Minggu, 16 September 2018

RH Truth Daily Enlightenment “PENUNDUKKAN DIRI YANG BENAR” Pdt. DR. Erastus Sabdono  16 September 2018

Harus dipahami dengan benar, di zaman Perjanjian Baru, menundukkan diri kepada hukum Allah bukan berarti sudah menundukkan diri kepada Allah sendiri.
Umat pilihan dikehendaki untuk menundukkan diri kepada Allah 💗 secara benar,
yaitu tunduk kepada apapun yang dikehendaki oleh Allah.

Hal ini bisa terjadi kalau seseorang mengalami perubahan kodrat, dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi.
Paulus, seperti banyak orang saleh lain, merindukan hidup dalam kesucian standar Allah dan ingin selalu menyenangkan hati Allah.
Itulah sebabnya ia ingin segera menanggalkan tubuh yang membelenggu dirinya, sebab belenggu itu bukan hanya membuat dirinya tidak nyaman, tetapi Allah pun juga bisa dibuat tidak nyaman karena kesalahan-kesalahan yang bisa terjadi selama mengenakan tubuh jasmani.

Paulus menyebut tubuhnya adalah tubuh maut, artinya tubuh yang bisa mati. Seakan-akan Paulus hendak mengatakan, jangan karena tubuh yang akan mati ini, dirinya dibawa ke neraka kekal. Itulah sebabnya, ia berkata bahwa lebih baik kalau ia menanggalkan tubuh fananya dan menetap dengan Tuhan 💗 sebab ia merasa tertekan dengan tubuh fana yang dikenakan.

Kalau menetap dengan Tuhan, maka tidak ada tekanan lagi atau bisa juga berarti supaya tidak tergoda berbuat kesalahan lagi (2Kor. 5:2-4).
Kata “celaka” dalam Roma 7:24 dari teks aslinya adalah talaiporos (Ταλαίπωρος), yang berarti miserable, wretched (sengsara, celaka).Kata talaiporos juga berarti bekerja keras.

Paulus menyatakan bahwa ia mengalami suatu tekanan.
Ia tidak menganggap hal itu sepele atau hal bisa.
Sebab hal ini menyangkut keberkenanan di hadapan Tuhan. Itulah sebab ia berusaha, baik diam di dalam tubuh, maupun diam di luarnya, supaya dirinya berkenan kepada Tuhan.

Dari pernyataan Paulus ini -walaupun berat dalam tekanan, tetapi ia tidak berhenti berusaha.
Bahkan sekalipun ia sudah keluar dari tubuhnya, ia akan terus berusaha untuk tetap berkenan di hadapan Tuhan 💗
Jadi dasarnya berkenan bukan karena terpaksa. Sekalipun ia ada di luar tubuhnya, artinya tidak ada tekanan lagi seperti ketika mengenakan tubuh fana, ia tetap berusaha untuk berkenan kepada Allah.

Dari keadaan tertekan, kemudian Paulus bersyukur kepada Allah oleh Yesus Kristus (Rm. 7:25). Apa maksudnya ini? Apa yang disyukuri? Tentu ayat berikutnya yang menjadi dasar atau alasan Paulus bersyukur, yaitu: Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa (Rm. 7:26).

Kalau dibaca sekilas ayat ini mengesankan bahwa Paulus hidup dalam dua area, yaitu area akal budi untuk melayani hukum Allah dan di area lain melayani hukum dosa. Ini mengesankan keadaan Paulus malah bertambah buruk.
Untuk ini kita harus membedah ayat ini dengan sangat hati-hati, teliti dan cerdas, agar kita menemukan maksud Paulus menulis kalimat ini sebagai kesaksian hidupnya.
Kata “melayani” dalam teks aslinya adalah douleuo (δουλεύω), yang artinya diperbudak atau dibelenggu atau diperhamba.

Kata “akal budi” terjemahan aslinya adalah nous atau pikiran.
Paulus berusaha untuk mengikat atau membelenggu atau memperbudak pikirannya dengan hukum kesucian Allah (seperti yang dijelaskan di atas); sementara itu ia juga sadar bahwa ia masih ada dalam daging yang memiliki godaan melawan kehendak Allah 💗
Dalam teks bahasa aslinya, kata “memperbudak” ditujukan kepada pikirannya untuk tunduk kepada kesucian Allah.

Oleh karenanya hanya ada satu kata douleuo di kalimat predikatnya (Αρα οὖν αὐτὸς ἐγὼ τῷ μὲν νοῒδουλεύω νόμῳ θεοῦ τῇ δὲ σαρκὶ νόμῳἁμαρτίας)
Paulus menundukkan pikirannya kepada hukum Allah (hukum kesucian Allah), tetapi tidak dikatakan bahwa Paulus sengaja memperbudak diri kepada hukum dosa atau mengikatkan diri kepada kodrat dosa di dalam dirinya.
 Supaya tidak salah mengerti ayat ini mestinya mestinya diterjemahkan: Pikiranku kutundukkan kepada hukum kesucian atau kehendak Allah, sementara aku masih tinggal dalam tubuh yang ada dalam kodrat dosa.

Dalam logika sederhana saja sangat jelas bahwa sangatlah tidak mungkin Paulus yang menasihati berulang-ulang untuk hidup dalam pimpinan Roh, dirinya sendiri tunduk kepada hukum dosa.
Dari tulisan Paulus ini didapati pelajaran mahal, bahwa Allah 💗 tidak mencabut dengan mudah kodrat dosa di dalam diri kita.

Allah masih membiarkan ada di dalam tubuh kita. Kita 👥 sendiri yang harus mengalahkan.
 Hal ini bisa terjadi kalau kita menundukkan pikiran kita kepada kehendak Allah.
Itulah sebabnya dalam Roma 12:2, Paulus menasihati orang percaya untuk selalu melakukan pembaharuan pikiran. Terkait dengan hal ini dalam 2 Korintus 10:4

Paulus menyatakan : karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
Kuasa yang dimaksud adalah kebenaran Firman, sedangkan benteng-benteng adalah pikiran yang bukan berasal dari Allah.

Orang percaya 👥 dipanggil untuk berjuang menaklukkan dirinya
dan mempersembahkannya kepada Tuhan.
Paulus beryukur kepada Tuhan Yesus, sebab oleh fasilitas keselamatan yang disediakan, ia mampu mencapai kesucian Allah dengan menaklukkan diri kepada Tuhan untuk melakukan kehendak Bapa yang diwakili Roh Kudus. Itulah yang dimaksud kemenangan yang sejati. Seperti Tuhan Yesus sudah menang, maka kita juga bisa menang.
Dengan demikian kemenangan diukur dari apakah seseorang benar-benar mengalami perubahan kodrat dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi atau belum.

JBU

https://overcast.fm/+IqOCmKLiQ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar