Ada orang-orang yang berusaha menemukan Allah, merasakan kehadiran-Nya, dan mengalami Allah hanya pada waktu berlutut untuk berdoa. Mereka mengalami kesulitan menghadirkan hadirat Allah atau menembus semacam kabut hitam untuk bisa menjumpai Allah. Solusinya adalah bahwa setiap hari kita harus hidup dalam kesucian dan kekudusan Allah dalam segala hal; pikiran harus selalu bersih dan tidak lagi dapat dibahagiakan oleh fasilitas materi dunia dengan segala hiburannya. Dengan upaya itu, seseorang dapat menemukan Allah, merasakan kehadiran-Nya, dan mengalami hadirat Allah, bukan hanya pada waktu berlutut berdoa, melainkan justru bagaimana ia mengisi hari-hari dalam kehidupan seperti yang Yesus jalani. Tanpa memiliki kehidupan yang Yesus jalani, seseorang tidak akan dapat bersentuhan dan menjumpai Allah yang benar.
Allah yang kudus tidak dapat dijumpai oleh orang-orang yang hidupnya masih kotor. Itulah sebabnya dalam 1 Petrus 1:16-17, Firman Tuhan mengatakan, “Sebab ada tertulis: ‘Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.’” Allah menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan yang harus dicapai oleh orang percaya, sebab tanpa kekudusan sesuai standar Alla,h tidak seorang pun dapat menjumpai Allah. Paulus dalam suratnya menulis, “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa” (2Kor. 6:17-18).
Dalam Yohanes 14:6 Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Ayat ini bukan hanya bermaksud menunjukkan bahwa keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, melainkan juga menunjukkan bahwa melalui Yesus orang percaya dapat memiliki persekutuan dengan Bapa dan Anak Tunggal-Nya. Bagi orang percaya, hanya melalui Yesus, manusia dapat memiliki kehidupan yang dikembalikan ke rancangan semula Allah. Sebenarnya, Yohanes 14:6 menunjukkan eksklusivitas hubungan dengan Allah sebagai Bapa. “Datang kepada Bapa” itu tidak hanya masuk surga, tetapi memiliki persekutuan dengan Bapa. Sesuai dengan doa Tuhan Yesus di Yohanes 17:21, “… Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” harus dimengerti sebagai panggilan untuk memiliki hubungan yang eksklusif dengan Allah sebagai Bapa. Kata “jalan” dalam teks Yunaninya adalah hodosh—ὁδὸς. Yesus mengatakan bahwa diri-Nya adalah jalan, sebuah lorong, atau jalan panjang yang harus dilalui bukan dalam waktu singkat. Kata kedua adalah “kebenaran.” Dalam teks aslinya, kata ini adalah alētheia (ἀληθείᾳ), yang alam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi truth. Dan akhirnya, kata “hidup” yang dalam Bahasa Yunani, zōē (ζωὴ). Kata hidup ini menunjuk hidup yang berkualitas. Jadi, Yohanes 14:6 tidak boleh hanya diartikan: di luar Kristus tidak ada keselamatan. Ayat ini juga menunjukkan adanya sebuah relasi eksklusif antara Allah sebagai Bapa dan orang percaya sebagai anak. Maksud Yohanes 14:6 adalah bahwa untuk menemukan Bapa, mengalami-Nya, serta merasakan kehadiran-Nya, seseorang harus belajar dari Tuhan Yesus sebagai jalannya, dan ini bukan sesuatu yang singkat, Ia harus mengenal kebenaran sebagai jalannya sehingga memiliki kehidupan seperti diri-Nya. Dengan demikian, barulah ia dapat menemukan Allah, merasakan kehadiran-Nya, serta mengalami Dia secara ideal.
Yesus bukan hanya mati di kayu salib, dan darah-Nya menghapus dosa, melainkan Yesus membawa orang percaya kepada Allah Bapa. Bapa memberikan Roh Kudus agar menuntun orang percaya kepada seluruh kebenaran. Artinya, orang percaya dapat memiliki kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela seperti Yesus. Yesus menjadi teladan hidup seorang yang dapat bersekutu dengan Allah Bapa. Dengan kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela, orang percaya bisa “datang kepada Bapa.” “Datang kepada Bapa” adalah persekutuan hidup yang eksklusif dengan Dia. Jadi, ini bukan hanya masuk surga atau diperkenan masuk dunia yang akan datang. Orang yang sampai atau dating kepada Bapa dapat memiliki relasi yang saling mengisi dengan Allah Bapa, relasi yang eksklusif, proporsional, dan ideal.
https://overcast.fm/+IqOBaKbqU