Tuhan Yesus menebus manusia supaya menjadi umat pilihan-Nya yang meninggalkan cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang mereka (1Ptr. 1:18-19). Cara hidup nenek moyang adalah cara hidup yang tidak sesuai dengan cara hidup bangsawan surgawi. Dalam tulisannya, Petrus menegaskan agar orang percaya “menyiapkan akal budi” (1Ptr.1:13). Menyiapkan berasal dari kata gird up (Yun. Anazonnumi;ἀναζώννυμι), artinya bersiap-siap untuk bertindak atau menggunakan akal budi dengan seksama. Tentu ada relasi antara menyiapkan akal budi di 1Petrus 1:13 dengan cara hidup nenek moyang yang harus ditinggalkan di ayat 18. Dari hal ini dapatlah diperoleh kesimpulan bahwa langkah meninggalkan cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang adalah menggunakan pikiran untuk mengenali kebenaran. Dengan mengenali kebenaran inilah seseorang dapat meninggalkan cara hidup orang yang tidak mengenal Tuhan.
Dalam dialog antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Yahudi, Ia berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”(Yoh.8:31-32). Jalan memperoleh kemerdekaan adalah: Tetap dalam Firman, sehingga benar-benar menjadi murid Tuhan, mengerti kebenaran dan kebenaran itulah yang memerdekakan. Kemerdekaan di sini maksudnya adalah terlepas dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang diwarisi dari nenek moyang.
Dalam suratnya, Petrus menjelaskan bahwa pengenalan akan Tuhan ini menentukan kesucian hidup orang percaya. Ia menulis: “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia” (2Ptr. 1:3-4).
Ada beberapa pokok pikiran yang harus diperhatikan: Pertama, kuasa Ilahi menganugerahkan kuasa untuk hidup saleh. Hendaknya kuasa Tuhan bukan hanya dikaitkan dengan mukjizat dalam pelayanan. Dalam ayat ini maksud kuasa Ilahi Tuhan diberikan adalah untuk “hidup yang saleh” yaitu mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Kedua, kuasa Ilahi tersebut tersalur melalui “pengenalan akan Tuhan.” Perhatikan kalimat “oleh pengenalan kita akan Dia.” Dalam teks aslinya “dia tes epignoseos tou kaleosantos hemas” (διὰ τῆς ἐπιγνώσεως τοῦ καλέσαντος ἡμᾶ) (through the full knowledge of the One calling us). Ibarat pipa, menjadi saluran untuk mendayagunakan kuasa Ilahi yang berguna untuk hidup yang saleh adalah pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan terletak pada pikiran yang telah dibaharui atau ditransformasi.
Tuhan Yesus mengemukakan: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh.17:3). Hidup kekal dalam hal ini hendaknya tidak diartikan sekadar hidup terus menerus nanti di surga karena terpancang pada kata “kekal.” Kata hidup kekal dalam ayat ini (Yun. zoen aionion) bukan hanya menunjuk kehidupan nanti di surga, tetapi hidup kekal sudah dimulai hari ini, ketika seorang percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh. 3:16). Kata “hidup”(zoe) dalam ayat ini lebih menunjuk hidup yang sudah diperbaharui, tentu hidup yang “berkualitas.” Jadi, pengenalan akan Tuhan menentukan kualitas hidup seseorang. Kata hidup kekal bukan hanya berbicara mengenai “panjangnya hidup” sebab bukan hanya di surga ada kekekalan, di neraka pun juga ada kekal. Tetapi hidup kekal juga berbicara mengenai “dalamnya hidup,” mutu atau kualitas hidup. Dengan demikian jelaslah bahwa pengenalan akan Tuhan- yaitu pikiran yang dipenuhi dengan kebenaran- menentukan kualitas hidup manusia.
Dalam transformasi terdapat sarana yang mengubah hidup seseorang. Sarana tersebut adalah Firman Tuhan, baik Firman dalam arti logos maupun rhema. Firman Tuhan adalah sarana transformasi yang tidak dapat digantikan dengan apa pun. Proses ini berlangsung oleh pekerjaan Roh Kudus yang mengilhami orang percaya agar dapat mengerti Firman Tuhan. Untuk itu, pihak orang percaya harus juga berusaha untuk menggali dan menemukan Firman Tuhan yang benar dengan hati haus dan lapar. Proses ini melibatkan kerja keras hamba-hamba Tuhan yang memberitakan dan mengajar Firman Tuhan untuk membantu menggali dan menemukan kebenaran Firman Tuhan yang murni bagi jemaat Tuhan. Tanpa Firman Tuhan yang murni tidak akan pernah terjadi transformasi yang sesungguhnya. Dalam hal ini transformasi bisa berlangsung tidak cukup dengan berdoa, tetapi dengan mendengar, mengerti dan menerima Firman Tuhan yang murni.
https://overcast.fm/+IqODTV8pc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar