaan nyaman di dunia π hari ini, yaitu usaha untuk menikmati dunia hari ini tanpa Tuhan.
Harus selalu diingat bahwa kenyamanan hidup juga membuat seseorang tidak memerlukan siapa-siapa, bahkan Tuhan sendiri.
Kenyamanan hidup dapat menciptakan suasana jiwa di mana seseorang tidak merasa membutuhkan Tuhan.
Sikap hati seperti itu akan membangun bangunan percintaan dunia π di dalam diri kita.
Ini adalah keadaan yang benar-benar membahayakan dan sungguh-sungguh gawat yang harus disadari.
Tuhan memperingatkan agar kita menjaga diri dari hal tersebut.
Dalam peringatan-Nya, Tuhan Yesus π menasihati agar kita menjaga diri agar hati kita tidak dipenuhi oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi.
Hal itu dimaksudkan agar hari Tuhan tidak dengan tiba-tiba jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat(Luk. 21:34).
Jerat di sini mirip dengan ikatan candu yang bila seseorang sudah terbiasa mengkonsumsi, sukarlah untuk melepaskannya. Percintaan dunia π inilah yang sama artinya dengan tipu daya kekayaan, yang merupakan candu yang membinasakan.
Oleh sebab itu sangatlah benar kalau dikatakan bahwa orang yang terikat dengan dunia ini π sama dengan menyembah Iblis.
Kita harus selalu mengingat bahwa kenyamanan dalam hidup di dunia yang didasarkan pada kekayaan dan hiburan dunia membuat seseorang tidak melayani Tuhan, tetapi melayani diri sendiri.
Inilah ciri dari orang yang sedang terjerat oleh tipu daya kekayaan. Mereka yang terjerat ini pasti tidak dapat mencintai sesamanya secara proporsional atau sebagaimana mestinya. Tentu saja mereka tidak mengupayakan keselamatan jiwa orang lain dengan segenap hati. Orang-orang ini seperti pemuda kaya yang dikemukakan dalam Injil, di mana ia tidak mau melepaskan miliknya bagi sesamanya yang miskin.
Dengan memahami hal ini bukan berarti kita harus memberikan semua uang kita untuk orang miskin atau sibuk kegiatan gereja semata-mata, tetapi yang penting di sini adalah apakah kita bersedia memecahkan diri seperti anggur yang tercurah atau roti yang terpecah bagi keselamatan orang lain? Kalau hanya membagi uang atau harta kita untuk orang lain, banyak manusia juga dapat melakukannya. Tetapi membagi segenap hidup untuk Kerajaan Allah π adalah hal yang berbeda.
Ini hal yang sangat sulit. Alkitab π menunjukkan bahwa sekalipun seseorang memberikan seluruh harta, tetapi tanpa kasih adalah sia-sia (1Kor. 13:13). Kasih artinya tindakan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan seperti yang ada pada Yesus, yaitu yang rela mengosongkan Diri, hidup hanya untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Prinsip-Nya adalah serigala memiliki liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat.8:20).
Intinya adalah hidup di bumi ini tidak dijadikan Firdaus.
Inilah perbedaan antara keselamatan dari Tuhan dan keselamatan dari Iblis. Keselamatan dari Iblis bersifat hari ini dan sementara, tetapi keselamatan dari Tuhan π tidak terfokus hari ini, tetapi kehidupan yang akan datang.
Keselamatan dari Iblis bersifat kesenangan lahiriah kedagingan, tetapi keselamatan dari Tuhan tidak terfokus kepada makan dan minum, melainkan kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Bertalian dengan hal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa damai sejahtera ditinggalkan oleh Tuhan bagi kita.
Menjadi murid Tuhan π harus belajar menikmati damai sejahtera ini, sampai jiwa kita terbiasa dengan damai sejahtera tersebut.
Dalam hal ini kita dapat membuktikan bahwa berlimpahnya materi bukanlah jaminan bahwa seseorang diberkati Tuhan, sebab Iblis pun bisa melimpahi manusia dengan berkat jasmani. Dengan hal ini, kita tidak terkecoh oleh ajaran palsu manusia di dalam gereja yang tidak mengenal kebenaran.
JBU.
Jumat, 17 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “PERHENTIAN YANG SEJATI” Pdt. DR. Erastus Sabdono 18 Agustus 2018
Satu hal yang penting yang harus kita renungkan adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketenangan itu.
Anggapan orang pada umumnya mengenai ketenangan adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat merasakan suasana tenang dan damai dalam jiwanya karena keadaan yang tidak bermasalah, tidak ada ancaman dan semua kebutuhan terpenuhi.
Bila kita memahami ketenangan demikian, maka kita tidak pernah memiliki ketenangan dalam hidup ini. Ketenangan dalam hidup semacam itu sudah hampir tidak pernah dapat ditemukan lagi di dunia πhari ini.
Sesungguhnya ketenangan sejati dapat kita miliki dan rasakan tatkala kita sampai pada perhentian Tuhan.
Perhentian itu bukan membuat kita berhenti bekerja, tetapi berhenti bekerja untuk diri kita sendiri.
Kita berhenti dari cita-cita kita sendiri, selanjutnya berusaha mengerti kehendak Tuhan, serta berusaha melakukannya secara konsekuen dan konsisten.
Itulah perhentian yang sejati.
Kalau seseorang hanya berhenti bekerja dari pekerjaan sekuler, kemudian menjadi pendeta atau aktif dalam ruangan biara, bisa saja ia menemukan perhentiannya sendiri, tapi belum tentu perhentian di dalam Tuhan. Menemukan perhentian di dalam Tuhan π terjadi ketika seseorang diajar oleh Tuhan Yesus mengenakan pola hidup-Nya.
Pola hidup Tuhan Yesus adalah mengosongkan diri, hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa
Selama kita belum mengosongkan diri, perhentian di dalam Tuhan belum pernah kita temukan.
Tuhan Yesus π menjadi Tuan dan Majikan kita, artinya kita harus meneladani pola hidup-Nya. Inilah sebenarnya tujuan Kekristenan itu.
Merupakan suatu perhentian kalau kita menerima kenyataan, bahwa kita sebagai makhluk ciptaan dan anak tebusan tidak lagi merasa berhak memiliki sesuatu.
Kita juga harus memahami bahwa kita tidak akan pernah dapat memiliki sesuatu tanpa pemberian atau anugerah-Nya di Kerajaan-Nya.
Semua yang kita miliki hari ini di bumi π ini bukanlah milik kita, tetapi semuanya adalah milik Tuhan.
Harta kita sendiri di surga. Bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai milik kalau hanya dapat dinikmati sesaat.
Dengan menghayati hal ini, kita dapat merasa tenang tanpa materi dunia π dan kita merasa tetap tenang di dalam keadaan ancaman sebesar apa pun. Kehidupan seperti ini dapat terwujud kalau seseorang hidup dalam pemerintahan Allah.
Oleh sebab itu di singkatnya umur hidup manusia, seharusnya seseorang bergumul terus untuk menempatkan dirinya sebagai hamba yang melayani Tuhan dalam pemerintahan-Nya.
Bukan satu hal yang mudah untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan. Untuk hidup dalam pemerintahan-Nya, maka seseorang harus:
• Belajar menuruti Firman-Nya
• Memiliki kepekaan mendengar suara-Nya
• Menemukan tempat di mana seharusnya ia mengabdi kepada Tuhan.
Orang percaya harus menjadi manusia yang hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Pemerintahan Tuhan artinya seseorang tidak melakukan apa yang melanggar kesucian Tuhan dan tidak bisa dibahagiakan oleh dunia π ini, tetapi hanya dapat dibahagiakan oleh suasana Kerajaan Surga, yaitu damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.
Ketika seseorang hidup dalam pemerintahan Tuhan, maka ia memperoleh perhentian. Dalam di perhentian ini, seseorang memperoleh ketenangan yang sejati (Mat .11:28-29).
Hidup dalam pemerintahan Allah yang tidak kelihatan di balik fakta yang kelihatan dan segala fenomenanya yang dijalani manusia pada umumnya, akan menjadikan hidup orang percaya digerakkan oleh kesadaran bahwa ada Allah yang hidup menentukan segala perkara di dalam tatanan-Nya. Ini berarti bahwa Tuhanlah yang menaungi segala sesuatu dalam tatanan atau hukum-Nya dengan sangat tertib.
Kesadaran ini akan nyata dalam sikap hidup kita yang selalu merendahkan diri di hadapan-Nya untuk bergantung dan berharap sepenuhnya dalam segala sesuatu dari pada-Nya. Orang-orang yang bersikap seperti ini akan mencari Tuhan π dengan sungguh-sungguh.
Baginya, kehidupan ini tidak lengkap tanpa Tuhan. Segala kesanggupan, kemampuan, dan kecakapan tidak artinya tanpa Tuhan yang menaungi kita.
Kehidupan bersama dengan Tuhan seperti ini merupakan suatu keindahan yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain.
Dan kehidupan bersama dengan Tuhan π ini akan terus berlanjut sampai kekekalan.
Dengan demikian orang yang telah menikmati perhentian di dalam Tuhan di bumi ini, pasti akan mengalami dan memiliki perhentian di kekekalan, di rumah Bapa.
Orang yang tidak berjalan dengan Tuhan π di bumi, dan tidak mengalami perhentian dengan Tuhan, tidak akan pernah masuk Kerajaan Surga. Dengan demikian, apakah seseorang akan masuk surga atau tidak sudah sangat kelihatan warna dan kualitas hidupnya sejak di bumi sekarang ini. Oleh sebab itu kita harus mengoreksi diri kita dengan jujur, kita ada di bagian mana?
JBU
Anggapan orang pada umumnya mengenai ketenangan adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat merasakan suasana tenang dan damai dalam jiwanya karena keadaan yang tidak bermasalah, tidak ada ancaman dan semua kebutuhan terpenuhi.
Bila kita memahami ketenangan demikian, maka kita tidak pernah memiliki ketenangan dalam hidup ini. Ketenangan dalam hidup semacam itu sudah hampir tidak pernah dapat ditemukan lagi di dunia πhari ini.
Sesungguhnya ketenangan sejati dapat kita miliki dan rasakan tatkala kita sampai pada perhentian Tuhan.
Perhentian itu bukan membuat kita berhenti bekerja, tetapi berhenti bekerja untuk diri kita sendiri.
Kita berhenti dari cita-cita kita sendiri, selanjutnya berusaha mengerti kehendak Tuhan, serta berusaha melakukannya secara konsekuen dan konsisten.
Itulah perhentian yang sejati.
Kalau seseorang hanya berhenti bekerja dari pekerjaan sekuler, kemudian menjadi pendeta atau aktif dalam ruangan biara, bisa saja ia menemukan perhentiannya sendiri, tapi belum tentu perhentian di dalam Tuhan. Menemukan perhentian di dalam Tuhan π terjadi ketika seseorang diajar oleh Tuhan Yesus mengenakan pola hidup-Nya.
Pola hidup Tuhan Yesus adalah mengosongkan diri, hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa
Selama kita belum mengosongkan diri, perhentian di dalam Tuhan belum pernah kita temukan.
Tuhan Yesus π menjadi Tuan dan Majikan kita, artinya kita harus meneladani pola hidup-Nya. Inilah sebenarnya tujuan Kekristenan itu.
Merupakan suatu perhentian kalau kita menerima kenyataan, bahwa kita sebagai makhluk ciptaan dan anak tebusan tidak lagi merasa berhak memiliki sesuatu.
Kita juga harus memahami bahwa kita tidak akan pernah dapat memiliki sesuatu tanpa pemberian atau anugerah-Nya di Kerajaan-Nya.
Semua yang kita miliki hari ini di bumi π ini bukanlah milik kita, tetapi semuanya adalah milik Tuhan.
Harta kita sendiri di surga. Bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai milik kalau hanya dapat dinikmati sesaat.
Dengan menghayati hal ini, kita dapat merasa tenang tanpa materi dunia π dan kita merasa tetap tenang di dalam keadaan ancaman sebesar apa pun. Kehidupan seperti ini dapat terwujud kalau seseorang hidup dalam pemerintahan Allah.
Oleh sebab itu di singkatnya umur hidup manusia, seharusnya seseorang bergumul terus untuk menempatkan dirinya sebagai hamba yang melayani Tuhan dalam pemerintahan-Nya.
Bukan satu hal yang mudah untuk hidup dalam pemerintahan Tuhan. Untuk hidup dalam pemerintahan-Nya, maka seseorang harus:
• Belajar menuruti Firman-Nya
• Memiliki kepekaan mendengar suara-Nya
• Menemukan tempat di mana seharusnya ia mengabdi kepada Tuhan.
Orang percaya harus menjadi manusia yang hidup dalam pemerintahan Tuhan.
Pemerintahan Tuhan artinya seseorang tidak melakukan apa yang melanggar kesucian Tuhan dan tidak bisa dibahagiakan oleh dunia π ini, tetapi hanya dapat dibahagiakan oleh suasana Kerajaan Surga, yaitu damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.
Ketika seseorang hidup dalam pemerintahan Tuhan, maka ia memperoleh perhentian. Dalam di perhentian ini, seseorang memperoleh ketenangan yang sejati (Mat .11:28-29).
Hidup dalam pemerintahan Allah yang tidak kelihatan di balik fakta yang kelihatan dan segala fenomenanya yang dijalani manusia pada umumnya, akan menjadikan hidup orang percaya digerakkan oleh kesadaran bahwa ada Allah yang hidup menentukan segala perkara di dalam tatanan-Nya. Ini berarti bahwa Tuhanlah yang menaungi segala sesuatu dalam tatanan atau hukum-Nya dengan sangat tertib.
Kesadaran ini akan nyata dalam sikap hidup kita yang selalu merendahkan diri di hadapan-Nya untuk bergantung dan berharap sepenuhnya dalam segala sesuatu dari pada-Nya. Orang-orang yang bersikap seperti ini akan mencari Tuhan π dengan sungguh-sungguh.
Baginya, kehidupan ini tidak lengkap tanpa Tuhan. Segala kesanggupan, kemampuan, dan kecakapan tidak artinya tanpa Tuhan yang menaungi kita.
Kehidupan bersama dengan Tuhan seperti ini merupakan suatu keindahan yang tidak bisa dijelaskan kepada orang lain.
Dan kehidupan bersama dengan Tuhan π ini akan terus berlanjut sampai kekekalan.
Dengan demikian orang yang telah menikmati perhentian di dalam Tuhan di bumi ini, pasti akan mengalami dan memiliki perhentian di kekekalan, di rumah Bapa.
Orang yang tidak berjalan dengan Tuhan π di bumi, dan tidak mengalami perhentian dengan Tuhan, tidak akan pernah masuk Kerajaan Surga. Dengan demikian, apakah seseorang akan masuk surga atau tidak sudah sangat kelihatan warna dan kualitas hidupnya sejak di bumi sekarang ini. Oleh sebab itu kita harus mengoreksi diri kita dengan jujur, kita ada di bagian mana?
JBU
Kamis, 16 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment “WAKTU MENJADI ANUGERAH ATAU KUTUK” Pdt. DR. Erastus Sabdono 17 Agustusp 2018
Sebuah fakta dalam kehidupan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa untuk menjadi dewasa dan sempurna seperti yang dikehendaki oleh Tuhan π membutuhkan waktu.
Dalam hal ini tidak ada mukjizat, artinya tidak ada cara ajaib yang mudah oleh kuasa di luar diri kita untuk mengalami perubahan menjadi dewasa tersebut.
Dalam hal ini Tuhan tidak membuat keajaiban semacam sulapan untuk mengubah kita menjadi dewasa.
Perubahan harus melalui sebuah proses bertahap yang ketat oleh perjuangan masing-masing kita dalam meresponi penggarapan Tuhan π melalui Roh-Nya.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menunggu Tuhan, sebab sebenarnya kitalah yang sedang ditunggu oleh Tuhan.
Kita yang harus aktif mencari Tuhan.
Tuhan π sedang menyediakan Diri untuk ditemukan.
Hanya orang yang mencari Tuhan, artinya haus dan lapar akan kebenaran, yang akan menemukan Dia sebagaimana mestinya atau dipuaskan oleh Tuhan
Orang yang merasa tidak atau kurang membutuhkan Tuhan π adalah orang-orang yang tidak mendapat bagian apa-apa dari Tuhan.
Tanpa perjalanan waktu, seseorang tidak akan dapat sempurna. Mengingat hal ini, maka betapa berharganya waktu yang Tuhan π berikan.
Hal ini akan sangat dihayati ketika seseorang menjumpai kenyataan dan sadar sepenuhnya bahwa waktu yang diberikan Tuhan telah habis dan ia tidak dapat memutar balik atau membuat mundur waktu hidupnya.
Keadaan itu sangat mengerikan.
Hal ini akan dialami pada waktu seseorang ada di pembaringan terakhirnya, sebelum ajal menjemput, sementara ia belum mencari Tuhan π dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada kata yang dapat melukiskan keadaan yang sangat mengerikan tersebut.
Suatu hukum kehidupan yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dengan perjalanan waktu.
Manusia sadar atau tidak, ada dalam perjalanan waktu.
Manusia π₯ harus tunduk kepadanya, sebab tidak seorangpun di antara kita yang sanggup menghentikan perjalanan waktu ini.
Kenyataan ini harus kita camkan dengan seksama dan sungguh-sungguh.
Kita tidak boleh masa bodoh, sebab ketidakpedulian kita akan mendatangkan celaka dan malapetaka abadi dalam hidup ini.
Waktu menjadi anugerah bagi orang yang mengisi waktu hidupnya secara bijaksana, sebaliknya, waktu menjadi kutuk bagi orang yang mengisi hari-hari hidupnya dengan tidak bijaksana.
Firman Tuhan πmengatakan agar kita memperhatikan dengan seksama bagaimana kita harus hidup.
Kita harus menjadi bijaksana, artinya menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Orang yang bijaksana adalah orang yang menghitung hari hidupnya (Mzm. 90:12).
Menghitung di sini artinya menghargai waktu yang diberikan oleh Tuhan, sebab waktu yang diberikan Tuhan πterbatas dan sangat singkat.
Oleh sebab itu, perlu sekali kita memeriksa hidup apakah hidup kita sudah benar atau bijaksana. Orang-orang bijaksana adalah mereka yang mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya secara pribadi dan melakukan kehendak-Nya dengan sukacita serta rela.
Di dalam waktu hidup ini terdapat kesempatan, kesempatan ini bisa kita ibaratkan sebagai kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran Allah.
Firman Tuhan π mengatakan agar kita mempergunakan waktu yang ada.
Di sini waktu ibarat kendaraan yang dimanfaatkan.
Dimanfaatkan di sini lebih tepat digunakan kata diarahkan ke tujuan yang benar.
Sebab waktu tetap berjalan, tidak ada yang dapat menghentikannya. Semua orang terseret oleh waktu itu.
Karenanya sementara kita terseret oleh waktu, hidup kita π₯ di dalam waktu ini diarahkan ke tujuan yang benar.
Harus selalu diingat bahwa waktu hidup kita ini sangat singkat, artinya kendaraan yang membawa kita kepada kebenarabn ini terbatas waktu penggunaannya.
Oleh sebab itu waktu yang sisa ini jangan kita gunakan untuk hal-hal yang Tuhan π tidak kehendaki, tetapi kita gunakan secara bijaksana.
Keterlibatan Tuhan secara penuh sebagai Pembimbing, Mentor dan Guru Agung harus kita sambut dengan benar. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebab itu adalah anugerah. Kita harus masuk kepada urusan Tuhan π yang sedang berusaha mengubah kita. Kita tidak boleh masuk kepada urusan kita sendiri.
Urusan sendiri membawa kepada kebinasaan, tetapi urusan Tuhan membawa kepada kemuliaan.
Urusan diri sendiri biasanya menyangkut keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki secara harta dunia π, kehormatan, pangkat dan gelar serta segala fasilitas dunia ini.
Orang-orang seperti ini, tidak bisa melayani Tuhan. Ia hanya melayani diri sendiri.
Kalau ia menjadi aktivis gereja, apalagi menjadi pendeta, maka ia pasti menggunakan pelayanan untuk kepentingan pribadi.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA7pJKA
Dalam hal ini tidak ada mukjizat, artinya tidak ada cara ajaib yang mudah oleh kuasa di luar diri kita untuk mengalami perubahan menjadi dewasa tersebut.
Dalam hal ini Tuhan tidak membuat keajaiban semacam sulapan untuk mengubah kita menjadi dewasa.
Perubahan harus melalui sebuah proses bertahap yang ketat oleh perjuangan masing-masing kita dalam meresponi penggarapan Tuhan π melalui Roh-Nya.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menunggu Tuhan, sebab sebenarnya kitalah yang sedang ditunggu oleh Tuhan.
Kita yang harus aktif mencari Tuhan.
Tuhan π sedang menyediakan Diri untuk ditemukan.
Hanya orang yang mencari Tuhan, artinya haus dan lapar akan kebenaran, yang akan menemukan Dia sebagaimana mestinya atau dipuaskan oleh Tuhan
Orang yang merasa tidak atau kurang membutuhkan Tuhan π adalah orang-orang yang tidak mendapat bagian apa-apa dari Tuhan.
Tanpa perjalanan waktu, seseorang tidak akan dapat sempurna. Mengingat hal ini, maka betapa berharganya waktu yang Tuhan π berikan.
Hal ini akan sangat dihayati ketika seseorang menjumpai kenyataan dan sadar sepenuhnya bahwa waktu yang diberikan Tuhan telah habis dan ia tidak dapat memutar balik atau membuat mundur waktu hidupnya.
Keadaan itu sangat mengerikan.
Hal ini akan dialami pada waktu seseorang ada di pembaringan terakhirnya, sebelum ajal menjemput, sementara ia belum mencari Tuhan π dengan sungguh-sungguh.
Tidak ada kata yang dapat melukiskan keadaan yang sangat mengerikan tersebut.
Suatu hukum kehidupan yang tidak dapat kita sangkal adalah bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dengan perjalanan waktu.
Manusia sadar atau tidak, ada dalam perjalanan waktu.
Manusia π₯ harus tunduk kepadanya, sebab tidak seorangpun di antara kita yang sanggup menghentikan perjalanan waktu ini.
Kenyataan ini harus kita camkan dengan seksama dan sungguh-sungguh.
Kita tidak boleh masa bodoh, sebab ketidakpedulian kita akan mendatangkan celaka dan malapetaka abadi dalam hidup ini.
Waktu menjadi anugerah bagi orang yang mengisi waktu hidupnya secara bijaksana, sebaliknya, waktu menjadi kutuk bagi orang yang mengisi hari-hari hidupnya dengan tidak bijaksana.
Firman Tuhan πmengatakan agar kita memperhatikan dengan seksama bagaimana kita harus hidup.
Kita harus menjadi bijaksana, artinya menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Orang yang bijaksana adalah orang yang menghitung hari hidupnya (Mzm. 90:12).
Menghitung di sini artinya menghargai waktu yang diberikan oleh Tuhan, sebab waktu yang diberikan Tuhan πterbatas dan sangat singkat.
Oleh sebab itu, perlu sekali kita memeriksa hidup apakah hidup kita sudah benar atau bijaksana. Orang-orang bijaksana adalah mereka yang mengerti kehendak Tuhan dalam hidupnya secara pribadi dan melakukan kehendak-Nya dengan sukacita serta rela.
Di dalam waktu hidup ini terdapat kesempatan, kesempatan ini bisa kita ibaratkan sebagai kendaraan yang membawa kita kepada kebenaran Allah.
Firman Tuhan π mengatakan agar kita mempergunakan waktu yang ada.
Di sini waktu ibarat kendaraan yang dimanfaatkan.
Dimanfaatkan di sini lebih tepat digunakan kata diarahkan ke tujuan yang benar.
Sebab waktu tetap berjalan, tidak ada yang dapat menghentikannya. Semua orang terseret oleh waktu itu.
Karenanya sementara kita terseret oleh waktu, hidup kita π₯ di dalam waktu ini diarahkan ke tujuan yang benar.
Harus selalu diingat bahwa waktu hidup kita ini sangat singkat, artinya kendaraan yang membawa kita kepada kebenarabn ini terbatas waktu penggunaannya.
Oleh sebab itu waktu yang sisa ini jangan kita gunakan untuk hal-hal yang Tuhan π tidak kehendaki, tetapi kita gunakan secara bijaksana.
Keterlibatan Tuhan secara penuh sebagai Pembimbing, Mentor dan Guru Agung harus kita sambut dengan benar. Kehadiran Tuhan dalam hidup kita harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebab itu adalah anugerah. Kita harus masuk kepada urusan Tuhan π yang sedang berusaha mengubah kita. Kita tidak boleh masuk kepada urusan kita sendiri.
Urusan sendiri membawa kepada kebinasaan, tetapi urusan Tuhan membawa kepada kemuliaan.
Urusan diri sendiri biasanya menyangkut keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki secara harta dunia π, kehormatan, pangkat dan gelar serta segala fasilitas dunia ini.
Orang-orang seperti ini, tidak bisa melayani Tuhan. Ia hanya melayani diri sendiri.
Kalau ia menjadi aktivis gereja, apalagi menjadi pendeta, maka ia pasti menggunakan pelayanan untuk kepentingan pribadi.
JBU
https://overcast.fm/+IqOA7pJKA
Rabu, 15 Agustus 2018
RH Truth Daily Enlightenment "KEHILANGAN NYAWA" Pdt. DR. Erastus Sabdono Rabu 15 agustus 2018
Satu hal yang tersulit dalam kehidupan Kristen adalah meninggalkan dunia, yang sama dengan kehilangan nyawa. Namun demikian, hal ini harus terjadi atau berlangsung dalam hidup kita. Kita tidak boleh menghindarkannya. Menghindari hal ini berarti berkhianat kepada Tuhan Yesus. Meninggalkan dunia bukan berarti tidak lagi bergaul di tengah-tengah masyarakat. Bukan berarti tidak melakukan kegiatan apa pun demi menarik diri dari semua kegiatan hidup. Meninggalkan dunia artinya meninggalkan cara berpikir, gaya dan pola hidup dunia yang dikenakan semua manusia di sekitar kita. Ini hal yang sulit, sebab sementara kita hidup di tengah-tengah dunia yang semua manusia memiliki cara berpikir, pola dan gaya hidup tertentu, kita harus mengenakan cara berpikir, pola dan gaya hidup yang berbeda dari mereka.
Kalau menyingkir dari keramaian, menyepi di tempat-tempat di mana tidak ada manusia lain, maka hal ini menjadi sangat jauh lebih mudah. Hal ini sama dengan puasa di tengah-tengah banyak makanan. Jauh lebih mudah puasa di padang pasir di mana tidak ada makanan dan minuman. Tetapi justru inilah ujian iman kita. Tidak bisa dikatakan ujian kalau jalan hidup sebagai orang Kristen mudah ditempuh.
Kalau menyingkir dari keramaian, menyepi di tempat-tempat di mana tidak ada manusia lain, maka hal ini menjadi sangat jauh lebih mudah. Hal ini sama dengan puasa di tengah-tengah banyak makanan. Jauh lebih mudah puasa di padang pasir di mana tidak ada makanan dan minuman. Tetapi justru inilah ujian iman kita. Tidak bisa dikatakan ujian kalau jalan hidup sebagai orang Kristen mudah ditempuh.
Dalam suratnya, Yakobus menulis: Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun(Yak. 1:1-2). Iman seorang harus diuji. Iman di sini artinya penurutan terhadap kehendak Allah. Orang percaya diuji apakah lebih taat kepada Allah atau lebih memilih mengikuti cara hidup manusia di sekitar yang sama dengan menyenangkan diri sendiri.
Apa yang dikatakan Yakobus seirama dengan yang ditulis Petrus: Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu(1Ptr. 1:6-9). Tujuan iman adalah kehidupan yang serupa dengan Tuhan Yesus. Ini berarti berkeadaan yang sangat berbeda dengan dunia ini. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam doa-Nya kepada Bapa. Tuhan Yesus tidak meminta Bapa mengambil orang percaya dari dunia ini, tetapi melindungi mereka dari yang jahat (Yoh. 17:15). Untuk ini Firman Tuhan menguduskan orang percaya (Yoh. 17:17); menguduskan berarti membuat mereka berbeda dengan dunia ini.
Orang-orang Kristen abad pertama harus mengalami aniaya yang hebat. Hal itu merupakan cara Allah membawa mereka untuk dapat dalam waktu singkat menjadi orang percaya yang meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya, selanjutnya hidup sesuai dengan kehendak Allah. Aniaya tersebut membangun kehidupan yang berbeda dengan dunia ini. Allah mengizinkan begitu berat aniaya yang mereka alami agar mereka lebih cepat menjadi matang atau dewasa. Hal ini juga dialami oleh orang percaya dewasa ini. Keadaan dunia yang semakin mengancam ketenangan hidup kita hari-hari ini bisa menjadi sarana Allah lebih cepat membuat kita matang. Sementara itu di lain pihak dunia yang semakin jahat membuat matang kejahatan mereka yang mengikuti jalan dunia. Dalam keadaan dunia seperti ini, tetaplah setia mengikuti Tuhan Yesus, bukan mengikuti jalan dunia.
Jadi, ketika Tuhan Yesus berkata kepada seseorang “ikutlah Aku”, berarti kita berhenti dari cara berpikir, gaya dan pola hidup yang selama ini kita kenakan. Belajar mengenakan cara berpikir, gaya dan pola hidup yang pernah dijalani-Nya dua ribu tahun yang lalu. Ini berarti kita harus berani meninggalkan segala kesenangan dunia. Meninggalkan kesenangan dunia sama dengan kehilangan nyawa. Harus diingat bahwa orang yang kehilangan nyawa akan memperolehnya, artinya kita akan menikmati kesenangan surgawi kalau kita kehilangan kesenangan dunia hari ini. Orang yang tidak mau kehilangan kesenangan dunia hari ini, jangan berharap dapat menikmati kesenangan di dalam Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Ketika seseorang berani menanggalkan segala kesenangan dunia, maka barulah ia bisa menikmati damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus secara penuh. Inilah yang membuat seseorang semakin lebih mudah meninggalkan dunia dan menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan.
RH Truth Daily Enlightenment “KEADAAN BATINIAH SEPERTI YESUS” Pdt. DR. Erastus Sabdono 16 Agustus 2018
Kalau kita bisa menghayati dan merenungkan betapa luas jagad raya dengan semua planet dan gugusan-gugusan galaksi yang tidak terhitung jumlahnya, maka kita dapat mengerti betapa tidak berartinya bumi di mana kita hidup hari ini. Sejajar dengan tidak terbatasnya luasnya kawasan jagad raya ini, demikian pula kekekalan.
Seharusnya kita dapat merenungkan hal ini sebagai kedahsyatan bagi kita.
Sayang sekali, banyak orang sudah terbelenggu oleh keindahan dunia πdari cara pandang yang salah.
Sehingga mereka menjadi picik.
Cara berpikirnya sempit. Jangkauan pemikiran mereka hanya pada apa yang ada di sekitarnya hari ini dan dirinya sendiri.
Cara berpikir yang sempit itu membuat mereka mengagungkan harta dunia dan kehormatan diri sendiri.
Malangnya, mereka tidak menyadari keadaan mereka.
Mereka merasa sudah hidup sebagai orang Kristen yang baik, merasa sudah menjadi orang percaya π₯ yang benar. Mereka bisa berbicara mengenai ketuhanan dan iman, dan merasa sudah memahaminya dengan baik, padahal mereka adalah orang-orang bodoh yang tindakan hidupnya tidak menyenangkan hati Tuhan.
Harta dunia π dan kehormatan adalah sarana Iblis untuk membuat mereka menyembahnya. Mereka menganggap itu hal yang wajar; dunia dan kehormatan diri dinikmati, dimiliki dan dibanggakan sama seperti mereka yang bukan anak-anak Allah.
Mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa yang dapat menyenangkan hati Bapa π hanyalah pribadi yang berstandar kesucian seperti Yesus, sehingga Bapa dapat menyatakan bahwa pribadi seperti Putra-Nya itulah anak-anak Allah Bapa yang dikasihi dan yang berkenan kepada-Nya.
Seharusnya dalam kehidupan di bumi π yang tidak lama ini, orang percaya hanya untuk menyenangkan hati Bapa dengan sungguh-sungguh. Sehingga orang percaya memandang bahwa tidak ada yang bernilai mulia dalam hidup orang percaya selain harta kekal, yaitu keadaan batiniah seperti Tuhan Yesus.
Dengan demikian semua harta dunia dan kehormatan manusia tidak menjadi tujuan hidup kita.
Harta dunia dan kehormatan telah membutakan mata banyak orang Kristen π₯
Sehingga mereka tidak mengenal siapa diri mereka.
Mereka memandang diri mereka tidak seperti Tuhan memandang mereka. Karena mereka tidak mempersoalkan hal ini dengan rendah hati, maka Roh Kudus tidak bisa mengajarkannya kepada mereka.
Mereka tidak bisa diajar dan diberi tahu mengenai kebenaran.
Apalagi kalau mereka merasa dirinya sudah pintar, bisa berbicara mengenai ajaran-ajaran dan doktrin Alkitab, mereka semakin tidak bisa diajar dan dinasihati oleh Roh Kudus.
Mereka sudah mempunyai banyak guru. Mereka tidak berurusan dengan Bapa π dan Tuhan Yesus, tetapi berurusan dengan pikiran mereka sendiri dan guru-guru manusia mereka.
Mereka tidak mengerti kalau mereka sebenarnya belum mengerti. Harta dunia dan kehormatan diri telah membutakan mata mereka dan membuat mereka menjadi angkuh.
Kalau keadaan mereka yang berpikir picik tersebut tidak berubah, berlarut-larut dalam kebodohan, maka apa pun yang diajarkan oleh Roh Kudus tidak bisa mereka pahami lagi sama sekali.
Hal ini akan nyata dari perilaku mereka yang semakin sulit mengenakan Pribadi seperti yang dikenakan Tuhan Yesus π pada waktu mengenakan tubuh daging di bumi. Mereka bisa membela diri atas semua yang mereka lakukan dan berbagai argumentasi mereka, tetapi suatu hari mereka akan tercelik bahwa semua itu hanya permainan palsu manusia yang picik.
Harta dunia dan kehormatan manusia sebenarnya tidak ada artinya jika dibanding dengan keindahan Kerajaan yang Bapa berikan kepada Putra-Nya dan orang-orang yang setia seperti Dia (Mat. 16:26). Oleh sebab itu, Tuhan nasihati orang percaya yang masih memiliki nurani dan masih memiliki kerendahan hati yang tulus, agar tidak merasa sudah pandai, sudah baik dan pantas dihormati manusia.
Kita harus selalu berpikir bahwa kita miskin di hadapan Allah π
Miskin di hadapan Allah artinya menyadari dan mengakui bahwa kita bisa menjangkau Bapa hanya oleh karena korban Yesus, dan kita harus selalu merasa bahwa keadaan kita belum seperti yang Dia kehendaki.
Kita harus belajar terus dari Roh Kudus, untuk dengar-dengaran kepada Bapa π sepanjang waktu kita.
Tidak ada isi dan arti hidup ini selain berusaha untuk dapat mengenakan pribadi seperti Yesus. Hendaknya kita tidak merasa bangga atas harta dunia, dan kehormatan diri yang kita miliki dari manusia.
Seharusnya kebanggaan kita hanyalah kemuliaan bersama Tuhan Yesus Kristus, kehormatan, kemuliaan dan pujian dari pada Bapa suatu hari nanti.
JBU
https://overcast.fm/+IqOClpet0
Seharusnya kita dapat merenungkan hal ini sebagai kedahsyatan bagi kita.
Sayang sekali, banyak orang sudah terbelenggu oleh keindahan dunia πdari cara pandang yang salah.
Sehingga mereka menjadi picik.
Cara berpikirnya sempit. Jangkauan pemikiran mereka hanya pada apa yang ada di sekitarnya hari ini dan dirinya sendiri.
Cara berpikir yang sempit itu membuat mereka mengagungkan harta dunia dan kehormatan diri sendiri.
Malangnya, mereka tidak menyadari keadaan mereka.
Mereka merasa sudah hidup sebagai orang Kristen yang baik, merasa sudah menjadi orang percaya π₯ yang benar. Mereka bisa berbicara mengenai ketuhanan dan iman, dan merasa sudah memahaminya dengan baik, padahal mereka adalah orang-orang bodoh yang tindakan hidupnya tidak menyenangkan hati Tuhan.
Harta dunia π dan kehormatan adalah sarana Iblis untuk membuat mereka menyembahnya. Mereka menganggap itu hal yang wajar; dunia dan kehormatan diri dinikmati, dimiliki dan dibanggakan sama seperti mereka yang bukan anak-anak Allah.
Mereka tidak mengerti atau tidak mau mengerti bahwa yang dapat menyenangkan hati Bapa π hanyalah pribadi yang berstandar kesucian seperti Yesus, sehingga Bapa dapat menyatakan bahwa pribadi seperti Putra-Nya itulah anak-anak Allah Bapa yang dikasihi dan yang berkenan kepada-Nya.
Seharusnya dalam kehidupan di bumi π yang tidak lama ini, orang percaya hanya untuk menyenangkan hati Bapa dengan sungguh-sungguh. Sehingga orang percaya memandang bahwa tidak ada yang bernilai mulia dalam hidup orang percaya selain harta kekal, yaitu keadaan batiniah seperti Tuhan Yesus.
Dengan demikian semua harta dunia dan kehormatan manusia tidak menjadi tujuan hidup kita.
Harta dunia dan kehormatan telah membutakan mata banyak orang Kristen π₯
Sehingga mereka tidak mengenal siapa diri mereka.
Mereka memandang diri mereka tidak seperti Tuhan memandang mereka. Karena mereka tidak mempersoalkan hal ini dengan rendah hati, maka Roh Kudus tidak bisa mengajarkannya kepada mereka.
Mereka tidak bisa diajar dan diberi tahu mengenai kebenaran.
Apalagi kalau mereka merasa dirinya sudah pintar, bisa berbicara mengenai ajaran-ajaran dan doktrin Alkitab, mereka semakin tidak bisa diajar dan dinasihati oleh Roh Kudus.
Mereka sudah mempunyai banyak guru. Mereka tidak berurusan dengan Bapa π dan Tuhan Yesus, tetapi berurusan dengan pikiran mereka sendiri dan guru-guru manusia mereka.
Mereka tidak mengerti kalau mereka sebenarnya belum mengerti. Harta dunia dan kehormatan diri telah membutakan mata mereka dan membuat mereka menjadi angkuh.
Kalau keadaan mereka yang berpikir picik tersebut tidak berubah, berlarut-larut dalam kebodohan, maka apa pun yang diajarkan oleh Roh Kudus tidak bisa mereka pahami lagi sama sekali.
Hal ini akan nyata dari perilaku mereka yang semakin sulit mengenakan Pribadi seperti yang dikenakan Tuhan Yesus π pada waktu mengenakan tubuh daging di bumi. Mereka bisa membela diri atas semua yang mereka lakukan dan berbagai argumentasi mereka, tetapi suatu hari mereka akan tercelik bahwa semua itu hanya permainan palsu manusia yang picik.
Harta dunia dan kehormatan manusia sebenarnya tidak ada artinya jika dibanding dengan keindahan Kerajaan yang Bapa berikan kepada Putra-Nya dan orang-orang yang setia seperti Dia (Mat. 16:26). Oleh sebab itu, Tuhan nasihati orang percaya yang masih memiliki nurani dan masih memiliki kerendahan hati yang tulus, agar tidak merasa sudah pandai, sudah baik dan pantas dihormati manusia.
Kita harus selalu berpikir bahwa kita miskin di hadapan Allah π
Miskin di hadapan Allah artinya menyadari dan mengakui bahwa kita bisa menjangkau Bapa hanya oleh karena korban Yesus, dan kita harus selalu merasa bahwa keadaan kita belum seperti yang Dia kehendaki.
Kita harus belajar terus dari Roh Kudus, untuk dengar-dengaran kepada Bapa π sepanjang waktu kita.
Tidak ada isi dan arti hidup ini selain berusaha untuk dapat mengenakan pribadi seperti Yesus. Hendaknya kita tidak merasa bangga atas harta dunia, dan kehormatan diri yang kita miliki dari manusia.
Seharusnya kebanggaan kita hanyalah kemuliaan bersama Tuhan Yesus Kristus, kehormatan, kemuliaan dan pujian dari pada Bapa suatu hari nanti.
JBU
https://overcast.fm/+IqOClpet0
Langganan:
Postingan (Atom)