Paulus dengan jujur menyaksikan pengalaman hidupnya sebagai seorang yang beragama secara saleh: Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.
Pernyataan Paulus ini menunjukkan bahwa kodrat dosa di dalam dirinyalah sebagai penyebab, mengapa ia berbuat apa yang tidak dikehendakinya.
Itulah sebabnya di dalam kesaksiannya di Roma 7:17, ia mengatakan: Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
Kalimat “bukan aku lagi yang memperbuatnya”, berarti bukan Paulus yang bermaksud memiliki keadaan diri demikian itu, tetapi dosa yang ada di dalam dirinya.
Dari pernyataan Paulus ini nampak frustasinya Paulus menghadapi keadaan dirinya sendiri tersebut.
Kalimat “ada di dalam aku” dalam teks asli bahasa Yunani adalah oikeo (οἰκέω) (Rm. 7:15).
Kata oikeo ini berhubungan dengan kata oikos yang artinya rumah atau tempat tinggal. Jadi kalimat “ada di dalam aku” maksudnya menetap atau tinggal di dalam dirinya seperti penghuni sebuah rumah.
Dari tulisannya ini, Paulus hendak menunjukkan bahwa:
Di dalam diri manusia ada 👥 penghuni yang membangun keberadaannya,
atau yang menggerakkan seseorang berbuat segala sesuatu.
Penghuni tersebut yang menentukan perilaku seseorang.
Itulah kodrat seseorang. Kalimat berikutnya sukar dipahami ketika Paulus mengatakan : Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik (Rm. 7:16).
Kata perbuat dalam teks aslinya di ayat ini bukan katergazomai (κατεργάζομαι) seperti di ayat 15 dan 17, tetapi poieo (ποιέω) yang lebih menunjuk kepada suatu tindakan yang membuat dampak.
Dalam konteks ini, bedanya poieo dengan katergazomai adalah kalau poieo menunjuk satu perbuatan yang menghasilkan suatu dampak, sedangkan katergazomai lebih menunjuk akumulasi tindakan yang utuh yang membangun suatu bentuk. Kata katergazomai juga bisa berarti menyelesaikan atau mencapai.
Kata “kehendaki” dalam teks aslinya adalah thelo (θέλω) yang juga berarti “yang diharapkan atau yang dimaksudkan”.
Terkait dengan hal di atas ini Paulus mengatakan: Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku (Rm. 7:22-23).
Paulus menyatakan bahwa ia menyukai hukum Allah. Dengan demikian Roma 7:22 sebenarnya dari teks aslinya kalimat tersebut lebih tepat diterjemahkan: Aku menyukai hukum Allah yang ada di dalam batin atau ke dalaman hati manusia.
Dengan hal tersebut, maka apa yang dikemukakan di atas benar adanya, bahwa yang dipersoalkan bukanlah hukum secara umum, tetapi kebenaran dalam batin.
Hal ini menyangkut kesucian Allah, yaitu apa yang berkenan di hadapan-Nya. Jadi, kalau dalam 2 Korintus 5:9-10, Paulus menyatakan bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah 💗 Inilah ukuran keberkenanan tersebut, yaitu kesucian Allah atau apa yang sesuai dengan selera Allah. Kalau hanya mengenai hukum Allah yang tertulis di atas kertas, Paulus menyatakan diri tidak bercacat.
Hukum Allah di dalam batin manusia sebagai lawannya adalah “hukum lain” di dalam anggota tubuh. Dalam Roma 7:23 tertulis: …tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
Apa yang dimaksud dengan “hukum lain” di dalam anggota tubuh di sini? Harus dicatat di sini, bahwa kata tubuh dalam arti daging tidak ada dalam teks ini.
Kalau ada, maka ada kata sarkikos (σαρκικός), tetapi yang ada dalam Roma 7:22 adalah kata melos (μέλος). Kata melos memang juga bisa bertalian dengan sarkikos, tetapi juga bisa berarti atau menunjuk suatu gairah yang bertentangan dengan kehendak Allah yang kudus di dalam diri seseorang, bisa dalam daging dan jiwa.
Hal ini akibat dari pengalaman hidup masa lalu yang telah menggores dan membangun karakter.
Sebelum Paulus bertobat dan mengenal kebenaran Injil, ia tidak memiliki pergumulan ini.
Ia menyaksikan bahwa ia tidak bercela dalam melakukan hukum Taurat.
Paulus merasa bahwa dirinya adalah umat Allah yang benar, sehingga yang menjadi fokus hidupnya adalah membela agamanya dengan mendatangkan kesukaran bagi orang Kristen 👥 pada waktu itu.
Paulus tidak perlu merasa menggumuli masalah batin, sebab ia merasa sudah tidak bercela.
Fokusnya diarahkan bagaimana menganiaya orang Kristen dan memunahkan ajaran yang dipandangnya sesat. Setelah mengenal Injil, mata hatinya terbuka melihat standar kesucian Allah yang luar biasa.
JBU
https://overcast.fm/+IqOD0yLDg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar